Friday 30 May 2014

Mamah! Curhat Dong!

Entahlah saya pun tidak tahu pasti mengapa akhir-akhir ini banyak sekali yang menyangka saya akan segera melepas masa lajang alias menikah. Saya hanya bisa tersenyum dikulum sambil mengamini saja kata mereka. Yah, setidaknya sebuah kata adalah untaian doa. Saya sendiri heran mengapa mereka berspekulasi begitu. Setahu saya, saya tidak pernah update status yang mengarah ke soal "Akan Segera Menikah" dan tak ada gambar calon pengantin pria yang saya tebar di sana. Ya tidak akan saya bagi karena memang belum saya temui. Kalau sudah saya temui belum tentu juga sih saya bagi. Apa mungkin akhir-akhir ini wajah saya lebih berseri-seri bak bidadari? Entahlah.

Pun kalau beliau (beliau!!! ceile) telah datang kelak, mudah-mudahan saya bukan tipe manusia yang latah dunia maya alias apa-apa diupdate. Lagi bahagia-bahagianya menjalin cinta diupdate bahkan lagi berantem juga tatap update status. Ya cukup sekenanya saja dibagi mungkin saat ada berita resepsi. Hehehe. Karena, menurut saya, menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis adalah sesuatu yang sakral. Gak boleh asal-asal umbar sana-sini karena kita tidak tahu apa yang kelak terjadi. Daripada umbar sana-sini mending perbanyak doa. Nah jika waktunya tiba, ya bolehlah membagi kabar bahagia. Saya percaya kalau menikah itu bukan soal siapa yang sudah punya pacar dan siapa yang belum. Yang sudah punya pacar belum tentu nikah duluan daripada yang masih menjomblo. Begitu pula sebaliknya. Menikah hanya soal masa. Ya... jika masanya telah tiba, pasti akan menikah juga. Jadi, santai kayak di pantai sajalah.


Pagi ini seorang teman lama menanyakan saya kapan menikah. Doakan saja. Itu jawaban saya. Jawaban yang menjadi jurus andalan tingkat pertama. Belum sempat saya mengeluarkan jawaban pamungkas saya, teman saya tersebut sudah galau. Dia bilang, "Kamu sudah akan menikah. Si Uli sebentar lagi. Aku doang yang belum". Saya hanya bisa tersenyum membaca pesannya. Dia kira saya akan segera menikah, padahal saya tidak memberi kabar bahwa saya akan segera menikah. Hadeuh! Saya kan hanya bilang doakan saja.

Mungkin saya juga merasakan kegalauan teman saya tersebut. Terkadang kegalauan dan kegelisahan itu datang bukan dari faktor internal, namun juga bisa dari faktor eksternal. Faktor kegalauan saya bukan karena teman yang update kemesraan bersama pasangan mereka di jejaring sosial, melainkan orang tua. Sebagai soerang anak, pasti ingin melakukan apapun untuk membahagiakan atau memenuhi keinginan mereka. Begitu juga saya. Akhir-akhir ini kedua orang tua saya ribut soal "Kapan menikah". Betapa saya ingin mewujudkan keinginan mereka. Tapi sekali lagi menikah adalah masalah masa. Ya. Saya akan segera menikah saat masanya tiba.... Mumgkin hanya itu jawaban saya pada mereka. Fiuuuh. I'am so sorry Mom, Dad. Saya pasti menikah jika waktunya memang telah tiba.... Doakan saja.... 






Thursday 22 May 2014

Epik

Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin membaca epik Ramayana dan Mahabharata. Walau epik ini brasal dari negeri Gangga, tapi bisa dibilang masyhur di Indonesia. Nah, saat ini, epik Mahabharata diangkat menjadi sebuah serial televisi. Bahkan serial Mahabharata juga ditayangakan kembali di Indonesia dengan pemain baru dan tentu saja dengan efek kamera yang lebih bagus daripada serial tahun 90-an (zaman kanak-kanak dulu). Ya. otomatis saya lebih memilih menonton serial ini ketimbang nonton sinetron yang makin hari makin tidak jelas juntrungannya. Ini bukan masalah menjatuhkan karya anak negeri, tapi saya pikir sinetron sekarang ini makin gak jelas dan makin tidak mendidik apalagi yang berisi conten bullying di antara anak-anak sekolahan.

Saya kira lebih baik nonton serial ini walau tidak selalu mengikuti. Saya bisa sedikit bernostalgia dengan cerita Mahabharata dan mengingat kembali nama-nama tokohnya yang seabrek banyaknya. Hehe. Saat saya kecil, almarhum Mbah Kakung saya sering mendongeng tentang epik Mahabharata ataupun Ramayana. Sepertinya beliau sangat menyukai dua epik tersebut. Bahkan nama saya diambil dari salah satu tokoh dalam cerita Ramayana. Seperti yang kita tahu, kisah Mahabharata dan Ramayana ini telah menginspirasi kesusastraan Jawa kita. Ceritanya disadur bahkan kita juga mengilhami pertunjukan sendra tari dan perwayangannya. Rasanya betapa kampungannya jika belum mebaca dua epik ini. Hadeuh. Jadi... secepatnya saya harus membaca epiknya mumpung 'hasrat' membaca masih membara. He.


Tuesday 20 May 2014

Menjauhlah

Kau duduk di hadapanku sambil sesekali menggerakkan telunjukmu mengitari bibir cangkir berisi kopi hitam. Aku memang duduk di hadapanmu. Benar-benar tepat di hadapanmu. Namun, pandanganku bukan tertuju padamu, melain tertuju pada embun yang menempel di permukaan kaca. Aku merapatkan syal di leherku. Dingin semakin menjalar. Sunyi semakin menebar.

Tidak ingatkah kau di hari itu? Di hari saat jemarimu menekan "send" di alamat emailmu. Hari itu sangat memilukan, Sayang. Oh bukan sayang! Kata itu tak pantas lagi kugunakan. Dari jarak beribu-ribu mil, kau kirimkan kabar bahwa kau menemukan cinta. Bukan cintaku dan bukan cinta kita. Namun cinta baru yang tengah merekah. Jika cinta telah berkata, sungguh aku tak bisa melakukan apa-apa. Kau juga tahu kan bahwa cinta absolut bahkan arbiter? Datang dan pergi begitu saja. Sesukanya. 

Kau tahu? Perlahan-lahan aku menajuh darimu. Meninggalkan jauh di belakang dengan cinta barumu yang masih merekah segar. Buat apa aku mencintamu, jika kau tidak mencintaku? Jadi kuputuskan saja untuk pergi dari lingkaran. Membiarkanmu bergenggaman dengan cinta barumu itu.

Bumi tetap berputar pada porosnya. Waktu pun terus berlalu. Kau tahu? Aku menemukan kehidupan baruku. Kehidupan tanpamu. Kehidupan yang membuatku selalu tersenyum syahdu. Kutemukan cintaku. Cinta yang mengobati luka yang kau toreh pada hatiku. Kau tahu? Kali ini hanya bahagia yang kurasa hingga akhirnya kau tiba (lagi) dengan kata-kata cinta.

Senja itu kau menyapaku lewat dunia maya. Bertanya tentang keadaan dan kabarku. Klise! Aku tak menggubris untaian kalimatmu. Untuk apa? Karena tak ada lagi sesuatu yang terjalin di antara kita. Kau harus ingat itu! Namun, kau tidak berhenti rupanya. Kau kirimkan untaian kata-kata yang terdengar klise itu padaku. Kau tahu? Aku muak! Untuk apa kau tiba lagi? Untuk apa kau hadir lagi dalam hidupku lagi? Apakah cintamu yang dulu merekah kini telah layu? Dan kau ingin kembali padaku di saat penyatuan cintaku akan dilaksanakan beberapa minggu lagi.

"Aku mohon menjauhlah dariku, Pay," Kataku sambil tetap menatap embun yang mulai meleleh. Dia tidak bergeming sedikit pun. Sunyi. Hanya suara jam dinding saja yang terdengar berdetak. "Aku mencintaimu" katamu spontan. Jemarimu tak lagi melingkari bibir cangkir berisi kopi. Aku tersenyum.
"Maaf aku tak bisa walau cintamu tumbuh sangat rindang. Cinta yang lain sedang menantiku. Cinta yang telah mengobati luka yang kau toreh. Cinta yang selalu ada saat kau tak lagi menoleh. Aku lebih memilih dia," Kusambar saja mantel musim dinginku dan berlalu dari hadapannya tanpa sepatah kata.

Monday 19 May 2014

Terima Kasih Untuk Kalian

Saat saya kanak-kanak, ulang tahun adalah sesuatu yang sangat istimewa. Di satu hari dalam setahun itu, saya akan mendapatkan banyak kado berupa baju, boneka, atau bahkan mobil-mobilan. Mama biasanya membuatkan saya sebuah kue tart dengan krem warna-warni dan hiasan patung badut atau puteri. Teman-teman dan sanak saudara, bahkan yang dari luar kota, datang ke acara ulang tahun saya. Bahkan Angku dan Andung, tetangga sebelah rumah, juga datang sambil meneteng boneka panda yang besar.


Saat dewasa, ulang tahun tak lagi terasa istimewa. Terkadang malah saya lupa. Lagian untuk apa berhura-hura merayakannya? Saya pikir lebih baik merenung intropeksi diri dan berdoa semoga umur yang bertambah akan lebih barokah. Itu saja cukup bagi saya. Namun, saya sangat menghargai orang-rang sekitar saya yang mengingat hari istimewa saya. Saya katakan hari istimewa karena hari itu saya diberi kesempatan untuk lahir ke dunia walau konon katanya seorang bayi sebetulnya menyesal telah dilahirkan. Namun, ini sudah jadi takdir Illahi. Setidaknya di dunia ini saya tidak sendiri. Saya bertemu dengan orang-orang yang mencintai dan menyayangi saya dari keluarga hingga sahabat-sahabat saya.

Tahun ini. Umur saya tak lagi remaja. Dua puluh enam tahun. Dan saya belum bisa menjadi seorang yang berguna bagi keluarga, sahabat, apalagi bagi nusa, bangsa, dan agama. Labih nahasnya lagi kontrak hidup saya juga berkurang setahun. Ini membuat saya risau  dan sedih. Di umur segini dengan kontrak hidup makin berkurang, saya belum bisa menjadi orang yang berguna. Namun risau saya lenyap dengan doa-doa dari keluarga dan juga sahabat-sahabat saya. Ya. Terima kasih untuk kalian yang mendoakan saya agar kedepannya saya mendapatkan apa yang saya cita-citakan dan dambakan. Saya sangat bersyukur pada Tuhan karena memiliki kalian. Sekali lagi terima kasih untuk doa dan beberapa bingkisan.


Terima kasih untuk keluarga dan krucil-krucil usil, Ulfa Adib, Chaca, dan Calysta yang menyanyikan lagu "Happy Birthday To You" saat saya duduk sendirian dalam Bus Trans Jogja tanpa cahaya yang berjalan lamban karena macet malam mingguan Terima kasih untuk teman kecil saya, Monika, dan teman-temannya yang menjadi teman saya juga, Rizal dan Mbak Kirz. Terima kasih juga buat Aishi, Eva dan Mbak Yayun. Terima kasih untuk kalian yang tak mungkin satu persatu saya sebutkan. Dan tentu saja, terima kasih untuk PARAM yang selalu gagal merencanakan pesta kejutan. Tapi tak apa, saya sangat menghargai "pengorbanan" kalian. Terima kasih tetap mengingatkan hari istimewa saya di sela kesibukan. Semoga kelak saya menjadi orang yang berguna bagi keluarga, nusa bangsa, dan yang terutama agama. Amiin.

Monday 12 May 2014

Beruntung atau Bersungguh-sungguh?

Hi there!
Ternyata sudah masuk tengah bulan Mei dan blog ini pun semakin jarang disentuh. Entah kenapa, rasanya tak ada waktu lagi untuk menuliskan hayalan atau sekedar mencorat-coret page blog ini. Mungkin akhir-akhir ini, saya lagi senang nonton film dan menerjemahkan puisi ditambah mengurus surat-surat aplikasi S2. Akhirnya hari ini saya sempatkan mencoba menulis lagi.

Teman saya bilang, saya bukanlah orang yang beruntung. Tahun lalu, dengan segenap jiwa saya mengurus perlengkapan aplikasi beasiswa S2 yang diadakan DIKTI, namun saya tidak lulus. Hal ini berbanding terbalik dengan salah satu teman saya yang menyiapkan aplikasi seadanya dan ternyata lulus S2 dan mendapat beasiswa. Kata teman saya, saya bukanlah orang yang beruntung. Namun, saya tidak pernah menyesali dan mengutuk Tuhan karena menciptakan saya sebagai orang yang tidak beruntung. Saya yakin semua ada hikmahnya. 

Hikmah yang saya rasakan adalah kebersamaan dengan keluarga terutama papa. Bayangkan kalau tahun lalu saya lulus S2! Tampaknya saya tidak akan pernah menghabiskan waktu agak lama bersama keluarga karena selama ini, sejak menamatkan sekolah dasar hingga kini, saya selalu berkelana meninggalkan rumah. Setidaknya saya bisa berbakti pada kedua orang tua dan bertengkar dengan adik perempuan saya satu-satunya atau bermain dengan sepupu-sepupu kecil saya. Hikmah lainnya adalah saya diberi keberanian lebih untuk bermimpi melanjutkan pendidikan ke belahan bumi lainnya. Dulu, saya tidak berani untuk mencoba apply beasiswa ke luar negeri. Entah kenapa sejak mengunjungi negeri tetangga (lagi-lagi ini hikmah karena tidak lulus S2 tahun lalu), saya ingin melangkahkan kaki lebih dan lebih jauh. Salah seorang teman saya terheran-heran dan berkomentar, "Ngapain apply ke luar banyak-banyak, Nta? Palingan gak lulus," Saya hanya bisa tersenyum. Yang penting saya mencoba. Setidaknya langkah pertama telah terlewati saat kita telah mencoba.

Kembali ke topik semula. Saya lebih memilih untuk menjadi orang yang bersungguh-sungguh daripada orang yang beruntung karena manusia tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sebelum mereka merasakan kesedihan. Begitu juga dengan keberuntungan. Orang yang selalu beruntung tidak pernah merasakan nikmat hidup karena mereka tidak pernah bersungguh-sungguh mendapatkan apa yang mereka dambakan. Semua yang mereka inginkan, mereka dapatkan dengan cuma-cuma hingga pada akhirnya mereka pasti kebosanan. Jadi, saya lebih memilih untuk menjadi orang yang bersungguh-sungguh daripada beruntung. Tak masalah jika dibilang bukan orang beruntung. Saya hanya tersenyum simpul saja.

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang