Tuesday 4 November 2014

Culture Shocked

Selagi sinyal hot spot lancar mari kita berselancar dan posting lagi di blog. Hitung-hitung pemanasan sebelum mengerjakan tugas. Kali ini cerita yang ringan-ringan saja. Kayaknya cerita tentang kelas baru saja.

Walau sekarang saya menimba ilmu di universitas yang sama dengan saat saya strata 1, tetap saja teman-temannya berbeda dan beraneka ragam. Jadi walau di lingkungan sendiri, ya tetap saja kena sindrom "culture shocked" karena teman-teman yang datang dari berbagai universitas lain, pasti membawa budaya-budaya mereka.



Contoh sederhananya saja adalah panggilan kepada dosen. Biasanya kami yang di sini sejak strata 1, pasti akan memanggil dosen dengan "Bapak" atau "Ibu" walaupun dosen-dosen tersebut sudah menyandang gelar Prof. Tapi tidak dengan teman-teman baru saya. Mereka memanggil para dosen (yang telah bergelar Prof) dengan panggilan "Prof". Ini suatu yang janggal bagi saya yang dari dulu terbiasa memanggil "bapak" dan "ibu" kepada para dosen. Saya pribadi beranggapan bahwa panggilan "bapak" dan "ibu" adalah panggilan yang tepat. Rasanya panggilan tersebut membuat kita lebih dekat dengan dosen tetapi tetap ada batas-batas penghargaan kepada mereka. Jika memanggil dengan sebutan "Prof" rasanya kayak berada pada tataran bumi dan langit. Dan rasanya jadi sangat sungkan bahkan sungkan untuk bertanya banyak tentang bidang keilmuan.

Tapi, ya sudahlah. Itu sudah pilihan masing-masing individu. Apapun panggilan untuk para dosen, yang penting ilmu mereka bisa ngucur ke kita-kita ini. Well, sampai di sini saja. Mari mengerjakan tugas lagi...

Monday 3 November 2014

Holaaaaa

Finally... saya bisa corat-coret blog lagi. Sudah lama sekali rasanya tidak menjamah blog ini. Terakhir nulis postingan tanggal 15 Agustus 2014. Dan sekarang sudah tanggal 3 November 2014. Hmm. Lama nian rupanya. Kesibukan ini benar-benar menyita. Tapi lebih baik sibuk sih daripada bengong kayak sapi ompong. 

Sekarang saya "sekolah" lagi. Yup. Yup. Saya ingin menjadi seorang dosen seperti guru-guru saya. Sepertinya menyenangkan mendapat ilmu baru dan membagikannya ke orang lain walau cuma sedikit. Tul kan...

Di strata dua ini banyak sekali ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan padahal baru kira-kira dua bulan saya menjalaninya. Rasanya nano-nano. Kalau ditanya soal tugas hmm bisa panjang ceritanya. Kalau dulu saat strata 1, saya bisa jalan-jalan, jadi panitia, jualan, dan mengerjakan berbagai kegiatan lainnya. Sekarang, hampir setiap hari saya berkutat di perpustakaan, membacam buku, dan "candle light dinner" dengan si Buto Ijo tercinta. Hehehe. Tapi saya sadar kalau saya tidak boleh mengeluh karena inilah konsekuensi strata dua. Ya jalani saja. Toh kadang juga tersedia jeda waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan lain walau tidak seleluasa saat strata 1. Tapi lumayanlah untuk refreshing biar otak nggak pengap. Hehe

Dari segi ilmu, buanyakk sekali ilmu baru yang saya dapatkan di sini. Ilmu teori sastra yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya. Cerita-cerita periodisasi sastra Arab yang tidak diceritakan sebelumnya. Dan tentu saja mata kuliah dari Cross Religion Cross Culture tentang agama.

Yang terakhir ini adalah ilmu baru yang belum pernah saya ketahui sebelumnya. Sangat menarik karena agama dikaji secara akademis. Maksudnya agama di sini bukan agama resmi yang ada di Indonesia atau negara lainnya. Yang menarik di sini adalah masalah rekonstruksi negara terhadap agama dan juga rekosntruksi Inggris terhadap Hinduisme di India. Inilah dua topik yang saya sukai saat ini.

Dari sini, saya kenal Tylor, Frazer, Durkheim, Max Weber, Elliade, bahkan saya kini, tampaknya, menghargai Karl Marx yang terkenal anti agama itu. Setiap mendapat ilmu baru saya hanya bisa takjub dan hanya bisa berkata, ooo... ternyata gitu ya, atau oooo... ternyata begini ya. Rasanya senang sekali dapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan walau banyak juga yang 'menentang' dan mengatakan bahwa saya akan susah dapat jodoh karena pendidikan saya yang tinggi. But... just let it flow.... dan nikmati saja. Karena kalau jodoh tidak akan lari kemana kok. Hehehehe.

Pengalaman teranyar yang saya dapatkan adalah pengalaman menjadi pembicara di Simposium Mahasiswa Nasional dalam acara Festival Kebudayaan Arab. Rasanya sungguh campur aduk. Rasa-rasanya ilmu saya masih cetek sekali dan saya belum pantas. Tetapi beberapa dosen dan sahabat-sahabat saya mendukung saya. Dan... finally... spirilli saya pun maju menjadi pembicara tentang pengaruh teknologi terhadap sastra. Sebenarnya ide awalnya tetap dari dosen (makasih Bu Ocha) sih kemudian saya kembangkan dan saya beri contoh dari sebuah puisi Nizar Qabbani (Thanks Uncle Qabb). Nanti kapan-kapan saya posting tulisan saya tentang itu yaa (kalau sempat)

Okay. Kayaknya kicau-kicaunya cukup sampai di sini dulu. Lanjut lagi bikin respon untuk mata kuliah Agama-agama di Dunia. Hari ini mempersiapkan tentang agama Buddha. Happy Working!!!!


Oh ya... ini foto saat kami pergi ke Imogiri bareng dosen kami, Pak Anchu. Beliau mengajar mata kuliah Teori Agama dan Masyarakat. Ayooo yang mana coba dosennya...

 

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang