Monday 30 December 2013

Kuda Emas

Sehari lagi 2013 benar-benar sampai pada penghujungnya dan akan digantikan dengan tahun yang baru, tahun 2014. Kalau kata orang Tionghoa, tahun ini adalah tahun kuda emas. Tahun yang konon katanya tahun penuh sial. Katanya, di tahun ini, yang menikah akan gampang berpisah, bahkan emas diramalkan akan turun harganya. Ya terserahlah. Itu urusan masing-masing. Mau percaya atau tidak.

Tapi yang buat saya tergelitik adalah kata-kata seorang peramal tadi siang di televisi. Tahun 2014 adalah tahun sulit. Namun, bagi mereka yang berusaha mati-matian, di tahun tersebut, akan memetik hasilnya di tahun 2015. Yang positif ini tampaknya harus dipercayai walaupun setiap tahunnya tetap berusaha keras. Mungkin 2014 saya harus berusaha lebih keras lagi. Lebih mati-matian lagi. Lebih njelimet lagi. Harus lebih banyak doa juga. Finally... ini malam terakhir tidur di 2013. Good night!

Sunday 29 December 2013

Pakistan

Pakistan dalam tulisan ini bukan sebuah negara yang selalu bersaing dengan tetangga serumpunnya, yang tak lain adalah India. Pakistan ini adalah sebuah gedung asrama di pesantren saya. Bisa dibilang, gedung ini adalah saksi bisu masa puberitas alias masa nakal-nakalnya. Masa ingin sekali merasakan kebebasan. Tentu saja masa puberitas ini berbeda dengan remaja pada umumnya. Jika anak SMP biasa mungkin akan mulai mengenal teman lelaki alias pacaran, maka anak pesantren, pada fase tersebut, suka bikin pusing pengurus asrama bahkan para guru. Sering bikin onar dan rusuh. Intinya ingin bebas dari segala peraturan. Dan tentu saja caranya dengan melanggar peraturan yang ada. Termasuk saya dan teman-teman seangkatan saya dulu yang tentu saja tinggal di gedung Pakistan. Beberapa yang saya ingat ada Encok, Wiwid, Quyen, Irma, Mbek, Petir, Yuliatul, Hanros, Alea, Nopeng, Icha, dan Chinonk. Kami kompak banget. Saking kompaknya, kami bikin rok dengan motif yang sama meskipun ada larangan tidak boleh membuat pakaian yang sama dengan sengaja. Akhirnya, jika tanpa sengaja kami memakai rok tersebut berbarengan, kami akan pergi berpencar agar tidak ketahuan kakak bagian keamanan yang super duper galak.

Banyak banget kenangan-kenangan tentang 'onar' kami tertinggal di gedung itu, bahkan 'onar' yang  saya ciptakan sendiri. Di pesantren itu, ada satu hukuman yang kayaknya horor banget, yaitu pakai khimar (kerudung) yang warnanya mencolok dan bahannya macam kain spanduk. Bisa dibilang hukuman ini adalah hukuman terpedih kedua setelah hukuman 'dipulangkan selama-lamanya'. Jika melanggar peraturan bagian bahasa, maka akan dapat jatah kerudung warna kuning partai Golkar. Jika melanggar tata tertib keamanan, maka akan diganjar dengan kerudung hijau mentereng stabillo. Finally, suatu hari saya keceplosan berbicara pakai bahasa gaul Indonesia di depan ustadzah bagian bahasa. Ya sudahlah, seminggu saya pakai kerudung kuning partai Golkar itu plus gak makan siang dan gak makan malam karena dipajang di depan mesjid dan di depan dapur ditonton khalayak ramai sambil nenteng papan bertuliskan "Saya adalah pelanggar peraturan bagian bahasa. Jangan ikuti saya" (kira-kira begitu tulisannya). Bukan saya saja, hal ini juga terjadi pada teman-teman saya. Kalau sudah ada yang kena, jadilah gedung itu terlihat mentereng dengan warna kuning bahkan, terkadang, hijau stabillo. Dan sayangnya ini sering terjadi di Pakistan.

Pernah juga satu pagi di hari di hari Jumat yang damai, anak-anak lagi asyik-asyiknya tidur. Tiba-tiba seorang kakak bagian keamanan datang dan langsung teriak-teriak menyuruh kami berkumpul di depan mesjid untuk menonton sebuah acara. Mungkin masih setengah sadar plus kaget karena diteriaki,  si Alea bangun dan langsung melesat keluar kamar. Tanpa pikir panjang, dia langsung pakai sendal yang ada dan ngeloyor pergi. Dan usut punya usut, sendal tersebut adalah sendal kakak bagian keamanan yang tadi teriak-teriak. Pas si kakak itu sadar sendalnya hilang, wajahnya gugup dan teriak-teriak lagi "aina na'lii... aina na'lii"(mana sendalku... mana sendalku). Walhasil kami semua ngacir sok tidak tahu menahu dan tertawa terpingkal-pingkal saat tiba di depan mesjid. 

Kadang-kadang kami juga bikin rusuh kakak-kakak kelas kami yang tinggal di gedung Koordinator Gerakan Pramuka. Pasalnya mereka suka menyetrika baju di malam hari. Padahal ada peraturan dilarang menyetrika malam-malam. Akhirnya, setiap ada yang sedang ngipasin setrika arang, kami akan teriak-teriak menyindir mereka *Haduh gak sopan banget deh. Walau kami senang menyindir mereka, namun kami adalah anak-anak yang suka ikut kegiatan Pramuka *sekedar info.

Selain kenakalan-kenakalan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, kami juga punya hobi, yaitu bikin nutrijell. Berhubung tidak diperbolehkan masak di asrama. Akhrinya kami membuat nutrijell dengan air panas yang sudah tersedia. Setelah mengaduk dengan sendok, ehm dan terkadang dengan gantungan baju, kami menyangkutkan wadah-wadah nutrijell itu di pohon sambil berharap lebih cepat membeku daripada hanya didiamkan di kamar. Jadilah malam-malam kami masih duduk di depan asrama menunggu nutrijell. Terkadang kalau lagi apes, bagian keamanan datang dan teriak-teriak menyuruh kami masuk. Dan karena dasarnya badung, setelah si kakak pergi, kami keluar kamar lagi dan tentu saja pesta nutrijell.

Sebenarnya masih banyak lagi keajadian ajaib terjadi di sana. Dan gak bakalan cukup ditulis dalam posting kali ini. Pokoknya semua memori di gedung Pakistan tidak akan pernah terlupakan. Unforgetable moment. Semoga jika kelak saya punya anak, dia ingin pula masuk pesantren dan mencicipi asam garam hidup di sana *kalau dia mau lho. Gak masa sih.

Sunday 22 December 2013

Fenomena Jejaring Sosial

Mungkin memang benar jika pribahasa arab Khairu jaalisin fi az-zamaani kitaabun sudah berubah menjadi Khoiru jaalisin fi az-zamaani smartphone. Lihat saja! Dimanapun orang-orang duduk atau menunggu pasti sibuk utak-atik smartphone dan gadget lainnya untuk berselancar di dunia maya khususnya di jejaring sosial.  Inilah fenomena yang marak terjadi sekarang. 

Namun yang bikin saya tambah tergelitik adalah beberapa status jejaring sosial. Lucu dan nggak masuk akal aja. Dari yang mengabarkan orang tuanya meninggal contohnya. Kok bisa ya lagi berduka tapi tetap sempat update status di jejaring sosial? Bahkan dari mengabarkan waktu meninggal sampai saat prosesi pemakaman. Kalau saya, mungkin saya sudah stress dan gak bakal peduli sama yang namanya 'update status'. 

Belum lagi yang sudah bersuami istri. Kalau lagi mesra, kemesraannya di-update pula di jejaring sosial bahkan kemesraan yang harusnya menjadi rahasia rumah tangga. Wajar-wajar aja sih sebenarnya, tapi tetap harus bisa pilah-pilih mana yang boleh di-share, mana yang harus jadi rahasia. Begitu juga kalau lagi marahan, status yang isinya jelek-jelekin pasangan pasti bakalan berseliweran di timeline.

Dan yang lucu lainnya adalah status tentang melahirkan. Heran saya! Kok sempat-sempatnya habis melahirkan update status ya? Iya sih, bisa update lewat handphone. Tapi, apakah tidak sebaiknya waktunya dipake untuk istirahat atau mengasuh sang bayi atau juga menerima tamu yang datang menjenguk?

Belum lagi status yang berisi tentang keluhan sakit yang dirasakan. Lagi sakit perutlah,  ASI gak keluarlah, jahitan operasi masih nyerilah bahkan sedang datang bulan aja sampai di-update di jejaring sosial.

Belum lagi status yang minta advise cara terbaik menunda kehamilan plus nulis pilihan-pilihan gitu. Dan salah satunya adalah kata 'k*n**m'. Haduh! Apa gak ingat ya kalau, mungkin saja, yang menjadi friend atau follower ada anak di bawah umur?

Ini segelintir fenomena zaman cyber. Saking canggihnya,rasanya manusia tidak lagi memiliki privasi. Semua diungkapkan saja bahkan diungkapkan juga pada orang yang tak dikenal. Seharusnya kita memilah-milih sesuatu antara yang boleh dibagi atau menjadi rahasia pribadi. Semoga saja kita pandai memanfaatkan kebaikan jejaring sosial dan meninggalkan keburukannya karena sesuatu itu pasti punya sisi positif dan sisi negatif. Tul kan?

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang