Friday 17 May 2013

Terima Kasih

Terima kasih Tuhan. Di hari istimewa ini, satu harapan yang telah lama kupendam akhirnya terwujudkan. Semua telah kembali seperti sedia kala, saat kami saling berdekapan membagi kesedihan. Saat kami berpelukan saling menularkan kebahagiaan. Aku benar-benar merindukan kebersamaan masa lalu itu, Tuhan. Walau sebenarnya, aku yakin, bahwa bekas luka masih menganga di hati masing-masing, sisa-sisa  memori tidak menyenangkan masih memenuhi ruang-ruang benak kami. Bagaimanapun masa lalu tak kan pernah bisa terhapuskan. Simpan sajalah sebagai kenangan. Cukuplah yang kutahu sekarang kita bergenggaman lagi walau dalam sisa-sisa kebersamaan yang tak lama. Semoga ini cukup untuk menggantikan semua luka dan kepedihan.

Ini bukanlah trio kwek-kwek, tiga kucing, atau bahkan tiga macan. Ini bukanlah genk gadis-gadis perempuan yang sadis, manis, dan laris atau macam genk money and beauty. Ini hanya persahabatan tiga perempuan berbeda karakter dan kepribadian. Persahabatan ini pernah rekat di masa lalu, namun pernah retak di tengahnya hingga akhirnya kini persahabatan ini tak memiliki status resmi. Persahabatankah atau hanya pertemanan untuk menyambung tali silaturrahim yang sempat terputus lama? Apapun statusnya, aku tak peduli. Yang terpenting, kita bersama kembali menghabiskan sisa waktu yang tak seberapa lama. Pada akhirnya, kita mencari teman bukan karena mereka memiliki kesamaan dan kecocokan, namun bagaimana kita bisa menerima perbedaan itu.

#Tulisan ini teruntuk kalian,dua sobat gila yang punya mimpi berbeda


Thursday 16 May 2013

Kalau Jodoh, Tak Kemana

Meja kerja Razsya tampak masih berantakan. Kertas berserakan dan laptop belum dimatikan. Razsya berdiri beberapa centi dari meja kerja itu. Ia tampak termenung sambil melihat-lihat keramaian kota dari kaca jendela besar di ruangannya. Tiba-tiba pandangan Razsya terpaku pada sebuah gedung serbaguna di pojokan jalan. Di depan gedung itu berjejer beberapa banner dan spanduk yang melambai-lambai ditiup angin. Razsya kembali ke meja kerjanya untuk mengambil kacamata yang tertinggal di atas keyboard laptop yang terbuka lebar. Di sana. Di gedung serba guna itu, sedang diadakan acara book fair setiap tiga bulan sekali. Razsya tersenyum senang. Ia melirik jam tangan di balik kemejanya. Jam dua belas. Waktu yang tepat sekali. Buru-buru ia keluar dari ruangannya dan melesat masuk ke dalam elevator. Ia tak sempat menyapa kembali sekretarisnya yang tadi sempat tersenyum dan menyapanya.

Di bawah teriknya mentari, Razsya berjalan kaki menuju gedung serbaguna yang dipenuhi kerumunan manusia. Ia mempercepat langkahnya tak sabaran sambil menyiulkan lagu Accidentally in Love yang menjadi soundtrack salah satu sekuel film Shrek. Ia berharap gadis berkepang dua penjual jagung manis itu masih ada di jejeran food court acara book fair tersebut. Pertama kali, Razsya melihat gadis itu dua tahun yang lalu pada saat acara book fair seperti kali ini.

Hari itu, tanpa disengaja, pada jam istirahat kantor, Razsya pergi ke gedung itu untuk membeli beberapa buku cerita anak-anak untuk keponakannya yang akan berulang tahun. Setelah puas berbelanja, ia masuk ke  arena food court dan menemukan sebuah booth makanan yang tampak berbeda daripada booth yang lain. Ukuran booth itu tampak lebih mungil dan terselip di antara booth lain yang berukuran lebih besar Razsya mendekati booth itu. Seorang gadis manis berkepang dua menyambutnya dan menawarkan beberapa pilihan rasa. Tanpa berpikir panjang, ia langsung memesan satu cup besar jagung manis kukus rasa keju.

Dengan cekatan, gadis itu membuka tutup panci dan menyendokkan bulir-bulir jagung yang telah tanak. Secepat kilat jagung itu telah berpindah tempat ke dalam wadah plastik kecil seukuran air mineral gelas. Gadis itu memasukkan sesendok kecil margarin dan keju parut lalu menuangkan kremer. Ia mengulangi hal yang sama untuk kedua kali. Setelah itu, ia menyerahkan cup tersebut sambil mengucapkan terima kasih dan berharap agar Razsya datang kembali untuk membeli dagangannya. Dan kata-kata itu tampanya bukan hanya harapan si gadis berkepang dua. Setiap hari, selama event berlansung, Razsya selalu kembali membeli jagung manis kukus si gadis berkepang. Jika event itu belum berlangsung, ia hanya dapat menatap gedung serbaguna dari balik kaca jendela kantornya berharap event tiga bulanan itu segera diadakan kembali. Entah kenapa... mungkin Razsya jatuh hati pada gadis berkepang dua itu. Terutama senyumannya yang manis.

Setelah sampai di gedung serbaguna itu, Razsya langsung menuju arena food court. Ia lega karena booth kecil itu masih ada dan tetap terselip di antara booth yang lain. Segera ia menghampiri booth itu. Ternyata, kali ini, si penjual jagung manis bukan lagi gadis berkepang dua. Ia ingin segera membalikkan badan menyimpan rasa kecewa, tapi ia urungakan niatnya karena melihat si penjual terlanjur menyapa dan menawarkan menu padanya. Raszya memesan satu cup besar jagung manis dengan rasa keju. Ia tak berselera memperhatikan gerak-gerik tangan si penjual tersebut. Setelah menerima pesanannya, Raszya menyerahkan selembar uang lima ribu dan langsung berlalu masuk ke dalam ruang exhibition dan masuk ke dalam salah satu ruang yang dipenuhi kerumunan orang yang datang untuk hadir dalam bedah buku. Razsya membaca judul buku itu. Kalau Jodoh Tak Lari Kemana. Razsya tersenyum sinis membaca judul buku itu. Namun, ia tetap masuk ke dalam, membeli satu eksemplar buku 'Jodoh Tak Lari Kemana', dan duduk di kursi paling depan. Saat itu pula, ia melihat gadis berkepang dua duduk di podium sambil sesekali menjawab pertanyaan dari moderator. Razsya heran dan bertanya pada seorang gadis ABG yang duduk di sebelahnya. "Mas ini bagaimana sih? Itu kan mbak Nuansa Salsabila. Penulis buku yang Mas pegang itu," Jawaban gadis ABG itu menohok dirinya. Razsya hanya diam dan memandangi gadi itu dari tempat duduknya.

Sang moderator bertanya pada si gadis berkepang dua tentang inspirasi tulisan tersebut. Dengan malu-malu, gadis berkepang dua berkata,
"Saya terisnpirasi dengan seorang lelaki muda berkacamata yang selalu datang ke booth jagung manis saya setiap event book fair ini berlangsung,"
Tiba-tiba Razsya speechless....

#menulis kilat dan hasilnya ngawur plus seadanya. Selamat makan!!!!!

Tuesday 14 May 2013

Tergoda Keinginan

Ini bulan Mei 2013. Dan banyak sekali  hal-hal yang menggoda dan benar-benar saya inginkan. Baiklah. Entah kenapa, saya ingin sekali membeli sebuah blus warna biru muda. Ini sebenarnya adalah keinginan yang sudah sangat lama terpendam. Tapi, pas lihat isi dompet, jadi nggak tega untuk membelinya. Kemaren, saat browsing, saya dapat kabar kalau tanggal 17 Mei 2013 ini film Star Trek tayang di seluruh bioskop. Nah lho! Tergoda lagi. Lalu, tadi sore saat baca-baca status di home facebook, saya dapat kabar lagi kalau tanggal 27 Mei 2013 buku terakhir trilogi Negeri 5 Menara akan beredar. Waduhhh!!! Tergoda lagi!!! Ini gawat!

Namun, ketika dipirkan lagi. Hitung-hitung pemasukan lagi. Tampaknya saya lebih memilih membeli barang-barang yang saya butuhkan ketimbang barang-barang yang saya inginkan. Baiklah, untuk saat ini, saya tidak menginjakkan kaki di Pands atau Toko buku. Saya harus menginjakkan kaki ke supermarket dan membeli barang-barang yang memang saya butuhkan. Jadi, utamakanlah kebutuhan daripada keinginan. Kalau dituruti, keinginan itu nggak akal deh ada habisnya. 

Saturday 11 May 2013

Brownies Kukus

Bahan-bahan:

3 butir telur ayam
150 gram gula pasir
150 gram minyak goreng
210 gram tempung terigu
60 gram coklat bubuk
50 gram coklat batang
garam dan vanile secukupnya
Topping dan isian bisa kacang mete goreng cincang, almond, kismis, keju (sesuai selera ^^)

Cara membuat:

Kocok telur garam ,dan vanile sampai mengembang. Kemudian masukkan tepung terigu, minyak goreng, dan coklat batang. Adonan bisa diisi dengan kacang mete, almond, kismis atau sesuai selera Lalu masukkan adonan ke dalam loyang. Terus taburkan topping sesuai selera, bisa mete, almond, kismis, dan lain-lain. Kukuslah 30 menit. Selamat Mencoba...


Sunday 5 May 2013

Potongan: Cinta Monyet Arya


Malam itu rembulan di langit tidak lagi sendirian. Banyak gemintang bertebaran dan  berkelap-kelip. Dari sebuah balkon rumah, tampak Arya memandangi rembulan dan gemintang tersebut. Ia tidak menghiraukan semarak celotehan keluarganya yang sibuk menyambut anggota keluarga baru mereka. Siapa lagi kalau bukan putri kecil Ratih. Pikiran Arya terbang melayang ke memori yang terjadi beberapa tahun silam. Arya masih ingat betul hari itu. Satu hari Senin beberapa tahun silam saat ia hendak pergi ke London untuk melanjutkan studinya. Saat itu, ia berjalan menuju pintu keberangkatan. Namun, tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Seorang gadis remaja memanggil namanya dari belakang. Saat ia membalikkan badannya, ia melihat seorang gadis berseragam putih abu-abu dengan bandana putih di rambut berlari-lari mendekatinya. Gadis itu tak lain adalah Mara. Mara terus berlari ke arahnya tanpa menghiraukan berat tas ransel yang digendongnya. Saat Mara berdiri sejajar di hadapannya, Arya bisa melihat jelas wajah gadis itu dan tentu saja potongan rambutnya yang macam mangkuk mie ayam. Mara lalu mengulurkan sebuah bingkisan kecil kepadanya. Arya mengambil bingkisan itu dan menyimpannya di dalam saku celana lalu ia mengucapkan terima kasih kepada Mara.

“Aku… aku mencintai Mas Arya,”
Arya kaget saat mendengarkan pernyataan Mara yang blak-blakan. Selama ini, ia memang menyayangi Mara dan ingin selalu melindunginya. Namun, ia masih belum yakin apakah rasa itu cinta kepada seorang gadis atau cinta kepada seorang yang telah ia anggap sebagai seorang adik seperti halnya Ratih. Tiba-tiba panggilan untuk keberangkatan penerbangannya menggaung ke seantaro bandara. Ia tak dapat menjelaskan apa yang ia rasakan pada Mara. Ia hanya mengelus puncak kepala Mara sembari berkata,
            “Aku pergi dulu ya, Ra,”
            Setelah itu, Arya berlalu dari hadapannya dan masuk ke dalam pintu keberangkatan. Dari balik kaca hitam ruangan tersebut, Arya menatap punggung Mara yang makin lama makin menjauh kemudian hilang di tengah kerumunan orang-orang yang berlalu lalang. Selama penerbangan pun, ia memikirkan perkataan Mara. Mara itu memang lucu dan ramai. Selain itu, ia sangat dekat dengan Mara. Mara  pun sering kali  merepotkannya dengan tingkah laku yang dibuat-buat untuk menarik perhatian dirinya. Bukannya jengkel dan kesal, Arya malah menuruti saja kemauan gadis itu. Ia sadar jika ia memang menyayangi Mara. Namun, ia belum bisa menamai perasaan yang ada di dalam hatinya. Hingga suatu saat, saat ia terpisah beribu-ribu mil dari gadis itu, Arya tersadar bahwa ia mencintai Mara. Sering kali Arya merindukan canda tawa gadis itu. Arya selalu menunggu masa-masa liburan agar dapat pulang ke Indonesia dan bertemu dengan Mara. Namun, beberapa kali Arya pulang, tak sekalipun ia bertemu dengan Mara. Ia pun malu menanyakan kabar Mara kepada Ratih.
Dan akhirnya, setelah sekian lama, ia bertemu dengan gadis itu kembali. Banyak sekali yang berubah dari Mara. Gadis itu tampak lebih dewasa dalam perkataan maupun tindakannya. Tak ada lagi Mara yang cerewet dan sering bermanja-manja minta diperhatikan olehnya. Betapa ingin ia memeluk, mengacak-acak rambut gadis itu, dan mengatakan padanya bahwa ia mempunyai rasa yang sama pada gadis itu. Tapi, itu tak mungkin terjadi. Tampaknya, Mara telah lupa dengan pernyataannya saat itu. Mungkin saja dirinya hanya cinta monyet bagi Mara. Arya meneguk soft drink-nya. Di langit sana, rembulan telah tersembunyi di balik guratan awan. Malam semakin larut. Suasana yang tadi ramai pun lambat-laun menghilang dan tergantikan dengan suara jangkrik yang bersahutan. Tiba-tiba sebuah tangan memegang pundaknya. Arya menoleh ke samping dan mendapati ibunya berdiri di sisinya.
“Mama senang sekali mendapat kado terindah dari Ratih. Tapi, Mama akan lebih bahagia kalau anak laki-laki Mama ini cepat-cepat juga melepas masa lajangnya. Apalagi yang kamu tunggu, Nak? Umur sudah lebih dari cukup, pekerjaan sudah ada dan mapan,” kata sang ibu sambil menatap anak sulungnya itu.
“Tenang Ma. Arya juga tidak mau jadi bujang lapuk. Memangnya mama mau menantu yang seperti apa?” Katanya sambil memeluk sang ibu dengan tangan kanannya.
“Terserah kamu saja. Yang penting satu iman. Hmm… tapi, Ar, kalau bisa yang seperti Mara ya,”
Arya terdiam seketika. Yang terdengar hanya suara jangkrik dan kodok yang bersahut-sahutan.

Friday 3 May 2013

Suitable

Alunan instrumen yang lembut menyeruak halus ke seantaro ruangan perpustakaan. Pagi itu, perpustakaan tampak masih sepi dan tentu saja hening. Di salah satu pojok perpustakaan, Zya duduk sambil menatap jendela transparan dan layar laptopnya bergantian sambil menunggu kedatangan Rye. Cangkir vanila latte di sebelahnya tampak telah setengah kosong, namun Rye belum memperlihatkan batang hidungnya. Zya menghela napasnya panjang menahan emosi.

Tiba-tiba, dari arah yang berlawanan, seorang gadis berambut hitam ikal sebahu menuju ke arahnya. Itu Rye. Zya sudah bisa menebaknya. Tentu saja, ia hapal dengan dandanan Rye yang semarak dengan pakaian girly, make up tipis, dan tentu saja high heelsnya berbeda seratus 360 derajat dari dirinya. Rye mendekati Zya dan meminta maaf atas keterlambatannya. Zya maklum, ini sudah keseribu kalinya Rye terlambat. Padahal Ryelah yang meminta dirinya datang. Ia juga sudah tahu, pasti kali ini Rye punya masalah. Yah. Zya juga hapal dengan tabiat sahabatnya ini. Beberapa detik lagi, pasti Rye akan memuntahkan segala permasalahannya. Sebagai seorang sahabat, Zya adalah seorang pendengar yang baik walau kadang ia tidak bisa memberi solusi apapun.

"Zya! Aku ingin putus saja dari Zyco. Tampaknya tak ada kecocokan lagi di antara kami, bla bla bla bla," Dan mengalirlah muntahan lahar kalimat dari mulut Rye. Kali ini, seperti biasa lagi, Zya hanya mendengarkan Rye sambil sesekali menggeleng dan menganggukkan kepala. Kali ini, masalahnya adalah ketidakcocokan. Hmmm. Bukannya, memang sejatinya manusia itu diciptakan berbeda-beda dan tak akan pernah sama? Bisa dipastikan sedekat apapun atau se-klop apapun, pasti ada ketidakcocokan dalam hubungan apapun itu. Baik dari hubungan cinta, hubungan pertemanan, bahkan hubungan kekerabatan. Intinya bukanlah mencari seseorang yang cocok dan selalu sama dengan kita. Seratus persen, kita tidak akan pernah menemuinya walau dicari ke ujung dunia sekalipun. Jadi, janganlah mencari persamaan, namun satukanlah dan hormatilah perbedaan. Itu solusinya!
 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang