Friday 24 April 2015

Hiburan

Keluarga dan teman-teman saya sering sekali geleng-geleng kepala melihat saya menenteng, setidaknya, satu eksemplar buku setiap pergi hang out. Saya sih cuma senyam-senyum aja. Bukannya sok rajin, tapi memang sudah jadi kebiasaan yang tertanam sejak masuk pesantren. Khairu jalisin fi zamani kitabun. Sebaik-baiknya teman duduk adalah buku. Jadi, sempatkanlah untuk membaca walaupun sedikit. Biar terbiasa membaca ya salah satu caranya adalah bawa buku. Walau sekarang gak terlalu berlaku sih karena udah ada gadget yang bisa dimanfaatkan untuk baca e-book. Hehehe. Kalau saya pribadi sih lebih suka tetap bawa buku yang berupa fisik. Lebih afdol aja kayaknya. Hahaha

Sekarang-sekarang ini, saya lagi gandrung baca novel Arab. Kemana-mana nenteng novel tebal berbahasa Arab. Sampai-sampai seorang teman ngeledekin kalau saya kerjaannya belajar melulu. Padahal saya gak pernah menganggap baca novel Arab adalah sebuah keharusan sebagai akademisi (ceile) yang berkecimpung di Kajian Timur Tengah. Saya menganggap baca novel Arab itu seperti hiburan. Sama halnya saat saya membaca novel Indonesia dan novel-novelnya Om Dan Brown. Syukur-syukur juga sih kalau-kalau ada 'sesuatu' yang ditemukan saat proses membaca itu. Hehehe. Semacam pepatah 'Sambil menyelam minum air'.

Di Indonesia sendiri memang banyak sekali novel Arab yang sudah diterjemahkan. Tapi, tetap saja sensasinya beda. Taste 'Arab'nya udah menguap entah kemana. Ditambah lagi bahasa terjemahannya yang kacau balau nggak beraturan. Bikin yang baca nggak bisa berimajinasi. Padahal salah satu kenikmatan membaca ya kenikmatan saat  berimajinasi itu. Tul kan??


Saturday 18 April 2015

Gila Novel Arab

Ini sudah bulan April 2015!! Ya ampun! Udah lama sekali saya tidak 'nyampah' di blog ini. Soalnya terakhir nulis ya di bulan Februari. Itu pun bisa dibilang jarang banget. Akhir-akhir ini, saya lagi keranjingan baca novel Arab asli bahasa Arab. Maksudnya, ya novel Arab yang belum ada terjemahan Indonesianya. Pusing sih karena kemampuan bahasa Arab saya yang masih di bawah standar banget. Untungnya sih ada tab yang saya lengkapi dengan aplikasi kamus bahasa Arab. Jadi ya bisa baca novel sambil jalan atau tidur-tiduran tanpa harus buka-buka kamus Arab yang tebal banget itu. Tips lainnya, ya sebelum baca, kita harus lihat review novel tersebut. Biar ada sedikit bayangan dan biar bikin gak cengok. Bab pertama adalah bab yang bikin nyesek banget sampai pengen nangis arena rasanya susah banget. Saya anggap baca bab 1 itu adalah adaptasi. Setelah bab 1 bisa dilampaui, jadi asyik sendiri bacanya walau makan waktu agak lama dari baca novel Indonesia. Maklum bahasa Arab kan bukan bahasa ibu kita. Hehehe

Walau susah banget, tapi rasanya lebih seru daripada baca novel Arab yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dulu, saat saya belum mencoba untuk 'memaksakan' diri baca novel yang versi Arab, saya gak dapat 'feel' dari novel terjemahan yang saya baca. Hayalan saya gak bisa jalan apalagi kalau bahasa terjemahannnya acak kadut. Beda dengan terjemahan novel-novel Om Dan Brown yang emang yahud. Sekarang, mulai gandrung deh baca novel Arab walau tersendat-sendat. Saking gandrungnya, saya sering searching seputar novel-novel Arab. Lihat gambar-gambar barisan novel yang berjejer di rak toko buku dan tumpukan buku di Book Fair negara-negara Timur Tengah macam Mesir. Gambar-gambar itu sering bikin saya envy dan berangan-angan datang ke sana untuk menjelajahi seluruh toko buku, borong novel dan antologi puisi.


Sekarang cukup ngiler-ngiler lihat gambar di Paman Google. Untungnya sih banyak link free download yang memudahkan kita untuk memiliki koleksi novel ataupun antologi puisi Arab. Tapi, ya rasanya tetap ada kepuasaan tersendiri kalau bisa punya yang asli. Ah. Semoga suatu hari saya benar-benar bisa mengunjungi Timur Tengah walau kawasan tersebut kerjaannya perang mulu. Hehe... Sekarang saya lagi membaca novel Granada. Novel ini adalah seri pertama dari novel Trilogi Granada. Awal mula baca, hmm ya ampun!!! gemes! karena gak ngerti. Tapi setelah melewati bab 1 dan mengisi repertoar dengan review buku dan sejarah runtuhnya Andalusia, jadi sedikit-sedikit mengerti deh dan gak mau lepas dari novel itu. Pengennya bacaaa terus. Tapi harus ditahan, mengingat banyak kerjaan lain yang harus ditunaikan.


Granada ini seru banget soalnya ngomongin tentang Andalusia yang terkenal keeksotisannya. Bahasa yang digunakan dalam novel ini juga bagus hingga kita bisa menikmati hayalan kita terbang ke Andalusia dengan keindahan alamnya, dengan Sungai Genil, Istana Alhambra, tata letak pedesaannya, dan arsitektur bangunan di sana yang khas. Selain menikmati keindahan tersebut, kita akan disuguhkan cerita seputar jatuhnya Andalusia ke tangan Raja Ferdinand dari Aragon dan Ratu Isabella. Rasa-rasanya saya terhanyut dalam kesedihan, ketakutan, kekhawatiran penduduk Granada. Ah! Jadi pengen lanjut baca lagi. Penasaran banget. Tapi apa daya masih ada beberapa tugas yang harus dirampungkan.

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang