Monday 28 March 2016

Hai Mama

Hai Mama yang berbahagia di surga

Nta kangen. Kangen akut Ma. Kangennya baru kerasa setelah kembali ke perantauan ini. Nta kangen sama mama yang selalu telpon terus menerus apalagi kalau sudah malam minggu. Kamu dimana, Nak? Di kos melulu? Nggak pergi malam Minggu? Nggak pengen punya pacar kamu? Pertanyaan mama yang bertubi-tubi itu cuma Nta jawab dengan kata 'nggak'. Dan malam minggu kemarin adalah malam minggu pertama di rantau tanpa ada telepon dari Mama. Ah Mama. Nta teramat kangen sama Mama. Bahkan Nta kangen sama bawel mama yang nanya terus kapan Nta punya kekasih. Kapan Nta menikah. Tapi pada akhirnya, pertanyaan Mama tentang kekasih hati Nta sudah terjawab bukan? Mama juga sudah sempat ngobrol via telepon walau hanya hitungan menit. 

Mama... 
Itulah lelakinya! Dulu ia maya, sekarang ia nyata. Nta selalu ingat pesan Mama untuk mencari teman hidup yang tidak mengandalkan harta orang tua. That's him, Mama! Dia sekarang sedang berjuang Mama. Mencari rezeki Tuhan untuk membahagiakan keluarganya dan Nta. Nta juga masih berjuang menyelesaikan studi ini dan menggapai cita-cita lainnya. Ya, Mama. Kami sama-sama sedang berjuang memperjuangkan cita dan cinta. Terpisah jarak dan waktu. Tetap melangkah maju walau lemah dan terseok-seok. Nta yakin jika selalu ada kebahagian setelah kita mengalami kesusahan. Karena pada hakikatnya manusia tidak akan pernah merasakan bahagia, jika ia belum pernah merasakan kesusahan. Bukankah begitu hukum alam Ma? Berjuang dari bawah berdua lebih indah kan Ma? Seperti kata Mama dan tentu saja seperti Mama dan Papa. Betapa Nta ingin bercerita kepada Mama seluruh perasaan yang Nta rasa. Karena Mama adalah ibu kandung Nta yang pasti mendengarkan penuturan putrinya, bukan langsung menghakimi dan murka seperti mereka.

Mama...
Saat sendirian Nta selalu membayangkan masa depan dimana Nta akan menikah dan kelak memiliki anak. Dan Nta akan menjalani itu semua tanpa Mama di sisi Nta. Nta tidak menyalahkan Tuhan karena Tuhan selalu tahu apa yang terbaik teruntuk hamba-hamba-Nya. Nta harus mandiri Mama. Nta harus mulai belajar sendiri bagaimana menjadi istri dan ibu bagi anak-anak Nta kelak. Bahkan Nta harus belajar sendiri cara merawat bayi. Semuanya serba mandiri karena Mama telah bahagia di sana. Nta yakin itu. Mama tidak harus merasakan sesak nafas lagi. Mama tidak harus merasakan sakitnya tusukan jarum suntik lagi. Selamat berbahagia Mama. Nta selalu mencoba mengikhlaskan Mama. Toh pada akhirnya kita akan berkumpul kembali. InsyaAllah. Salam kangen juga teruntuk Mbah Kakung...
 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang