Tuesday 27 March 2012

PROSES

Ini penghujung kehidupan saya di strata 1. Saat dimana manusia pada tahap ini harus memikirkan langkah mereka selanjutnya: Apakah yang harus dilakukan setelah wisuda? Nanti mau ngelamar kerja dimana? Tapi paling tidak pertanyaan tersebut tak terngiang di benak saat ini karena pertanyaan-pertanyaan tersebut telah saya tanyakan pada diri saya dua semester yang lalu. Setelah berdiskusi menuangkan keresahan itu, seorang teman saya mengajak dan membuka pikiran saya untuk melabuhkan impian menjadi seorang entrepreuner. Dan kini... sudah tahap awal untuk memulai hidup di dunia entrepreuner itu. #semoga lancar dan berkah serta dapat bermanfaat.

Mungkin hanya idealisme saya semata sih, tapi menurut saya terkadang kepuasan menjalani sebuah pekerjaan bukan karena imbalan yang didapatkan, tapi manfaat apa yang dapat diberikan. Saya ingin menjadi seseorang yang dapat bermanfaat bagi orang lain dengan profesi yang kugeluti. Bukan hanya profesi dokter aja kok yang bermanfaat untuk orang lain. Semua profesi yang digeluti bisa bermanfaat, jika kita menjalaninya dengan ikhlas hati dan sungguh-sungguh. Jika nanti menjadi seorang petani, jadilah petani yang dapat memberikan hasil pertanian yang baik kepada masyarakat. Jika kelak menjadi seorang nelayan, jadilah nelayan yang selalu menjaga kealamian laut demi masa depan anak cucu kelak. Jika menjadi pegawai pemerintahan, jadilah seorang pegawai yang tulus ikhlas melayani keperluan masyarakat.

Dan menurut saya, profesi yang tak kalah bermanfaat adalah menjadi seorang pengajar dan entrepreuner. Kenapa? dengan menjadi seorang pengajar, kita dapat membagikan ilmu yang kita punya dan kelak akan menjadi amal jariyyah di akhirat nanti, sedangkan dengan menjadi seorang entrepreuner, kita bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, bahkan membantu orang lain untuk mendapatkan penghasilan. Apalagi setelah melihat kenyataan yang terjadi di negeri kita tercinta ini: lapangan kerja yang menipis dan membuat orang-orang menjadi TKI/TKW di luar negeri sana. Di satu sisi ada sih TKI/TKW yang hidup dalam kemujuran, tapi di sisi lain tidak sedkit juga mereka yang mengalami penderitaan seperti yang kita lihat di televisi nasional. Melihat itu semua? apa yang kita rasakan? #pertanyaan cukup dijawab dalam hati.

Saya berpikir bahwa dengan menciptakan lapangan kerja sendiri, setidaknya kita telah membantu mereka merasakan manisnya hidup di tanah air sendiri. Dengan menciptakan lapangan kerja, banyak sarjana-sarjana kita yang pintar dan sebenarnya berpotensi tidak menjadi pengangguran lagi karena mengantre mendapatkan pekerjaan. Tapi yang perlu diingat adalah jadilah seorang entrepreuner yang selalu ingin menuntut ilmu karena ilmu adalah cahaya Illahi dan investasi luar biasa khususnya untuk diri kita. Sebenarnya, masih banyak lagi manfaat yang dapat dibagikan, tapi tidak usah saya tuliskan #takut riya.

Beberapa malam ini, banyak keluarga saya yang menelpon atau sekedar chat via skype menanyakan kapan saya wisuda dan apa yang akan saya lakukan setelah wisuda kelak. Dengan jawaban pasti, saya menjawab bahwa saya ingin melanjutkan usaha publishing house yang telah saya rintis bersama kelima teman saya selama kurang lebih satu tahun. Selain itu, saya ingin melanjutkan kuliah karena saya sangat tertarik dengan sastra #mungkin faktor skripsi. selain itu saya ingin menjadi seorang pengajar, menjadi guru atau dosen. Yang penting mengajar dan dapat membagikan ilmu yang saya punya.

Keluarga saya terheran-heran dan memberikan opsi lain untuk menjadi seorang pegawai pemerintahan di departemen luar negeri. Alasannya agar setiap bulan, saya mendapatkan pemasukan yang rutin bahkan sampai saya pensiun kelak. Mereka kurang setuju dengan pilihan saya untuk melabuhkan diri ke dermaga entrepreuner. Alasan mereka karena dunia entrepreuner itu susah, perlu banyak dana untuk modal, jatuh bangun, penghasilan tak tetap, atau bahkan bangkrut mendadak. Itulah ketakutan dan bayangan yang akan terjadi di dunia entrepreuner. Namun, ketakutan harus dilawan, mimpi-mimpi harus ditegakkan, keberanian harus terpatrikan. Dan proses dimulai...

Sebagian keluarga menganggap saya tukang mimpi dan tidak realistis. Mungkin saat ini memang yang saya iimpikan belum tercapai. Namun, setidaknya saya punya mimpi dan usaha untuk mewujudkannya. Semua masih dalam proses karena senua butuh proses. Pernah lihat dirut sebuah perusahaan yang necis dan rapi, kemana-mana pegangBB dan naik BMW? Pernah lihat eksekutif muda yang dipuja banyak wanita? Itulah hasil dari proses yang mereka lalui. Proses yang penuh duka, aral melintang, dan tebing curam menyakitkan yang pada akhirnya berbuah manis menyenangkan.

Terkadang kita lupa untuk melihat pada proses karena keasyikan melihat hasilnya. Padahal proses adalah hal terpenting karena tidak ada satupun yang instan di muka bumi ini. Bahkan mi instan pun butuh proses. Saat ini saya juga sedang berproses memulai usaha ini dari bawah (dan alhamdulillah tanpa modal dari orangtua dan tanpa memakai duit kiriman orangtua) berpegangan tangan saling menguatkan bersama lima orang teman saya, menatap langit sambil bercerita tentang mimpi-mimpi kami ke depan, tentang lapak sweet corn, 'Corn Corner", bimbel, sekolah gratis, bantuan untuk panti asuhan dan korban bencana, serta beribu mimpi lainnya. Proses ini sangat menyakitkan, penuh aral melintang, amarah, kesedihan, namun terkadang disisipi oleh derai tawa penghibur lara. Inilah proses yang saya jalani bak ulat bulu mungil yang berproses menjadi kepompong kemudian bermetamorfosis menjadi seekor kupu-kupu bersayap pelangi. Inilah proses... menyakitkan, namun berbuah manis semanis madu.

"Semoga Tuhan meriidhai langkah kita"


0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang