Thursday 12 February 2015

My Baby Part Two

Apakah ini normal?
Tadi malam tiba-tiba saja saya bermimpi tentang penelitian yang akan saya angkat untuk calon My Baby alias Thesis saya. Rasa-rasanya tadi malam saya bak Robert Langdon yang sedang menyambungkan satu demi satu persatu peristiwa untuk mendapatkan benang merahnya. Mungkin ini akibat baru dapat pencerahan dari seorang dosen yang sering dan tentunya asyik untuk diajak berdiskusi tentang penelitian sastra (nama dosen disamarkan hehe). 

Yap. Kemaren beliau memberikan masukan buat saya. Tulisan saya nanti, tidak hanya sekedar memaparkan sejarah tentang pergerakan mahasiswa di dalam novel, tetapi lebih pada apa yang menyebabkan pergerakan mahasiswa atau revolusi itu terjadi. Saya akan mencoba menguraikan vision du monde (celiee pakai bahasa aneh-aneh) alias pandangan dunia si pengarang, yang berkedudukan sebagai anggota dalam sebuah masyarakat, tentang pergerakan mahasiswa pada masanya. Singkat kata, ini dinamakan Teori Srukturalisme Genetik-nya Lucian Golmann. Tapi, saya tidak menggunakan fakta sejarah, saya akan masuk melalui ilmu politik. Jika hanya memaparkan kesamaan antara fakta sejrah dan fakta di dalam novel sudah biasa (kata beliau). Makannya, saya diminta untuk melihat sisi lain dari pergerakan mahasiswa tersebut dan salah satunya ya adalah masalah pemicu pergerakan tersebut (ok! Saya anggap ini challenge lagi). Hayyah... menerangkan ini saja sudah belibet. Mungkin karena memang belum masuk kelas Metode Penelitian Sastra deh ya.  

Kadang saya mikir kalau saya ini orangnya terlalu serius mikirin pendidikan sampe-sampe kebawa mimpi. Padahal kan ini masih awal (bahkan belum masuk kelas) semester dua. Belum waktunya nyusun Thesis ataupun ngambil mata kuliah Seminar Proposal. Masih awal-awal semester dan masih waktu untuk hura-hura. Hadeuh. Tapi biarlah... I don't care what they say. Hahaha. Yang terpenting, saya menikmati dan enjoy banget dengan proses ini. Apalagi duduk sebelah orang-orang yang lagi sibuk ngerjain thesis. Hehehehe.


Thursday 5 February 2015

My Baby

Entah kenapa saya sangat menyukai pribahasa "Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian". Mungkin karena saya percaya bahwa setelah kita berusaha dengan keras dan sungguh-sungguh, maka insyaallah kita akan mendapatkan hasil yang baik. Saya yakin itu.

Dalam jangka pendek ini, saya ingin sekali mulai menyusun calon baby saya, yaitu Thesis. Jadi, ya saya harus bekerja lebih keras dan keras lagi. Harus bersungguh-sungguh dan membaca banyak literatur. Walau kata orang menamatkan Magister itu mustahil untuk ditempuh dalam dua tahun pas, namun saya harus yakin kalau saya pasti bisa. Bukannya saya buru-buru dan tidak ingin berlama-lama menuntut ilmu, tapi saya rasanya tidak tega dibiayain melulu sama orang tua. Lagian, saat kita mengerjakan proposal Thesis dan terus menulis, rasanya itu sama dengan belajar terus menerus tanpa kita sadari. Ya. belajar tidak hanya melulu di ruang kelas kan.

Demi mewujudkan itu semua, pastinya harus "bersakit-sakit dahulu" ya. Hehe. Di saat yang lain pulang untuk menghabiskan liburan, saya harus tetap ngendon di perpustakaan sambil mantengin huruf demi huruf dalam bermacam-macam literatur, yang alhamdulillah kebanyakan tidak menggunakan bahasa Indonesia. Hahaha. Tapi apapun itu, ya harus saya jabanin dan jangan sampai mengeluh. Mungkin saja, saat kita membaca literatur dalam bahasa asing, maka tanpa disadari kemampuan bahasa kita akan bertambah. Lagian, toh saya masih bisa bersenang-senang dengan teman-teman yang mukim di Jogja. Makan di Prasojo, Makan es krim di Mirota sambil belanja bulanan, nonton film, bahkan tidur di perpustakaan adalah hiburan yang rasanya cukuplah untuk refreshing jiwa raga.

By the way, untuk calon Baby kali ini, saya jauhhh banget move on-nya. Kalau dulu saya meneliti puisi, sekarang saya men-challange diri saya untuk meneliti prosa Arab, berupa novel, dengan teori yang tentu saja berbeda dengan teori skripsi. Dua penelitian ini mungkin memiliki pesona tersendiri. Saat skripsi dulu, saya baru menentukan objek penelitian pada semester 6. Artinya, saya harus ngebut untuk membaca objek penelitian saya. Untungnya objek penelitian saya berupa puisi yang lebih ringkas untuk dibaca dan diartikan walau akhirnya pusing-pusing ria memaknai bahasa puisi. Maklumlah, dalam segi bahasa puisi kan memang jawaranya.

Kali ini, kayaknya gak bisa deh menentukan objek penelitian di semster 3 atau semester 4 awal apalagi kalau mau meneliti prosa terutama novel. Walau bahasanya tidak seindah puisi, namun butuh waktu lama untuk membacanya. Apalagi jika penulis novel tidak terlalu dikenal di Indonesia macam Nawal Sa'dawi, Najib Kilani, Najib Mahfudz, ataupun Taufiq al-Hakim. Ditambah lagi, tidak ada versi terjemahan berbahasa Indonesia yang lumayan memudahkan kita untuk mengetahui isi novel tersebut. Jadi, mau gak mau harus berusaha keras mulai saat ini.  Mumpung libur sebulan, bolehlah ya dimanfaatkan untuk mulai membaca.

Dan... insyaallah calon Baby kali ini adalah novel Arab berjudul Faraj yang ditulis oleh seorang penulis perempuan bernama Radhwa Ashour. Sayangnya, beliau baru saja meninggal dunia pada akhir tahun 2014 lalu (segitu saja perkenalannya. Kita sudah tidak di zaman romantik lagi soalnya hehe). Faraj ini menceritakan tentang seorang anak perempuan blesteran Mesir-Prancis bernama Nada Abdul Qadir. Ia banyak mengalami masa-masa pahit dalam hidupnya, mulai dari penahanan ayahnya yang seorang anggota Ikhwanul Muslimin, perceraian kedua orang tuanya, lika-likunya sebagai aktivis kampus, dan lain sebagainya. Novel ini berlatar Mesir pasca revolusi dan Prancis pada masa kerusuhan Mei 1968. Insyaallah, novel ini akan dibedah dengan Strukturalisme Genetik atau Sosiologi Sastra. Ini challange lagi bagi diri saya. Jujur, saya masih agak awang-awang dan rasanya tidak menguasai teori tersebut. Tapi saya akan terus mencoba dan mencoba. wish me luck!

 

Wednesday 4 February 2015

Menulis (Lagi)

Tiba-tiba teringat nasihat Bu Zulfa dua tahun lalu tentang pentingnya menulis jika melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister dan jika ingin menjadi seorang dosen. Dan sampai detik ini, belum ada satu pun mahakarya yang saya tulis kecuali makalah abal-abal pas ngisi simposium Festival Kebudayaan Arab dan makalah hasil tugas-tugas kuliah. Astagfirullah!! Saya tersadar kembali karena lalai menjalankan nasihat Bu Zulfa itu. Parah!

Tampaknya saya harus sedikit "memaksa" diri saya untuk kembali menulis khususnya menulis karya, yang sedikit ilmiah. Hahaha. Untuk pemanasan, saya akan mencorat-coret lagi halaman blog ini deh kayaknya setelah vakum dalam waktu yang sangat panjang. Apalagi seorang teman menawarkan saya untuk memuat tulisan saya di sebuah website yang dikelolanya. Mungkin saja, dengan itu tulisan saya akan lebih berkembang dan berkembang lagi. Ayoo semangat menulis lagi!!!

Selamat menulis!

Tuesday 3 February 2015

Bangga Berdarah Minang

Hai hai Rihai...

Ini adalah posting pertama di tahun 2015, I guess. Cukup lama sekali banget nian saya tidak posting secuil tulisanpun. Benar-benar parah. Mumpung liburan, jadi bolehlah digunakan untuk posting di blog ini lagi dengan, tentu saja, memanfaatkan Wifi gratis perpustakaan pusat Kampus Biru. Oh ya, ngomongin tentang perpustakaan, perpustakaan itu adalah tempat yang paling saya sukai apalagi perpustakaan pusat Kampus Biru. Fasilitasnya lengkap banget. Mulai dari kebutuhan buku bahkan sampai kebutuhan listrik buat nge-charge laptop dan juga kebutuhan perut yang kadang keroncongan karena kelamaan mikir. Kadang-kadang tempat ini bisa jadi "kos ekslusif", alias tempat tidur siang yang dilengkapi fasilitas pendingin udara, toilet bersih, Wifi, dan sofa empuk yang gak kalah empuk dari kasur busa. Hehehe. Parah. Jadi, hampir setiap hari, pasti saya berkunjung ke perpustakaan. Yah kecuali hari Ahad dan hari besar sih ya.

Suatu kali, penjaga perpustakaan pernah negur saya dan bertanya menagapa saya sering sekali terlihat di perpustakaan. Saat ditanya begitu saya cuma senyum mesam-mesem. Dalam hati sih, saya mau bilang kalau saya sesungguhnya adalah hantu penunggu perpustakaan ini. Haha. Gak ding! Itu bukan alasan sesungguhnya. Selain saya memang suka lihat gundukan buku yang berjajar dalam rak-rak, saya juga sengaja memanfaatkanseluruh fasilitas yang disediakan dari mulai hal remeh seperti fasilitas "ngadem" dari sengatan mentari sampai fasilitas komputer penelusuran yang kecepatannya bagai kecepatan motor Valentino Rossi. 

Sebenarnya sih, saya berusaha memanfaatkan semua fasilitas ini karena saya berpikir saya akan merugi kalau tidak memanfaatkan semua fasilitas yang diberikan itu. Yaiyalah... secara uang SPP saya mencapai angka 8 Juta. Bayangin aja! Kalau dibelikan kacang goreng, udah dapat berapa truk. Hehehe. Jadi, biar tidak merasa dirugikan, ya saya harus menggunakan fasilitas yang dihidangkan. Di perkuliahan, saya harus ikut perkuliahan dengan sungguh-sungguh. Saya harus memanfaatkan waktu untuk bertemu dosen dan konsultasi tentang hal-hal yang tidak saya pahami, khususnya tentang calon Tesis saya kelak. Saya juga harus bersungguh-sungguh mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen (yah... walau kemaren sebenarnya saya agak merugi karena satu tugas yang tidak saya kerjakan dengan sungguh-sungguh sih). Di samping itu, seperti yang sudah saya katakan, saya harus memanfaatkan fasilitas kampus yang diberikan. Ya fasilitas yang saya rasakan yaitu perpustakan pusat dan seisinya. Jadi harus saya manfaatkan sesering mungkin biar saya gak rugi bayar 8 juta. Hahahahahaha.

Teman: Segitu amat mikirnya lu Nta. Emang bener-bener orang Minang. Ogi! Ogah rugi
Saya cukup mesam-mesem saja.

Yap gak mau RUGI. Kata orang itu salah satu sifat yang sangat melekat dalam darah orang Minang selain stereotipe negatif lainnya seperti bossy, keras, cerdik, dan ehmm mata duitan sampai-sampai dikasih julukan Padang Bengkok (walau saya sendiri tidak mengerti artinya sampai saat ini). Tapi, saya bangga dalam diri saya ada darah Minang yang membuat saya punya sifat tidak mau rugi ini. Hahahaha... setidaknya dengan sifat ini, saya merasa bertanggungjawab atas amanah orang tua yang memberikan saya kesempatan untuk menuntut ilmu lagi di jenjang master. Yap... saya rasa, saya harus harus wajib memanfaatkannya sebaik-baik mungkin. hingga saya lulus, bekerja, dan membahagiakan kedua orang tua walau saya yakin jasa mereka tidak pernah akan cukup jika dibalas dengan materi semata. I love you, Mama Papa full!


 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang