Friday 22 June 2012

Gak Percaya

Sampai saat ini saya nggak percaya sama sekolah bagus, tempat bimbingan belajar bagus, guru-guru bagus, universitas bagus, dosen-dosen bagus, dan lain-lain yang serba 'bagus' dalam hal pendidikan. Menurut saya, sekolah, bimbingan belajar, universitas, atau para pengajarnya hanyalah fasilitator sebagai sarana kita menerima ilmu yang kita dapatkan. Toh kalau fasilitas pendidikan kita bagus, tapi kemauan kita nggak bagus ya sama saja. Semuanya kembali ke kita juga. Kalo kita sungguh-sungguh, otomatis kita akan berhasil dan juga sebaliknya. Namun kalau kemauan belajar kita bagus dan ditunjang dengan fasilitas bagus, itu sangat luar biasa dan banyak nilai plusnya.
#changing the mindset

Thursday 21 June 2012

Peul And Me



Adekku satu-satunya. Nyebelin sih, tapi tetepa aja ngangenin. Kalo lagi jauhan kayak gini, bawaannya kangen dan pengen ketemu, tapi kalo udah pulang ke rumah dan ketemu, pasti bawaannya berantem terus. Hmm. Hidup memang warna warni, dan manusia tak pernah puas akan warna-warni itu.

Saturday 16 June 2012

How Lucky I'am!


Kata orang-orang, aku adalah seorang anak yang tidak seberuntung anak-anak lain. Kata mereka, aku adalah anak yang kurang mendapat perhatian dan kasih sayang orangtua karena aku sudah merasakan perpisahan sejak aku masih balita. Saat itu mama sedang mengajar di Lampung, sedangkan papa masih sekolah di BPN Yogyakarta. Karena beliau berdua terpisah oleh selat Sunda, maka diputuskanlah menitipkanku di Bekasi, tepat di tengah-tengah keberadaan beliau berdua. Setelah semuanya stabil (papa dan mama sudah bekerja di Padang), akhirnya kami bertiga berkumpul kembali. Namun, setelah tamat sekolah dasar, aku memutuskan untuk belajar di sebuah pondok pesantren di Jawa Timur. Bayangkan! Seorang anak tamatan SD pergi merantau dan mencoba hidup mandiri di seberang pulau tempatnya tinggal.

Setelah masuk pondok pesantren pun, orang-orang masih mengatakan bahwa aku tidak beruntung karena selama enam tahun kuhabiskan hidupku di pondok pesantren, orangtuaku hanya mengunjungiku tiga kali saja. Bahkan ketika aku yudisium (semacam acara kelulusan), kedua orangtuaku tidak bisa hadir. Aku pribadi sih maklum saja. Karena rumah kami yang jauh di pulau Sumatra yang membutuhkan uang dan waktu yang lebih banyak untuk mencapai pondok pesantren. Setelah lulus dari pondok pesantren, aku langsung terbang ke sebuah desa yang bernama Lamomea di SULTRA untuk mengabdikan diri mengajar para santri. 

Setelah selesai mengabdi, akhirnya aku pulang ke rumah dan mempersiapkan perjalanan hidupku selanjutnya, yaitu kuliah. Karena terbiasa mengerjakan segala sesuatu sendiri, aku mencari informasi tentang ujian masuk PTN tanpa bantuan dari orangtua. Karena aku rasa, aku cukup dewasa untuk menetukankan tempat kuliahku kelak. Aku membuat banyak planning. Mungkin dari A sampai Z. Akhirnya disinilah sampan kecilku berlabuh, UGM. Setelah lulus, aku berangkat berdua dengan temanku ke Yogyakarta untuk mengurus daftar ulang dan segala sesuatunya. Lagi-lagi kulakukan sendiri tanpa bantuan orangtua, kecuali bantuan dana hehe. 

Setelah kuliah, masih banyak orang yang bilang bahwa aku anak yang tidak beruntung karena uang jajanku yang di bawah rata-rata teman-teman atau saudara-saudaraku yang lain. Aku sendiri tidak pernah ambil pusing soal ini. Berapapun yang diberikan orangtua sebisa mungkin selalu aku syukuri. Setidaknya orantuaku masih mampu membiayaiku. Itu saja, aku sudah bersyukur. Pernah satu hari ada yang menanyakanku tentang uang bulananku. "Emang segitu cukup, Mbak?" Katanya kaget. Aku hanya bisa senyam-senyum dan berkata, "Ya... dicukup-cukupkanlah". Mungkin dalam hatinya, dia juga berpendapat sama dengan yang lain bahwa aku adalah seorang anak yang tidak beruntung.

Namun kurasa pendapat mereka salah. malah aku merasa aku adalah anak paling beruntung di dunia ini. Atau mungkin sama beruntungnya dengan anak-anak lain di muka bumi. Yang berbeda hanya caranya saja. Jika mereka beruntung karena dilimpahi kasih sayang berupa perhatian dan materi di atas rata-rata, sedangkan kasih sayang orangtuaku berupa pelajaran hidup yang langsung aku praktekkan dalam perjalanan hidupku. Mungkin agar aku tidak kaget dan shock jika kelak aku harus menjalani kehidupanku sendiri. Setidaknya aku belajar mandiri dalam mengerjakan semua tugas, belajar bersyukur bahwa aku masih jauh beruntung dari mereka yang tidur di bawah jembatan layang, aku belajar untuk tidak mengeluh, dan belajar untuk merasakan bagaimana susahnya mencari uang agar aku lebih menghargai apa yang kudapatkan. Apapu kata orang, aku tak kan percayai  itu. Yang aku tahu, betapa aku sangat beruntung!

Friday 8 June 2012

Sedikit Serpihan



Aku bersaksi bahwa tiada perempuan
yang mampu mengatakan bahwa dirinya adalah wanita
dan di pusarnya besemayam pusat tata surya
kecuali engkau

Aku bersaksi bahwa tiada perempuan
yang di atas lingkaran pinggangnya masa-masa berkumpul
dan ribuan planet berkeliling
kecuali engkau
 [Serpihan yang terkumpul dari puisi Nizar Qabbany]

Saturday 2 June 2012

Sore Tadi

Sore ini kita bersenda gurau kembali. Bercerita dan saling menggoda satu sama lain. Tertawa, teriak, dan ribut. Ah. Rasanya sudah lama tidak berkumpul, menggoda, tertawa, dan teriak. Mungkin karena kita sekarang lebih sibuk berkutat pada tumpukan-tumpukan buku, pada teori-teori penelitian, pada monitor komputer, bahkan pada kertas yang berisi coretan pembimbing masing-masing.Semua telah berubah ya ternyata? Tapi tak masalah. Yang aku tahu, kau adalah kau. Kau adalah temanku sampai kapanpun.


 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang