Saturday 31 March 2012

Ular Besi

Di Jakarta
menuntut ilmu wirausaha
agar suatu saat bisa membantu sesama
semoga saja

Ah. Pengen posting banyak berceloteh ria di SATE PADANG ini, tapi lagi agak ribet karena belum menemukan tempat yang nyaman untuk merenung memikirkan setiap potret kejadian yang terekam jelas dan menuangkannya lewat tulisan. Ini kali keenamnya aku berangkat keluar kota menempuh jauhnya jarak menggunakan ular besi kelas ekonomi. Dari semua kendaraan yang pernah kutumpangi, naik ular besi ekonomi inilah yang paling unik dan menyenangkan serta tempat refleksi untuk selalu berusaha mensyukuri nikmat-Nya.

Sebenarnya nggak ada yang istimewa dengan ular besi kelas ekonomi itu. Malah bisa dibilang jauh dari keamanan dan kenyamanannya dengan bus ekonomi AC. Pengap, panas, berisik, dan penuh asap rokok. Tapi yang membuat unik dan istimewa adalah pedagang asongan yang selalu hilir mudik bak setrika menjelajahi setiap gerbong ular besi kelas ekonomi tersebut tanpa kenal lelah, tanpa kenal waktu. Dari waktu aku berangkat, di tengah perjalanan, sampai tiba di perhentian terakhir, mereka selalu ada. Ya Tuhan. Betapa aku sungguh bersyukur karena kau memberiku kelebihan daripada mereka.


perjalanan ke Jakarta

Wednesday 28 March 2012

Tuesday 27 March 2012

PROSES

Ini penghujung kehidupan saya di strata 1. Saat dimana manusia pada tahap ini harus memikirkan langkah mereka selanjutnya: Apakah yang harus dilakukan setelah wisuda? Nanti mau ngelamar kerja dimana? Tapi paling tidak pertanyaan tersebut tak terngiang di benak saat ini karena pertanyaan-pertanyaan tersebut telah saya tanyakan pada diri saya dua semester yang lalu. Setelah berdiskusi menuangkan keresahan itu, seorang teman saya mengajak dan membuka pikiran saya untuk melabuhkan impian menjadi seorang entrepreuner. Dan kini... sudah tahap awal untuk memulai hidup di dunia entrepreuner itu. #semoga lancar dan berkah serta dapat bermanfaat.

Mungkin hanya idealisme saya semata sih, tapi menurut saya terkadang kepuasan menjalani sebuah pekerjaan bukan karena imbalan yang didapatkan, tapi manfaat apa yang dapat diberikan. Saya ingin menjadi seseorang yang dapat bermanfaat bagi orang lain dengan profesi yang kugeluti. Bukan hanya profesi dokter aja kok yang bermanfaat untuk orang lain. Semua profesi yang digeluti bisa bermanfaat, jika kita menjalaninya dengan ikhlas hati dan sungguh-sungguh. Jika nanti menjadi seorang petani, jadilah petani yang dapat memberikan hasil pertanian yang baik kepada masyarakat. Jika kelak menjadi seorang nelayan, jadilah nelayan yang selalu menjaga kealamian laut demi masa depan anak cucu kelak. Jika menjadi pegawai pemerintahan, jadilah seorang pegawai yang tulus ikhlas melayani keperluan masyarakat.

Dan menurut saya, profesi yang tak kalah bermanfaat adalah menjadi seorang pengajar dan entrepreuner. Kenapa? dengan menjadi seorang pengajar, kita dapat membagikan ilmu yang kita punya dan kelak akan menjadi amal jariyyah di akhirat nanti, sedangkan dengan menjadi seorang entrepreuner, kita bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, bahkan membantu orang lain untuk mendapatkan penghasilan. Apalagi setelah melihat kenyataan yang terjadi di negeri kita tercinta ini: lapangan kerja yang menipis dan membuat orang-orang menjadi TKI/TKW di luar negeri sana. Di satu sisi ada sih TKI/TKW yang hidup dalam kemujuran, tapi di sisi lain tidak sedkit juga mereka yang mengalami penderitaan seperti yang kita lihat di televisi nasional. Melihat itu semua? apa yang kita rasakan? #pertanyaan cukup dijawab dalam hati.

Saya berpikir bahwa dengan menciptakan lapangan kerja sendiri, setidaknya kita telah membantu mereka merasakan manisnya hidup di tanah air sendiri. Dengan menciptakan lapangan kerja, banyak sarjana-sarjana kita yang pintar dan sebenarnya berpotensi tidak menjadi pengangguran lagi karena mengantre mendapatkan pekerjaan. Tapi yang perlu diingat adalah jadilah seorang entrepreuner yang selalu ingin menuntut ilmu karena ilmu adalah cahaya Illahi dan investasi luar biasa khususnya untuk diri kita. Sebenarnya, masih banyak lagi manfaat yang dapat dibagikan, tapi tidak usah saya tuliskan #takut riya.

Beberapa malam ini, banyak keluarga saya yang menelpon atau sekedar chat via skype menanyakan kapan saya wisuda dan apa yang akan saya lakukan setelah wisuda kelak. Dengan jawaban pasti, saya menjawab bahwa saya ingin melanjutkan usaha publishing house yang telah saya rintis bersama kelima teman saya selama kurang lebih satu tahun. Selain itu, saya ingin melanjutkan kuliah karena saya sangat tertarik dengan sastra #mungkin faktor skripsi. selain itu saya ingin menjadi seorang pengajar, menjadi guru atau dosen. Yang penting mengajar dan dapat membagikan ilmu yang saya punya.

Keluarga saya terheran-heran dan memberikan opsi lain untuk menjadi seorang pegawai pemerintahan di departemen luar negeri. Alasannya agar setiap bulan, saya mendapatkan pemasukan yang rutin bahkan sampai saya pensiun kelak. Mereka kurang setuju dengan pilihan saya untuk melabuhkan diri ke dermaga entrepreuner. Alasan mereka karena dunia entrepreuner itu susah, perlu banyak dana untuk modal, jatuh bangun, penghasilan tak tetap, atau bahkan bangkrut mendadak. Itulah ketakutan dan bayangan yang akan terjadi di dunia entrepreuner. Namun, ketakutan harus dilawan, mimpi-mimpi harus ditegakkan, keberanian harus terpatrikan. Dan proses dimulai...

Sebagian keluarga menganggap saya tukang mimpi dan tidak realistis. Mungkin saat ini memang yang saya iimpikan belum tercapai. Namun, setidaknya saya punya mimpi dan usaha untuk mewujudkannya. Semua masih dalam proses karena senua butuh proses. Pernah lihat dirut sebuah perusahaan yang necis dan rapi, kemana-mana pegangBB dan naik BMW? Pernah lihat eksekutif muda yang dipuja banyak wanita? Itulah hasil dari proses yang mereka lalui. Proses yang penuh duka, aral melintang, dan tebing curam menyakitkan yang pada akhirnya berbuah manis menyenangkan.

Terkadang kita lupa untuk melihat pada proses karena keasyikan melihat hasilnya. Padahal proses adalah hal terpenting karena tidak ada satupun yang instan di muka bumi ini. Bahkan mi instan pun butuh proses. Saat ini saya juga sedang berproses memulai usaha ini dari bawah (dan alhamdulillah tanpa modal dari orangtua dan tanpa memakai duit kiriman orangtua) berpegangan tangan saling menguatkan bersama lima orang teman saya, menatap langit sambil bercerita tentang mimpi-mimpi kami ke depan, tentang lapak sweet corn, 'Corn Corner", bimbel, sekolah gratis, bantuan untuk panti asuhan dan korban bencana, serta beribu mimpi lainnya. Proses ini sangat menyakitkan, penuh aral melintang, amarah, kesedihan, namun terkadang disisipi oleh derai tawa penghibur lara. Inilah proses yang saya jalani bak ulat bulu mungil yang berproses menjadi kepompong kemudian bermetamorfosis menjadi seekor kupu-kupu bersayap pelangi. Inilah proses... menyakitkan, namun berbuah manis semanis madu.

"Semoga Tuhan meriidhai langkah kita"


Sunday 25 March 2012

Shukran Allah

Melirik sedikit lagu dari negeri Taj Mahal...






Saturday 17 March 2012

Aaron

Genangan air hujan masih tersisa di jalanan. Sisa-sisa air hujan jatuh satu persatu dari ujung-ujung lentik dedaunan menciptakan suara tik-tik yang merdu dan berirama. Sedangkan langit di atas sana masih menyisakan warna hitam sisa-sisa hujan yang mengguyur bumi dengan deras. Seperti apakah hujan? Apakah hujan seperti ribuan jarum yang menghujam bumi? Ataukah hujan seperti benang putih yang terburai ke muka bumi?

Aku masih melangkahkan kakiku di atas jalan setapak dan sekali-kali berjingkat-jingkat berusaha melindungi sepatu bututku dari genangan air yang kelak akan merusaknya. Tiba-tiba kurasakan sekelebat bayangan berjalan mengiringi langkah-langkahku. Kulirik arloji hitam di pergelangan tanganku. Jam 4 sore. Bayangan itu selalu datang tepat waktu di jam 4 sore. Hari ini pun, bayangan tersebut datang seperti biasa jam 4 sore.

"Hei Mira. Apa kabarmu hari ini?" bayangan itu, Aaron, menyapaku seperti biasa. Aku tidak menjawab sepatah kata pun. Aku hanya tersenyum menandakan bahwa aku baik-baik saja. Kulihat Aaron membalas senyumku dengan senyuman indahnya yang sangat mempesona seraya berkata,
"Keadaanmu tidak baik, Mira. Aku bisa membaca kedua bola mata beningmu,"
Sial! seperti biasa, Aaron selalu bisa menebak apapun yang aku pikirkan.
"Okey! Seratus untukmu. Kau benar! Keadaanku tidak baik," kataku menyerah.

Dia tersenyum dan merangkul pundakku. Hangat. setidaknya itulah yang kurasakan. Sedetik kemudian kurasakan hangat nafas berbau mintnya merambat melalui udara ke telinga kananku membisikkan sesuatu,
"Jika kau merasa menjadi manusia yang paling tiidak beruntung di dunia ini, lihatlah ke sekelilingmu. Lihatlah mereka yang jauh kekurangan dari keadaanmu,"
Aku menatap sekelilingku. Di sana kutemui pengemis tua duduk merenung di atas kardus lusuh yang lembab akibat percikan air hujan. Aku menatap seorang kakek buta yang mengangkat dagangannya di atas kepala sambil meraba-raba. Ya. Aku melihat semuanya. Semuanya. Penderitaan. Kesedihan. Kesakitan. Oh betapa beruntungnya aku! Setidaknya ada Aaron yang selalu menghiburku dalam duka ini,"

Aaron melepaskan rangkulannya dan menggenggam jemariku. Kulihat senyumannya masih terlukis indah di wajahnya tak terhapus oleh tetes air hujan yang jatuh. Namun, hari ini kulihat senyumannya sekan-akan menyimpan sebuah rahasia besar. Aku menatap mata Aaron dalam-dalam berharap aku dapat mengetahui rahasia yang disembunyikannya. Namun nihil. Aku tak mampu.

"Mira. Ini hari terakhirku menemani tiga puluh menit di setiap hari yang kau lalui. Kini, saatya kau mencari seseorang penggantiku"
Aku terperangah mendengar kata-katanya,
"kenapa Aaron? kenapa kau meninggalkanku? Apakah kau tidak menyukaiku lagi seperti mereka yang meniggalkanku?" Air mataku mulai berlinang membasahi kedua belah pipiku.
Aaron masih tetap tersenyum. Jemarinya mulai menelusuri kedua belah pipiku menghapus air mata yang menganak sungai.

"Mira. Kini saatnya kau menyambut kehidupan barumu. Kini saatnya kau membuka pintu dan jendela hatimu untuk menerima seseorang di luar sana"
"Kenapa? Kenapa Aaron?" kataku lemah
"Karena aku hanya imajinasimu,"



Tuesday 13 March 2012

Almost



Hari ini kususuri jalan lembab penuh dengan genangan air bekas tumpahan hujan barusan
Dan entah kenapa tiba-tiba jantung ini berdebar kencang
entah kenapa tiba-tiba perasaan tak enak datang menyerang
entah kenapa aroma pesimistis berterbangan di sekelilingku
ah... apakah aku mulai kalah?
apakah aku mulai tenggelam dalam kelamnya lautan?
apakah aku terjerat oleh simpul pesimistis yang erat?
ataukah sebelah kaki ini terperosok dalam jurang keputusasaan?


Wednesday 7 March 2012

Tunjuk Satu BIntang



Coba kau tunjuk satu bintang
Sebagai pedoman langkah kita
Jabat erat hasil karyaku
HIngga terbias warna syahdu

Akan kuukir satu kisah tentang kita
Dimana baik dan buruk terangkum oleh indah
Akan kucerna semua karya cipta kita
Dimana hitam dan putih terbalut oleh hangatnya cinta

Dan bila semua terwujudkan
Di sisimu slalu hariku
(Sheila On Seven)

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang