Monday 6 June 2011

Ratapan Seorang Pengajar Privat

Okeh... tres... dos... uno...!!!
Hmm... sekarang giliran anak SD yang lagi puyeng ngadepin ujian kenaikan kelas dan otomatis kepuyengan anak SD tersebut berimbas pada para pengajar privat di seluruh negara (Ahahaha lebay). Itu pula yang saya rasakan sebagai pengajar privat karena biasanya hanya bertemu dua kali seminggu, kini menjadi tiap hari. Hmmm... makin intens aja dah waktu bertemu ama anak didik.

Okeh, aku skip dululah tentang intens-intens itu. Suatu malam, anak didikku bilang kalo besok dia akan menghadapi ujian al-Qur'an. Sebelum mengajar, aku membuka-buka soal-soal latihan yang berkaitan dengan materi ini. Soal-soalnya kebanyakan tentang melengkapi ayat al-Qur'an, kebanyakan dari surat ad-Dhuha, As-syams dan beberapa surat pendek yang lumayan banyak jumlah ayatnya. Tapi... ketika aku mengujikan beberapa soal tentang surat-surat itu, ternyata si anak gak tahu satu pun. Dan ternyata, anak itu belum bisa baca al-Qur'an dan pelajaran mengajinya baru sampe Iqra' 5 padahal anak tersebut sudah kelas 4 SD. Astaga!!! aku shock dibuatnya!!!! Gimana bisa materinya tidak sesuai dengan kemampuan murid? Ada-ada aja.

Di lain waktu, aku mengujinya menghapalkan perkalian dan ternyata, lagi-lagi aku kaget, dia gak hapal. Satu kali dua aja, dia masih bingung... dan inilah yang membuatku shock!!! sangat shock!!! Perkalian aja belum bisa, apalagi pembagian. Itu pikirku. Dan ternyata dugaanku tepat! Dia juga gak bisa pembagian. Hmm lengkaplah sudah... Aku makin bertanya-tanya kenapa bisa anak 4 SD belum hapal perkalian dan cara pembagian. Astaga!!

Akhirnya... aku buatkan perkalian dari perkalian satu sampe perkalian sepuluh, persis kayak punyaku waktu SD dululah. Trus, aku minta dia untuk menghafalkan perkalian tersebut dan ternyata hasilnya nihil. Ketika aku melaporkan ini ke pihak bimbingan belajarnya, mereka malah memintaku untuk lebih memperhatikannya. Aku sih cuma bisa manyun dengernya dan cuma bisa tersenyum sinis sambil mengutuk dalam hati, "Emang gw siapa? Gw cuma seorang guru privat yang ketemunya cuma dua kali seminggu dengan waktu gak lebih dari 90 menit. Apa gw bisa memperhatikannya selalu?"

Well... bagaimana bisa dengan pertemuan yang hanya satu setengah jam dalam dua kali pertemuan seminggu, aku bisa memperhatikannya dan selalu mengingatkannya untuk mengulang pelajaran atau sekedar menghapal perkalian??? Sempet dalam hati aku menyalahkan guru-guru di sekolahnya dan bertanya apa sih kerja guru-guru di sekolah itu sampe-sampe adak anak kelas 4 SD belon hapal perkalian, pembagian, bahkan belum bisa al-Qur'an karena sekolah tersebut adalah sekolah Islam. Tapi gak jadi nyalahin guru juga karena aku percaya guru-guru mungkin telah berusaha. Nyalahin orang tua si anak? hmmm... jangan juga kali ya ato nyalahin si anak? Hmmm bingung deh.

Tapi dipikir-pikir gak ada yang salah yang ada adalah kesadraan kita sebagai WNI asli yang harus lebih membuka mata kita tentang pendidikan di negeri kita ini yang sangat "Maksa" sekali. Masudnya maksa? ya itu seperti paparanku di atas tadi itu atau lebih lengkapnya baca buku "Masyarakat (Tanpa) Sekolah" yang mo terbit bentar lagi (ahahahahahaha nulis sekalian promosiin barang dagangan).

Sebagai WNI yang baik, tidak sombong, dan rajin menabung, sebaiknyalah kita menyadari keadaan pendidikan Indonesia yang ehm... rada "maksa" kayak gini walau mungkin kita sering berpikir seperti ini: Mikir dunia pendidikan? hello! emang siapa gw? kan udah ada Dinas Pendidikan? Yeah... mungkin kita bukan orang yang berpengaruh di lingkungan sekitar tempat tinggal kita bahkan di RI. Tapi ada baiknya, kita sebagai generasi muda, yang katanya adalah agent of change, untuk ikut menyadari dan menjadikan semua yang terjadi saat ini sebagai kaca perbandingan kita ke depan karena, gak bisa dipungkiri lagi, bahwa suatu saat, kita akan menjadi orang tua yang akan membesarkan dan mendidik anak-anak kita kelak.


0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang