Monday 31 December 2012

Pergantian Tahun

Beberapa jam lagi tahun baru datang. Di luar jendela sana, euforia penyambutan tahun baru telah menggema. Hujan memang turun, namun tampaknya masyarakat tetap berbondong-bondong menuju titik-titik keramaian yang akan menyajikkan macam-macam kegiatan untuk mengisi euforia menjelang pergantian tahun. Aku? Aku masih seperti tahun-tahun yang lalu. Rasanya tidak ada yang spesial dalam setiap event pergantian tahun sama dengan tahun-tahun yang lalu. Tidak ada euforia, yang ada hanya untaian doa untuk mengharap masa depan yang lebih cemerlang. 

Dan tahun 2013 ini adalah tahun perjuangan hidup perdanaku. Benar-benar perjuangan untuk mencoba menjalani hidup tanpa meminta pasokan lagi dari orang tua. Hanya usaha dan doa yang akan kulantunkan. Semoga Tuhan mendengar doaku dan melihat usahaku. Ini langkah baruku di tahun baru yang akan datang beberapa jam lagi. Banyak harapan di sana; semoga semua usaha yang aku dan teman-teman rintis kelak akan sukses, semoga keluarga yang kucintai selalu diberi kebahagian di dunia dan akhirat serta selalu dimudahkan rezkinya, semoga ada jalan untuk menjadi seorang pengajar, semoga tahun ini aku bisa melanjutkan studiku dan meneliti puisi-puisi Qabbany lagi. Aku harus bekerja keras dan harus selalu ingat bahwa aku memiliki-Nya, Dia yang Maha Tahu dan Maha Kuasa. Finally, I'am thingking about my future man who will spend his lifetime loving me. This is my secret wish in this new year.


Wednesday 26 December 2012

English Vinglish: Kekuatan Hati Wanita

English Vinglish adalah sebuah film India tentang seorang ibu rumah tangga bernama Shasi. Untuk mengisi waktu luangnya, ia membuat laddo dan menjualnya. Dia adalah tipe wanita konservatif yang masih mengikuti norma yang berlaku dalam masyarakat di lingkungannya sehingga dia mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengurus suami dan kedua anak-anaknya. Namun, karena dia tidak bisa berbahasa Inggris, ia sering diejek oleh suaminya, Satish, dan anak perempuannya, Sapna. Malah anak perempuannya sampai malu memperkenalkannya kepada guru-guru di sekolah akibat keterbatasannya.

Suatu hari, keluarganya diundang oleh Manu, adik Shasi, untuk menghadiri acara pernikahan anaknya di New York. Satish memintanya untuk pergi duluan agar bisa membantu Manu. Diam-diam, Shasi mendaftar kursus kelas percakapan bahasa Inggris dalam 4 minggu. Di sana ia bertemu dengan teman-teman baru dan semuanya tidak bisa berbahasa Inggris. Mereka adalah seorang supir taksi bernama Salman Khan dari Pakistan, Eva seorang nanny dari Meksiko, Yu Son seorang penata rambut dari China, Rama seorang engineer dari India, Udumke dari Afrika, dan Laurent seorang koki dari Prancis. Kelas itu sangat mengasyikkan dan Sashi menikmati hari-harinya belajar bahasa Inggris. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang baik dan supel sehingga teman-temannya menyukainya. Karena kepribadiannya itu, Laurent tertarik padanya. Laurent sangat berbeda dengan suaminya yang selalu mengolok-olok bahwa dia terlahir untuk mengurus rumah tangga dan membuat laddo. Laurent sangat menghargai apa yang dikerjakan Shashi. Suatu hari, Laurent mengungkapkan perasaannya pada Shasi. Namun, Shasi masih setia dengan suami dan keluarganya.

Suatu hari, suami dan anak-anaknya datang dan ia otomatis sibuk mengurus keluarganya dan mengurus persiapan pernikahan sehingga ia tidak bisa masuk kelas bahasa Inggris itu lagi. Dengan bantuan keponakannya, Radha, ia tetap dapat belajar via telepon selular. Karena tes bahasa Inggris bertepatan dengan hari pernikahan keponakannya, Radha mengundang guru dan teman-teman bahasa Inggris Shasi. Ia kaget dengan kehadiran teman-temannya itu. Lalu ia memperkenalkan teman-temannya kepada Satish. Satish tidak menyangka bahwa istrinya punya banyak teman di New York. Saat perayaan pernikahan itu, Shasi mencoba memberi sambutan dan pesan untuk kedua mempelai dengan menggunakan bahasa Inggris. Ia menghatakan bahwa memiliki sebuah keluarga adalah hal yang terindah dalam pernikahan. Family is only one who will never laugh at your weakness. Family is only place will you always get love and respect. Kata-katanya ini, membuat anak perempuan dan suaminya sadar dengan yang mereka lakukan terhadap Shasi.


Dari film ini, kita bisa tahu bahwa itulah kekuatan hati seorang wanita. Walau ia disakiti oleh keluarganya, ia akan tetap setia mendampingi suaminya dan merawat anak-anaknya dengan segenap kasih sayang yang dimilikinya. Wanita bukan dilahirkan untuk membuat laddo atau sejenisnya. Wanita juga setara dengan pria. Wanita harus belajar setinggi-tingginya tak peduli apa pilihannya nanti. Berkarirkah atau hanya menjadi ibu rumah tangga. Wanita tetap harus pintar karena ia akan menjadi seorang ibu. And... I proud of being a woman.

Monday 3 December 2012

Almost 25

Kembali membuka lembaran album foto dan menemukan banyak kenangan lampau masa lalu. Mulai sejak aku masih dalam gendongan papa dan mama, bahkan paman dan bibi yang turut serta merawat dan membesarkanku. Tak lupa pula mbah kakung dan mbah putri yang dengan penuh kasih juga turut serta merawat diri ini. Betapa aku sangat disayangi oleh mereka. 

Kubuka lagi lembaran selanjutnya. Kutemui potret-potret saat aku duduk di taman kanak-kanak. Akhirnya aku merasakan dengan jelas hidup bersama papa dan mama. Masa taman kanak-kanak adalah sebuah masa yang menyenangkan. Namanya juga masih anak-anak yang lagi menggemaskan dan lucu-lucunya. Saat itu, aku adalah pribadi yang ceria, aktif, dan kreatif. Memang sih, dalam soal akademik, aku agak lamban. Haha, honestly aku baru bisa baca waktu duduk di kelas satu SD. Tapi itulah aku yang (insyaallah) mampu  mengejar ketinggalan. (Hal ini pun terjadi saat masuk pesantren). Kembali ke cerita semula. Saat itu, aku senang sekali ikut berbagai macam lomba, seperti lomba mewarnai, menggambar, menyanyi, dan juga lomba fashion show (teman-temanku tak ada yang percaya kalo aku suka ikut lomba fashion show waktu kecil). Nggak semua lomba aku menangi sih, tapi nggak sedikit juga yang aku menangkan (Sayang piala-pialanya hancur akibat gempa 30 September 2009). Aku juga sudah mandiri. Lihat saja! Dulu aku pernah jadi anak daro ketek (semacam little bridemaid) pernikahan rekan mama yang menikah di luar kota Padang. Walhasil, aku ikut pergi tanpa didampingi orangtua. Belum lagi tentang liburan dadakanku ke Palembang bersama Om Eri dan Tante Ema saat idul fitri ketika aku berumur 3,5 tahun. Aku pergi ke Palembang tanpa orangtua juga. Mama dan Papa sempat khawatir. Namun, aku selalu enjoy. Malah saat mama telepon, aku katakan bahwa aku sekarang bisa cebok sendiri. Aku mengatakan itu dengan sangat bangga.

Kubuka lagi lembar berikutnya. Kulirik potret-potret yang berbaris rapi. Itu potret-potret saat aku mulai duduk di bangku SD. Yippi. Akhirnya aku bisa membaca. Saking senangnya karena bisa membaca, aku selalu membaca papan iklan, papan petunjuk jalan, bahkan papan nama yayasan yang bertebaran di pinggiran jalan. Keranjingan membaca sepertinya masih terpatri hingga sekarang (melirik rak buku yang sudah sumpek karena kebanyakan buku). Masa SD juga masa menyenangkan. Aku nggak suka pelajaran Matematika, tapi aku suka bahasa Inggris. Waktu SD, aku sesekali masih ikut lomba nyanyi, paduan suara, dan menggambar. Trus, aku tertarik dengan puisi dan beberapa kali membaca puisi di depan kelas adan saat perpisahan kakak-kakak kelas 6. Nah! Di masa ini juga aku memutuskan memakai jilbab pertamaku tanpa paksaan dari mama dan papa (aku lebih dulu pake jilbab daripada mama). Dan di kelas 6, aku memutuskan untuk masuk pesantren.

Masa-masa di pesantren itulah yang sangat menyenangkan dan membekas dalam benakku. Cerita tentang pesantren dan kehidupannya, tak kan muat deh kalau ditulis semuanya dalam postingan kali ini. Intinya, hidup di pesantren selama 6 tahun itu penuh dengan suka dan duka. Memang sih, lebih banyak dukanya. Namun, marilah kita lihat duka tersebut dari segi positif. Insyaallah... kita akan menemukan sesuatu bermanfaat yang akan berguna bagi kehidupan kita di luar pesantren kelak. Pengen sih berbagi tentang ini. Mungkin suatu hari kelak ya nama saya bisa sejajar dengan Bang Fuadi. Hehehe. Amin.

Selanjutnya yang nggak kalah menarik adalah masa kuliah. Setelah keluar pesantren, rasanya gamang banget menghadapi kehidupan di luar tembok pesantren. Pasalnya aku nggak terlalu paham dengan sistem pendidikan non pesantren yang terkesan angker. Di pesantren dulu, tidak ada yang namanya penjurusan IPA, IPS, atau bahasa. Semua dipelajari keculi pelajaran ekonomi. Hehe. Saat itu, aku sempat mengatur list mau melanjutkan di universitas mana dengan menempuh ujian apa. List pertamaku adalah ikut UM UGM. Dan list itulah yang mengantarkanku ke UGM. Soal jurusan, aku nggak muluk-muluk. Aku memilih apa yang aku inginkan. Seperti biasa, mama dan papa tidak pernah memaksakan pilihan mereka. Aku bebas memilih. Aku suka mempelajari bahasa, karena itu aku pilih jurusan sastra. Dan... Aku bangga menjadi bagian dari Sastra Asia Barat UGM.

Kini, masa kuliah strata 1 telah usai. Penyusunan listku juga selesai. Namun, banyak kebimbangan dan keraguan yang menghalangi. Rasanya, aku masih ingin kembali belajar dan berkutat dengan teori-teori sastra serta berencana meneliti puisi Qabbani lagi. Namun, kendala biaya dan umur bergentayangan menakut-nakutiku bagai hantu. (Well, aku sedang berusaha untuk mengejar beasiswa). Tapi kalo soal umur... itu masalah yang belum terpecahkan. Hahahaha. Ngakak menutupi kemirisan. Cita-citaku sih nggak muluk-muluk karena aku nggak terlalu tertarik untuk kerja di perusahaan atau di kedutaan. Aku hanya pengen mnegajar dan berwirausaha. That's it!. Fiuhh. Semoga Tuhan mendengar doa-doaku dan kini sedang Dia mempersiapkan kejutan manis untukku. Yang terpenting aku harus tetap berusaha dan berdoa.

Btw. Almost 25. Dan ada rasa malu juga karena belum bisa memberikan apapun untuk keluarga tercinta. Sedih, tapi harus tetap semangat berusaha dan berdoa. Harus percaya diri dan nggak boleh putus asa.

Monday 26 November 2012

Pulang

Senja di Yogyakarta memang selalu memesona. Selalu mampu membuatku berada dalam dilema. Berat rasanya pergi meninggalkan kota ini. Namun, aku harus pulang untuk mengabdikan diri kepada keluarga tersayang. Kapan lagi aku akan hidup bersama mereka? Selama ini, aku selalu pergi menjauh dari rumah. Bukan karena kesengajaan, namun karena nasib yang menerbangkan. Ada kecemasan akan meninggalkan kota ini. Namun ada juga ketakutan bahwa aku tak kan pernah punya waktu untuk mengabdi kepada mereka, keluargaku tersayang. Aku harus pulang. Setidak untuk beberapa saat karena kurasa, aku tak mampu jua meninggalkan kota ini.




Sunday 25 November 2012

Ragu

Apa betul aku punya bakat menulis? Kata dosen pembimbing skripsiku, aku berbakat untuk menulis dan beliau memintaku untuk terus berlatih menulis dan menulis kemudian memintaku menulis sebuah karya ilmiah di blog. Kata-kata beliau masih terngiang-ngiang dalam benak. Tapi, aku masih saja meragu. Permintaan beliau untuk menulis lagi pun belum kulakukan sama sekali. Dalam lubuk hati, aku memang ingin menulis, tapi ya tulisanku hanya seperti ini. Sederhana dan tampaknya kurang berbobot. Hehehe... Aku pribadi sih senang-senang aja nulis. Karena dengan menulis, aku bisa menciptakan dunia yang kuinginkan sesuka hati. Aku adalah penguasa dalam dunia imajinasi sendiri. Tapi... ya tulisan-tulisan itu hanya kukonsumsi sendiri tanpa pernah kubagi atau kupublikasi. Tapi, suatu hari ingin juga sih karya tulisanku dikenal khalayak ramai. Bisakah aku? Masih meragu....


Friday 23 November 2012

Dicintai

Kota ini tampaknya masih berteman dengan hujan. Lihat saja di luar sana hujan masih menyisakan tetesan demi tetesan menciptakan genangan air di permukaan jalan. Senyumku tiba-tiba mengembang. Kilas balik masa lampau berputar-putar mengambang. Aku ingat jika dulu aku pernah melakukan  suatu kebodohan besar. Kebodohanku adalah pernah memendam rasa cinta untuknya. Tiap hari tak henti-hentinya aku memikirkannya. Aku berharap dia punya rasa yang sama denganku. Namun aku salah. Dia hanya angin yang datang sesaat. Dia memberikan aku rasa sejuk dan nyaman. Lalu dia tinggalkan aku sendirian tanpa kepastian. Di benakku, cinta tak lagi indah. Cinta tak lagi membahagiakan. Cinta hanya penderitaan dan kesia-siaan, Entah sudah berapa lama aku tak bersahabat dengan cinta lagi. Aku tak berpikir untuk mencintai sekali lagi. Aku hanya ingin dicintai agar hati ini tidak tersakiti.

Berharap suatu saat semua kembali normal; aku tak takut lagi untuk mencintai

Thursday 22 November 2012

The End of The Beginning



Wisuda adalah akhir dari sebuah awal. Awal dimana kita merasakan suka duka kehidupan yang sesungguhnya. Awal untuk berusaha dan bertahan tanpa pasokan dana dari orangtua. Terseok, tertatih, jatuh. Namun, itulah hidup. Harus dijalani dengan hati yang kuat, kesungguhan yang luar biasa, dan doa kepada-Nya. (Sate Padang, 17 Juli 2012)

Friday 16 November 2012

Sisa Memori Tentangmu

Aku terduduk dalam kamarku yang hening bebas dari bising. Dari jendela kamar kulihat titik-titik hujan masih berjatuhan menerpa jalanan. Hujan dan hening. Kedua hal itu sukses mengingatkanku kembali pada dirimu yang pernah mengisi hari-hari dengan kecerian, yang tiba-tiba menghilang begitu saja dari pandangan, yang menorehkan luka hati yang dalam, yang membuat hati ini tertutup rapat untuk cinta lain yang ditawarkan.

Aku masih ingat bagaimana awal kita jumpa kemudian melalui hari-hari bersama. Aku masih merasakan kecerian itu. Tawa kita. Canda kita. Dan juga amarah kita. Awalnya biasa saja. Aku tak pernah merasakan apa-apa. Kau hanya teman atau setidaknya kuanggap kau kakak laki-laki semata. Namun, rasa itu menelusup begitu saja dalam kalbu. Tiba-tiba... aku menginginkanmu lebih dari sekedar teman. Namun apalah daya? Aku hanya seorang wanita yang terlahir dalam budaya timur yang para wanitanya diharuskan malu-malu mengungkapkan rasa cinta duluan. Aku hanya memendam rasa itu jauh di lubuk hatiku. Tak ada yang tahu kecuali aku dan Dia. Kau tahu? Tiap malam aku selalu menitikkan air mataku mengadu pada-Nya bahwa aku tak sanggup menanggung beban ini. Aku menunggu dan terus menunggu. Namun, pada akhirnya kau sirna tanpa kabar berita.

Aku salah dan terlalu banyak berharap. Kau tak punya rasa yang sama dengan yang kurasakan. Namun... salahkah aku memaknai kebersamaan? Salahkah aku menafsirkan semua perhatian? Memang mungkin aku terlalu percaya diri dan yakin bahwa kau juga punya rasa itu padaku. Ah bodohnya aku yang pernah mencintaimu! Aku hanya bisa tertawa miris mengingatmu dan kenangan-kenangan yang kau bawa dalam hidupku.

Kau tahu? Aku telah mempersiapkan diri jika kau tinggalkan aku pergi. Aku sadar semua yang kulakukan pasti punya konsekuensi. Kau tahu? Aku sangat tegar saat kau hilang. Aku sangat tegar saat mendengar kau bersanding dengan seseorang. Aku turut bahagia dan mendoakanmu menjadi keluarga bahagia bersama dia. Kau memang bukan untukku. Bukan karena kau tidak baik. Namun, karena Tuhan Maha Tahu siapa yang terbaik untukku dan untukmu. Tuhan akhirnya telah menjawab semua doa-doa yang kupanjatkan  di sepertiga malamku. Namun Dia belum memberitahuku siapa yang terbaik untukku. Mungkin Dia ingin memberi kejutan indah padaku suatu saat nanti.

Aku relakan dirimu. Namun apakah kau tahu? Kisah ini menorehkan satu hal dalam diriku. Aku belum mampu untuk jatuh hati lagi. Untuk apa jatuh hati lagi jika akhirnya akan tersakiti? Aku tertawa lagi. Miris kuadrat. Apakah mungkin cinta itu seperti undian dalam fish bowl? Tinggal kita aduk isi fish bowl itu dan ambil satu gulungan kertas di dalamnya. Lalu membuka nama yang tertera dan jegjengjengg.... orangnya langsung tersedia di samping kita tanpa perlu mencintainya terlebih dahulu. Lupakan! Itu hanya imajinasi liarku saja. Sekedar untuk menghibur diriku yang terdiam dalam keheningan malam. Sudahlah... ceracauku sudah semakin kacau tak menentu. Selama tinggal...



sepertinya aku harus mengembalikan selera membacaku ke genre novel misteri dan petualangan deh biar nggak galau kayak begini.

Thursday 15 November 2012

Jago Merah Malang

Selesai sesi pemotretan pre wedding eh... maksudnya pre graduation, aku memutuskan untuk langsung belanja kebutuhan sehari-hari. Berhubung udah sore dan motor mau dipinjem, aku memutuskan belanja kilat dan langsung ke kasir. Ketika giliranku bayar, tiba-tiba pengeras dari bagian informasi supermarket tersebut membahana. Begini bunyinya kira-kira:
"Selamat sore. Panggilan kepada pemilik motor Vario Merah....

aku: "Vario merahh? punyaku dong?!

"....... dengan nomor polisi BA 6959 AG ditunggu kedatangannya di area parkir supermarket. Terima kasih. Selamat sore,"

Aku langsung kaget setelah mendengar pengumuman lengkap itu. Aduh! Ada apalagi ini? Aku deg-degan berat. Perasaan motorku itu udah aku parkir di tempat yang benar. Dengan terburu-buru. Aku mengambil barang-barang belanjaanku dan segera kabur ke area parkir. Di dekat motorku, berdiri dua orang pemuda  yang memberitahu bahwa motor mereka menabrak knalpot motorku hingga tutup knalpotnya lepas dengan sukses. Aku bingung, takut, sebel, marah, kesel. Argghhht!!!! Kenapa sih si Jago Merah kesayanganku itu selalu menjadi korban kebrutalan pengendara motor.

Dulu sebelum aku ujian pendadaran, si Jago Merah ditabrak dari samping sampe aku jatuh dan Jago Merah terluka. Pijakan kaki si jago Merah hancur dan bolong-bolong nggak karuan. Sekarang, kejadian lagi deh. Beberapa hari sebelum wisuda, si Jago Merah ditabrak lagi. Haduhhhh.... Kesel banget deh! Untungnya dua orang itu mau ganti. Berhubung udah sore dan bengkel udah pada tutup lapak. Akhirnya aku minta aja ketemuan langsung di bengkel sama kedua orang itu. Semoga mereka beneran mau ganti. Amin. 

Tuesday 13 November 2012

Tak Pernah Bersedih?

"Kamu kok sepertinya nggak pernah bersedih? Ceria melulu. Gak pernah punya masalah ya?"

Aku hanya tersenyum menerima pertanyaan-pertanyaan tersebut. Mereka bilang aku selalu ceria dan tak pernah punya masalah. Siapa bilang aku tak punya masalah? Kalau aku tak punya masalah, kenapa aku harus hidup? Hidup itu kan tak pernah luput dari masalah yang kadang bikin kita sakit hati, menangis, pengen marah, dan sedih. Aku sama dengan mereka. Aku juga punya sejuta masalah dan sejuta keluh kesah. Yang beda hanya keceriaan yang selalu terpancar walau aku ada dalam masalah.

Entah kenapa setiap ada masalah atau ingin berkeluh kesah, aku selalu teringat bahwa masih banyak orang-orang yang lebih menderita dan ditimpa masalah lebih banyak dbandingkan aku. Jadi kenapa aku harus bersedih? Toh masalah dan keluh kesah tak kan habis dengan hanya bersedih dan menagis. Tapi, aku juga bukan orang kuat, kadang aku juga menangis. Karena menangis terkadang dapat melegakan perasaan kita, tapi jangan terlalu ditangisi juga sih. Sekedarnya saja. Detik ini pun, aku sedang menangis menahan rasa sakit. Mungkin setelah puas menitikkan air mata, aku akan pulang ke kos, mandi, dan tidur berharap esok pagi rasa sakit ini pergi.

Friday 9 November 2012

Mencintai Atau Dicintai?

Mencintai atau dicintai? Mana yang kau pilih? Kalau aku lebih memilih untuk dicintai ketimbang mencintai. Pilihan ini memang berdasarkan pengalaman masa silam. Mencintai itu adalah suatu hal yang menyakitkan apalagi untuk seorang perempuan yang tak bisa mengungkapkan rasa cinta yang dipendam. Bahkan emansipasi wanita yang saat ini sedang gencar sekalipun tak akan berlaku dalam hal ini. Untuk apa mencintai jika akhirnya menyakiti hati?


Friday 2 November 2012

Friendshit

Bagiku, di dunia ini nggak ada yang namanya friendship, close friend, best firend, sahabat dekat, atau apalah itu istilahnya. Bagiku, teman ya teman saja. Sekedar berteman sajalah karena toh manusia nggak bakal bisa hidup sendirian di muka bumi. Temen itu emang selalu ada dalam suka dan duka, dalam sedih dan tawa. Tapi dengan satu catatan: kalo kita dan mereka masih berstatus jomblo. Kalo mereka udah bertemu dengan cinta mereka... ya siap-siap ikhlasin kepergian mereka dan siap-siap juga nerima mereka kembali ketika mereka sedang punya masalah dengan pasangan mereka. Saat masalah mereka selesai, ya ikhlasin lagi mereka kembali ke pasangan mereka dan begitu seterusnya. Toh itu adalah kehidupan baru mereka. Kita pun akan menemui kehidupan baru kita dan bertemu dengan teman-teman baru lagi. Intinya sih adalah ikhlas dan cari teman baru sebanyak-banyaknya. Nggak ada persahabatan yang sempurna. Yang ada hanya individu yang berusaha menjadikan persahabatannya sempurna. Persahabatan itu bak pergantian musim yang sama-sama datang silih berganti.


Monday 29 October 2012

Kata Kajol

If you are a women, then you are a mom type because every girl has this mom formula hidden in her as soon as she born. Career women, like you, forget this. But when the time comes, you will remember everything (We Are Family).

Itu kalimat yangaku kutip dari salah satu scene film We Are Family. Kalimat yang bagus dan ngena banget. Bener juga ya kalo naluri keibuan itu telah ada dalam diri seorang wanita semenjak ia lahir. Mungkin terkadang, ia lupa karena terlalu sibuk dengan dunia yang digelutinya. Namun, jika saatnya tiba,dia akan ingat semuanya. Indahnya menjadi seorang wanita. Aku bersyukur untuk itu.


Sunday 28 October 2012

Hymne: Peraturan

Hari ini masih saja irama hymne "Oh Ponndokku" mengalus dari MP3 handphone. Beribcara tentang pondok, otomatis tak kan bisa lepas dari yang namanya peraturan. Aku jadi teringat dengan keponakan ibu kos yang membatalkan niatnya masuk pondok karena ada peraturan bahwa di pondok para santriwati tidak diperkenankan memakai handphone. 

Itu hanya sebagian peraturan, kawan. Peraturan memang sekilas tampaknya memberatkan, menyulitkan, dan mempersempit kebebasan kita. Namun, apa yang terjadi jika tak ada peraturan di muka bumi? Semua pasti akan menjadi kacau balau dan manusia tak kan ada yang menghormati, menghargai, dan tenggang rasa satu dengan yang lainnya. Peraturan itu untukkebaikan kita sendiri kok.

Aku pribadi menghargai peraturan pondok yang berlaku. Kadang menyebalkan sih, namun aku berusaha memandang peraturan dari sudut pandang berbeda. Aku mencoba berpikir positif pada setiap peraturan. Contohnya adalah peraturan penggunaan bahasa Arab dan Inggris. Bayangkan saja jika peraturan itu tidak ada! Pasti para santri tak akan pernah mempraktekkan bahasa yang dipeajari sehingga mereka tidak akan pernah berani berinteraksi dengan bahasa tersebut.

Peraturan lain misalnya adalah diarang menggunakan handphone. Zaman sekarang yang namanya handphone sudah merajalela di masyarakat kita. Tua muda, kaya miskin semuanya punya handphone. Bahkan anak TK nol kecil saja sudah dibelikan handphone canggih. Handphone itu bagai obat candu. Sekali melirik layarnya, maka kita akan lupa dengan dunia nyata di sekitar kita. Kita pasti akan berkutat dengan benda itu. Dan akhirnya kita malas melakukan hal-hal nyata karena hanya berkutat dengan handphone  di tangan. Bayangkan saja jika seluruh santri di paondok membawa handphone! Pasti mereka tidak akan pernah berinteraksi satu dengan yang lain. Mereka hanya sibuk dengan diri mereka dan handphone mereka. Mereka mungkin lebih memilih bermain dengan benda itu ketimbang mengikuti kegiatan-kegiatan mengasyikkan yang disediakan seperti pramuka, pidato, olah raga, musik, dan organisasi lainnya. Kegiatan itu memang tampaknya sepele, namun sebenarnya sangat berarti di kemudian hari.

Aku sangat menghargai peraturan pondok walau terkadang tak jarang aku langgar. Namun, ada satu peraturan yang masih sulit aku terima, yaitu para santri tidak boleh membaca dan menulis karya sastra. Itu peraturan saat aku masih mondok dulu. Aku suka membaca novel ataupun kumpulan cerpen. saat kelas1 sampai kelas 3, kami masihdiperbolehkan membaca novel ataupun kumpulan cerpen asalkan bertema islami, seperti karya Asma Nadia, Ari Nur, Izzatul Jannah, dan Pipit Senja. Tak masalah, peraturan ini masih bisa ditolerir. Setelah naik ke kelas 4 (sederajat dengan 1 SMA), ada peraturan baru, yaitu tidak boleh membaca karya sastra walau bertema islami. Sedih sekali rasanya. Untungnya masih ada cerita bersambung yang berjudul "Ayat-Ayat Cinta" di koran Republika saat itu. Jadilah cerbung itu sesuatu yang selalu kami nantikan kehadirannya sebagai pelipur lara akibat tak bisa membaca karya sastra. 

Lain halnya dengan peraturan dilarang menulis. Saat itu, aku baru seorang calon santriwati. Seorang teman sekamarku gemar sekali menulis cerpen. Cerpen itu ditulis di sebuah buku tulis isi 40. Tiap hari, ketika waktu senggang, dia terus menulis. Tulisannya berkisar pada cerita cinta dan persahabatan anak ABG. sesuailah dengan umur kamisaat itu. Suatu sore, aku duduk di sebelahnya menemaninya menulis. Tiba-tiba, seorang ustadzah lewat dan merebut buku tulis itu. Temanku diam saja, termasuk juga aku. Aku hanya diam.Takut dan heran. 

Ah andaikan aku punya kekuatan... ingin rasanya aku menghilangkan dua peraturan itu. Tak masalah jika para santri gemar membaca karya sastra atau menulis. Mungkin saja, kelak mereka jadi penulis handal yang melahirkan tulisan-tulisan bagus dari pondok. Semoga saja, peraturan itu kini tak lagi ada. Semoga saja, novel karya A. Fuadi menginspirasi para santri dan para pengurusnya untuk menghapus peraturan itu. Amiin.
Aku merindukan pondokku....

Wednesday 24 October 2012

Romantisme

Ini mungkin kali keseribunya aku menonton film Bollywood yang berjudul "Ghajini". Film ini rupanya memberi kesan tersendiri bagiku. Kesan tersebut kudapatkan dari dua karakter dalam film ini, yaitu Sanjay Singhania (Aamir Khan) dan Kalpana Shetty (Asin Thottumkal). Kesan itu berupa arti romantisme. Romantisme itu tidak hanya ditunjukkan dengan perhatian berlebihan dan kontak fisik saja. Romantisme itu  ya bisa ditunjukkan dengan saling menyemangati satu sama lain, saling menguatkan, saling menghormati, saling menghargai, dan saling memberi perubahan ke arah yang lebih baik. Itulah romantisme, kawan.

Tuesday 16 October 2012

Hymne: Tong Seng

Instrumen hymne "Oh Pondokku" masih mengalun syahdu mengingatkan aku dengan sesuatu. Aku teringat tong seng. Namun, tong seng ini bukan tong seng gulai khas Jawa itu. Tong seng ini nama suatu tempat di area tempatku mondok dulu. Tong seng ini adalah deretan kamar mandi panjang berdinding seng dan baknya dari tong. Maka, jadilah kami menyebutnya tong seng.

Walau sederhana dan bukan merupakan tempat terkenal, tong seng ini punya tempat khusus di hati. Bagaimana tidak? Tong Seng ini bisa dibilang saksi bisu yang menyaksikanku menangis untuk pertama kalinya karena pisah dari orangtua untuk mondok selama 6 tahun lamanya. 

Aku ingat benar hari itu. Saat banyangan mama sirna dari pandangan, aku langsung sedih ingin menangis. Aku langsung masuk kamar dan mengambil baju ganti, handuk, dan alat mandiku. Setelah itu, aku menuju tong seng, masuk ke dalamnya dan mandi sambil menangis sejadi-jadinya. Selesai mandi di tong seng, hilang sudah rasa sedih itu. Kenapa harus sedih ya? Toh semua orang di sekitarku senasib denganku semua; sama-sama jauh dari orangtua.

Saturday 13 October 2012

Baca Novel (Lagi)

Asyikkkk! Dua hari ini memang asoy geboy. Kembali ke rutinitas awal sebelum sibuk-sibuknya ngerjain skripsi, yaitu baca novel. Hehehe. Aku benar-benar merindukan saat-saat itu. Seharian di dalam kamar meringkuk membaca banyak novel dan mengimajinasikan wajah tokoh dan latarnya dalam pikiran. Apalagi kalo hari hujan, semakin nikmatlah acara baca novelku itu. Hidupin kipas, selimutan, dan meringkuk membaca novel. Tampaknya aku memang merindukan kegiatan ini. Mungkin karena kegiatan ini pernah lama terhenti karena aku harus banyak baca buku teori penelitian sastra dan buku-buku acuan yang serius dan nggak bisa dibuat menghayal.

Dulu, aku seneng banget baca novel bertema cinta gitu. Kayaknya seru dan bikin haru. Tapi, semenjak kejadian 'cinta bertepuk sebelah tangan' itu, aku lebih memillih novel-novel misteri, petualangan, dan detektif, seperti The Lost Symbol, Sherlock Holmes, The Last Supper, dan The Grail Conspiracy. Rasanya seru aja mengimajinasikan petualangan-petualangan seru tersebut. Menjelajahi Gedung Capitol, White House, Baker Street, atau bahkan memikirkan keindahan kota Milan. Novel-novel bertema ini cocok banget untuk ngilangin galau akibat kasih tak sampai deh.

Akhir-akhir ini, aku malah tertarik baca novel yang bertema rumah tangga. Hehehehe. Mungkin emang saatnya aku ganti selera ya? Ya anggap aja untuk pelajaran di masa depanku kelak.Hehe. Salah satu, eh salah dua yang kusuka adalah Quarter Life Dilemma, C'est La Vie, Test Pack, dan Alpha Wife. Yang terbaru ya yang terakhir. Aku suka sama tema ceritanya yang mengusung tentang alphawife. Sekarang kan jaman tuh masalah alpha wife dalam rumah tangga. Aku kira, aku perlu sedikit tahu tentang masalah ini.

Friday 12 October 2012

Asal Mula

Jika ditanya seberapa sukakah aku sama pilem Bollywood. Mungkin aku akan menjawab bahwa aku suka pilem Bollywood kayak mereka yang lagi kena deman Korean Wave gitu. Tapi bedanya, aku nggak bakal tereak-tereak kalo ketemu ama aktor atau artis favoritku (sadar umur).

Awalnya, dulu aku nggak suka pilem India. Pertamanya sih karena dilarang sama emak nonton pilem India soalnya adegannya "ngeri". Ya sudah, saya nggak pernah suka sama pilem India. Waktu masuk pesantren, ternyata lagu India adalah sesuatu yang wajib dalam acara-acara penting pesantren, sebut saja acara Apel Tahunan, Drama Arena, dan Panggung Gembira, semacam pentas seni gitulah kalo di SMP ato SMA. Apalagi teman-teman sekamar sering "mencekoki" aku dengan cerita-cerita pilem India. Mulai dari Kuch Kuch Hotahai, Mohabbatain, Khusi, Mann, dll deh. Namun, saat itu aku masih belum tertarik, aku cuma suka dengerin lagunya aja. Itupun karena sering diputar waktu latihan nari. 

Waktu semester 1, akhirnya aku nonton Kuch Kuch Hotahai. Itu pilem India pertama yang aku tonton (Halo??!! Kemana aja guweh? Baru nonton Kuch Kuch Hotahai waktu semester 1). Tapi, aku belon tertarik sama pilem India. Kok ceritanya gitu-gitu aja dan ada nyanyi-nyanyinya yang panjang plus bikin ngantuk. Akhirnya, aku memutuskan kalo aku nggak suka pilem India sampai bermunculanlah pilem India tahun 2000-an, kayak Slumdog Millionaire, My Name is Khan, dan 3 Idiots. Awalnya sih sempat underestimate sama pilem-pilem tersebut. Eh ternyata pilem-pilemnya bagus-bagus banget. Setelah nonton 3 pilem tersebut, akhirnya aku keranjingan cari info seputar pilem India tahun 2000-an. Ternyata bagus-bagus dan penuh dengan pesan. Oh ya. Pertama sih kurang suka sama adegan nyanyi dan narinya, tapi lama kelamaan, aku nikmati juga. Malah aku bela-belain download lagu-lagunya hehe. Pilem India tanpa adegan nyanyi dan nari kayakny sama dengan sayur tanpa garam ya.

So... bener juga kata orang, Don't Judge the book by it's cover.Hehe. Enjoy dan nikmati pilem India. Nggak bakal nyesel kok.

Thursday 11 October 2012

Sekseehh

Akhirnya aku terbujuk dengan rayuan pulau kelapa, eh salah, maksudnya rayuan maut temenku untuk nonton     pilem di bioskop. Pertamanya sih, aku nggak pengen ikut, berhubung isi kantong menipis dan capek karena seharian nguruusin naskah skripsi. Tapi, dipikir-pikir, bolehlah sekali-sekali menghibur diri pergi nonton ke bioskop. Kali ini pilemnya dipilihin sama teman. Judulnya "Looper" (Bukan loper koran ya!). 

Ceritanya tentang pembunuh bayaran yang membunuh orang-orang yang dianggap mengganggu dari masa depan. Pilemnya lumayan menegangkanlah walau agak harus mikir untuk mencerna ceritanya. Yang penting, kali ini aku nggak menyia-nyiakan dua puluh llima ribu untuk beli tiket. Pasalnya, dulu aku pernah trauma nonton pilem di bioskop. Udah bayar mahal-mahal, eh akunya malah tidur pulas. Ckckckckckck. Kalo mo tidur, ngapain di bioskop ya?Tapi yang paling berkesan ya itu, si Joseph Gordon Levitt yang menjadi peran utama. Dia seksi banget dengan potongan rambut kayak gitu. Dan satu lagi, bibirnya juga seksehhhh. Beuhhh. Ckckckcckckck.Semoga ada lanjutannya nih pilem. Rodo ngegantung sih. Tapi like this lah.


Wednesday 10 October 2012

Pasti Ada Hikmah

"Abis lulus mau kemana, Shin?" Tanya Bu Mahmudah, dosenku, saat menemani beliau beli snack.
"Saya pengen lanjut S2, Bu" Kataku bersemangat. Aku memang pengen lanjut S2. Aku memang masih punya keinginan besar untuk mendalami sastra Arab. Aku masih ingin lagi meneliti karya sastra Arab dengan teori-teori  kritik sastra yang lebih tajam ketimbang yang aku dapatkan di S1. Rasanya  nama Nizar Qabbaniy masih mengelilingi otakku. Tanganku juga gatal untuk mencari-cari dan memborong karya-karyanya yang lain dan membacanya. Nanti aku ingin mengulas tentang Nizar Qabbaniy lagi dalam tesisku, mungkin dengan semiotik lagi atau teori kritik sastra yang lain, seperti kritik sastra feminis. Namun, aku sadar bahwa biaya S2 itu nggak murah. Sebentar lagi adekku juga masuk kuliah. Mama juga sedang S2. Papa? Aku sudah bertekad tidak akan memberatkan beliau.

"Bagus kalau kamu mau melanjutkan kuliah. Coba cari beasiswa. Tanya-tanya sama temanmu. Kemaren kan ada anak Sastra Arab yang dapat beasiswa unggulan," Suara Bu Mahmudah memecah lamunan.
"Iya, Bu" Kataku sambil mengangguk setengah hati teringat bahwa temenku yang dapat beasiswa itu agak terkenal pelit ilmu dan informasi, apalagi info beasiswa.

Beasiswa ya? Siapa yang gak pengen dapet beasiswa? Aku juga pengen dapet beasiswa seperti mereka. Aku juga nggak pengen kale ngeberatin beban orangtuaku yang harus ngeluarin banyak biaya. Tapi aku kepalang antipati sama yang namanya beasiswa. Beasiswa itu nggak jelas. Dulu ada penawaran beasiswa BOP intinya beasiswa itu ditujukan untuk mahasiswa yang IP-nya bisa dibilang gedelah. Dengan semangat 2012, aku ikut apply beasiswa itu dan sangat berharap banget karena saat itu, IP-ku lagi hot-hotnya, Lumayanlah ngalahin teman seangkatanku yang langganan IP tinggi. Namun, ternyata oh ternyata, aku nggak dapat beasiswa itu. Malah teman-temanku yang IP-nya di bawahku yang pada dapet. Haduhh. Makjleb rasanya hati ini!

Terus waktu biaya kuliah membengkak karena harus bayar uang KKN, aku juga ikut apply beasiswa lagi. Kalo dapet ya lumayanlah, beban orang tua bisa terkurangi. Ternyata sama saja. Hasilnya mengecewakan. Ini lebih parah! yang dapat malah kakak-kakak angkatan yang notabene cuma tinggal nyusun skripsi doank. Harusnya lebih baik beasiswa itu dialirkan kepada mahasiswa yang masih banyak menanggung beban SKS, dan saat itu plus beban biaya KKN.

Belon lagi beasiswa yang ditujukan untuk mahasiswa kurang mampu. Kayaknya beaasiswa itu perlu diperhatikan dan ditinjau ulang lagi deh. Harus jelas kategori "MISKIN" itu yang bagaimana. Apakah orang yang tiap hari pulang pergi pakai motor, bawa laptop, dan bisa liburan ke Malaisya dan Singapura itu bisa dikategorikan miskin?? Hal yang seperti ini banyak sekali terjadi. Harusnya calon penerima beasiswa ini   menjalani penghitungan kekayaan orangtua kayak calon presiden gitu biar jelas dan nggak ada yang terdzolimi. Kasihan kan sama yang benar-benar membutuhkan beasiswa itu, malah nggak dapat.

Sempat ada kekhawatiran kalo seandainya nanti aku apply beasiswa lagi lalu ternyata hasilnya mengecewakan lagi. Mungkin aja kategori calon penerima beasiswa S2 itu nggak jelas lagi kayak beasiswa yang sudah-sudah itu."Astagfirullah. Ampuni Aku Tuhan. Tersadar, aku berburuk sangka lagi kepada-Mu." 

Semoga ada hikmah di balik semua susah. Aku yakin Tuhan menyiapkan sesuatu yang lebih besar dan lebih menyenangkan daripada beasiswa yang dulu-dulu itu, asal aku selalu usaha dan selalu mengiringi usaha tersebut dengan doa. Where there is a will, there is a way. Aku harus tetap semangatdan yakin bahwa aku bisa lanjut kuliah. Semangat! Semangat! (sambil ngepalin tinju kanan ke udara)

Sunday 7 October 2012

Beda

Mengapa perbedaan selalu menjadi perselisihan?
Mengapa perbedaan menciptakan kebencian?
Apakah ada yang salah dengan perbedaan?

Mengapa kau dan aku tak bisa bersatu
hanya karena kita berbeda suku?
Omong kosong apa itu?

Tak ada suku yang lebih baik
Semua sama rata, sama baik
Harusnya perbedaan itu untuk saling melengkapi
Bukan untuk saling memusuhi
apalagi mencaci maki.

Thursday 4 October 2012

Rumah Puisi


Nanti, kau tak perlu mengajakku berbulan madu ke Bali

apalagi ke Pantai Senggigi
Cukup ajaklah aku ke Rumah Puisi
di antara kaki-kaki Gunung Singgalang dan Merapi
di antara Padang Panjang dan Bukittinggi

Lebaran kemaren, aku dan keluarga sempet pulang kampung ke Lintau Buo. Waktu berada di antara daerahPadang Panjang dan Bukittinggi, gak sengaja aku liat papan besar bertuliskan Rumah Puisi. Entah kenapa akhir-akhir ini aku jatuh cinta sama puisi. Hmm mungkin karena skripsiku kali ya. Hehehe. Namun sayang beribu sayang, keluargaku nggak ada yang mau singgah ke sana. Soalnya yang jatuh cinta sama puisi kayaknya cuma aku deh. Ya sudahlah, perjalanan tetap dilanjutkan ke Bukittinggi. Sebenarnya aku berharap banget bisa ke sana, tapi aku kan jarang pulang ke Padang. Hadeuh. Semoga suatu hari nanti, ada yang ngajak ke sana.

sumber poto: google ya (belum sempat jepret sendiri)




Monday 1 October 2012

METAMORFOSIS



Udah lama ya ternyata aku gak nulis cerita-cerita ringan lagi. Hehe. Mungkin akibat kejar tayang skripsi nih. Finally hari ini, aku mencoba menulis cerita-cerita ringan lagi. Dibuat sendiri dan untuk konsumsi pribadi (gak pede publish sih tepatnya hehe). Susah juga ya kalo udah lama nggak nulis cerita ringan dan sekarang tiba-tiba nulis yang beginian lagi. Biasanya berkutat dengan skripsi yang memakai bahasa resmi dan EYD yang forrmal dan bukan hasil ngayal. Cekidot dikit ah di blog hehe.

***********

Kulihat langit masih mendung dan titiktitik hujan membasahi jendela kaca itu.Tampaknya hari ini aku tak ingin membaca novel misteri yang barusan kuambil dari rak baca. Aku malah menatap titik-titik hujan yang menempel di jendela. Pikiranku melayang jauh ke rumahku di kampung. Tiba-tiba aku teringat dengan wajah Bapak dan Ibu yang sangat menginginkanku untuk segera menikah.

“Nduk, kapan kamu mau ngenalin calon suami kamu ke Ibu dan Bapak?” Kata ibu sambil mengelus rambutku sayang.
“Saya belum kepikiran ke sana, Bu. Saya masih fokus menuntut ilmu” Kataku lirih.

Ibu hanya menghela nafas prihatin mendengar jawabanku. Sebenarnya aku juga ingin mengabulkan keinginan bapak dan ibu untuk segera menikah. Namun, masa lalu membuatku beranggapan bahwa semua laki-laki di bumi ini sama saja. Mereka hanya menginginkan kecantikan.
 “Hei! Ngelamun aja, Rei”
Suara itu menyadarkanku dari lamunan panjangku. Lul berdiri di hadapanku sambil tersenyum lebar. Dia segera meletakkan dua cangkir coklat hangat di atas meja dan duduk di hadapanku sambil mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas ransel.
“Rei. Ada apa?”
“Tidak ada apa-apa, Lul. Sungguh”
“Tidak mungkin Rei. Kau tak kan pernah bisa membohongiku,”
“Lul. Adakah cinta yang benar-benar tulus di muka bumi ini?Aku tak pernah melihatnya”
“Pasti ada. Kau saja yang belum menemukannya”
“Namun, mengapa para lelaki hanya mencari kecantikan saja? Percayalah... ketika kecantikan itu hilang, mereka pasti akan menghilang juga,”
“Siapa bilang?”
“Aku yang bilang. Dulu saat aku masih seperti seekor anak itik buruk rupa, mereka menghina dan menjauhiku. Namun kini ketika aku bermetamorfosis menjadi seperti angsa yang cantik, mereka semua datang menghampiriku dan menginginkanku,”

Lul hanya tersenyum mendegar opiniku yang sarkas tentang kaumnya. Beberapa saat kemudian, dia melirik jam tangannya lalu menepuk jidatnya. Tampaknya dia melupakan sesuatu atau melupakan janji bertemu dengan seseorang. Buru-buru Lul mengambil buku-bukunya dan memasukkannya kedalam ransel.
“Maaf Rei. Aku harus pergi. Namun yakinlah! Cinta tulus itu benar-benar ada. Aku telah bertemu dengannya. Sampai jumpa besok,”

Bayangan Lul telah hilang ditelan rak-rak buku perpustakaan yang menjulang tinggi. Aku terpekur memikirkan kembali ucapan Lul. Mungkin sudah saatnya aku melepaskan bayang-bayang masa lalu. Mungkin saatnya untuk berpikir positif. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sebuah buku agenda kusam. Kuambil buku itu dan kubuka satu per satu halaman demi halamannya. Di salah satu halaman buku tersebut, aku menemukan selembar fotoku bersama Lul. Aku tersenyum melihat foto itu. Itu fotoku sebelum aku bermetamorfosis. Perlahan-lahan kubaca rangkaian kata-kata di bawah foto tersebut;

Namanya Rei. Reina.
Mungkin dia tak secantik teman-teman perempuan yang lain. Namun entah mengapa aku terkagum-kagum olehnya. Mungkin karena dia cerdas, ceria, dan selalu optimis. Dan senyumannya sangat manis. Tampaknya, kini aku menyayangi dia bukan sebatas sahabat saja. Aku ingin mengungkapkan apa yang kurasakan ini, namun aku tak ingin merusak jalinan persahabat kami. Biarlah waktu yang akan memberitahunya tentang perasaan ini.

Ailul

Sunday 30 September 2012

Horor

"Nonton pilem horor yuk"
Akhirnya hari Sabtu kemaren kami putuskan untuk menyewa kaset di rental depan kos. Nonton pilem horor mungkin adalah salah satu penghilang stres yang murah meriah selain nyetrika dan nyuci (lho?). Murah? Yaiyalah dengan biaya lima ribu rupiah dibagi 6 kepala. Bayangkan aja betapa murahnya. Yup yup. Yang namanya hiburan gak mesti mahal kan. Hehehehe.

"Nonton yang ini aja! Ini serem banget lho kata mbak yang jaga rentalnya"
Karena wajah si pembicara yang meyakinkan, akhirnya kami percaya seratus persen dan segera nonton pilem horor Thailand itu. Namun beberapa menit berlalu, adegan yang menegangkan ternyata tidak terjadi sama sekali. Subtittlenya gak jelas dan ceritanya entah kemana. Yang paling ngaco itu ya tokoh setannya yang kocak. Biasanya dalam pilem horor, tokoh setan suka membunuh tanpa ampun. Tapi, setan di pilem ini, abis bunuh orang malah nyesel dan nangis sejadi-jadinya. Kalo di pilem horor, biasanya kalo setan muncul dan yang liat pada langsung lari terbirit. Kalo di pilem ini, si setan muncul, eh yang liat malah pada ngobrol sama si serannya. Ckckckckckckck. Tapi yang paling lucu adalah adegan setan yang sempet-sempetnya ngulek sambel dan masak makanan untuk suaminya yang notabene masih manusia. Hadeuhhhh... bener-bener deh pilem horor yang satu ini. Bener-bener horor sampe buat yang nonton ngakak-ngakak.

Friday 28 September 2012

Hymne: Nakal Versi Kita

Aku mendengarkan lagi lantunan hymne itu. Alunan musiknya lembut mendayu-dayu di telingaku. Tiba-tiba, satu fase kehidupan itu berputar-putar di kepalaku. Memori itu berkelebat kuat. Celebes, Lamomea, Guest house: kamarku tercinta, bahkan aku ingat Mita, teman senasib, senakal, seperjuangan.

Saat itu, aku telah lulus dari pesantren dan dikirim ke Lamomea untuk mengabdikan diri. Pertama aku ngerasa heran. Heran karena kenapa aku bisa terpilih untuk mengabdi di sana. Padahal tak pernah terpikir olehku akan mengabdi di sana. Well. Semua harus dijalani dan berangkatlah aku ke sana.

Pertama tiba disana, ternyata oh ternyata, namaku tak tercantum. Dan akhirnya, aku ditampung di kamar LAC (Language Advisory Council). Kamar itu terletak di gedung paling pojok dekat hutan dan padang rumput. Dengan badan letih dan mata mengantuk, kami mendorong koper kami menuju gedung itu. Di tengah jalan, tiba-tiba segerombolan babi hutan lewat dengan cueknya. Kami yang baru melihat pemandangan itu shock bukan main.Tapi beberapa hari kemudian, kami tidak shock lagi. Mungkin sudah terbiasa dengan pemandangan itu. Bahkan waktu berjalan kaki pun, kami (aku dan babi hutan) jalan beriringan dengan damai.

Selang beberapa bulan, aku dipindahkan ke bagian penerimaan tamu. Di kamar baru itu, aku nggak sendiri. Ada seorang lagi yang menjadi partnerku mengurus tempat penerimaan tamu. Sebut saja namanya Mita. Dia teman seangkatanku, namun kami nggak terlalu kenal dekat. Aku pikir, dia anaknya sombong dan hanya mau bergaul dengan mereka-mereka yang levelnya menengah ke atas (baca: kalo nggak cantik, ya modislah, ato duitnya banyak). Ternyata anaknya asyik dan menyenangkan. Berteman dengannya sangat menyenangkan dan seru banget. Oh ya. Kamar kami terletak di sebelah rumah yang sering disebut "Pilus". Tenang! Ini bukan jenis kacang kok. Pilus itu singkatan dari Pila (Vila maksudnya) Ustad. Di sana tinggallah Trio Macan... eh salah. Trio Ustad yang masih lajang-lajang saat itu (sekarang udah pada nikah semua). Kadang kalau ada acara besar, rumah itu penuh dengan ustad-ustad lajang yang datang dari pesantren putranya (Lumayan buat cuci mata aku dan Mita hehe).

Sebagaimana kehidupan di pesantren, banyak sekali peraturan yang harus dijalani. Saat itu, mungkin, aku dan Mita sedang memasuki masa-masa ingin bebas. Dulu, saat kami masih jadi santri, kami harus menjalani peraturan yang sangat ketat. Ketika kami tamat, ternyata kami masih harus berhadapan dengan peraturan lagi, walau peraturan kali ini tidak seketat dulu. Dan jadilah kami dua orang pengajar yang "nakal". Menurut kami, nakal itu ngga masalah sih, asal tidak melewati batas kewajaran dan norma yang berlaku.

Nakal kami sih sepintas pake MP3 saat mengajar atau saat rapat guru. Trus apalagi ya? Oh ya! Dulu kami juga sering kabur ke kota dengan Rambo (mobil pondok yang paling keren). Tentu saja, ini kongkalikong sama penghuni Pilus. Mungkin kami punya banyak kesamaan dan chemistry (ahaii) sebagai anak tiri yang diterlantarkan (maaf cerita tentang ini tidak dapat disampaikan di blog hehe). Jadilah kami sering kongkalikong dengan beliau-beliau itu. Hehe. Pergi ke kota pun, kami nggak ngelakuin apa-apa kok. Paling hanya belanja keperluan bulanan atau cuma makan bakso di bilangan Wua Wua. Paling jauh sih ke Ke-Bi (Kendari Beach) untuk liat-liat pemandangan dan makan sea food.

Kenakalan kami yang palin terbesar kayaknya adalah masalah handphone deh. Di sana, kami ngga boleh punya handphone kecuali pengajar-pengajar yang senior dan tentu saja penghuni Pilus. Suatu hari, Mita punya ide untuk beli handphone dan menyembunyikannya di kamar (untung sekamar cuma berdua. Nggak ada ember bocor soalnya hehe). Singkat cerita, kami berdua punya satu handphone. Handphone 2 in  1 karena sering gonta-ganti kartu. Kadang kartuku, kadang kartu Mita. Handphone itu tidak kami gunakan untuk macam-macam juga sih. Karena handphone itu digunakan untuk menelpon orangtua dan kerabat kami masing-masing. Suatu hari kami singgah ke kamar teman-teman yang lain, ternyata di kamar itu juga penuh dengan handphone berbagai merek. Aku dan Mita hanya senyam-senyum sendiri melihat itu semua.

Suatu malam di hari Kamis perasaanku rasanya ngga enak. Saat itu, nomorku yang sedang aktif. Entah kenapa tanganku mematikan handphone itu dan tidur dengan sukses. Keesokan harinya, setelah mandi plus plus (plus nyuci maksudnya), aku bertandang ke kamar teman-temanku dan di sana ternyata sedang terjadi keributan. Ternyata oh ternyata, handphone mereka disita Bu Nyai saat mereka tidur. Kata mereka Bu Nyai sudah curiga, dan akhirnya tadi malam, beliau nge-misscall satu-satu nomor kami. Dan ternyata nomor-nomor itu aktif semua, kecuali nomorku dan Mita. Aku dan Mita hanya senyam-senyum menyaksikan kehebohan di hadapan kami. Terima kasih, Ya Allah!

Itu nakal versi aku dan Mita di pesantren dulu. Menurutku, nggak masalah kok jadi anak nakal, asal nakalnya masih wajar. Nggak enak juga sih, hidup di pondok itu datar-datar aja. Hidup di sana itu mesti seru dan menantang. Hehe. Life is never flat! Suatu saat, akan kuceritakan kisah ini kepada anakku. Kisah tentang cerita hidup mommy-nya yang menantang. Hehe. To be continued.

Wednesday 26 September 2012

Hymne: Mengingatkanku Tentang Sesuatu

Setelah ngutak-ngatik youtube beberapa menit, aku gak sengaja nemu video yang menampilkan profil  sebuah pesantren dengan backsound hymne "Oh Pondokku". Itu hymne pondok tempat aku nyantri dulu. Biasanya dinyanyiin pas ada apel tahunan ato acara-acara penting di sana. Setelah video habis, aku replay lagi dan dengerin hymne itu sambil merem (gak pake melek) dan ikutan bersenandung juga. Ternyata aku masih hapal sama hymne itu. Padahal hymne kampus aja aku gak hapal sampe aku mau wisuda gini (menyedihkan). Hadeuh jadi terharu banget dan inget sama masa-masa itu, sebuah masa kehidupanku yang seru, lucu, bahagia, meyedihkan, miris. Pokoknya manis, asem, asinlah kayak permen Nano-Nano.

Aku jadi inget hari pertamaku masuk pesantren. Saat itu, aku kasihan liat Mama nganterin dan ngurusin tetek bengek administrasi. Mama pasti capek banget. Bayangin aja! Perjalanan Padang-Jogja ditempuh dalam waktu 4 hari 3 malam dengan menggunakan Bis (dulu belon jaman naek pesawat). Belum lagi perjalanan Jogja ke Ngawi yang pake acara nyasar dulu sampai Ponorogo. Finally dengan gaya sok cool dan berhati besar, aku minta Mama buat pulang aja ke Padang dan bilang kalo aku berani dan mampu di sini sendirian. Akhirnya, dengan berat hati, Mama pulang. Setelah Mama hilang dari padangan, aku langsung ke kamar, ambil handuk dan alat mandi. Lalu masuk kamar mandi dan mandi sambil menangis sejadi-jadinya sampai puas.

Setelah puas dan lega, aku keluar kamar mandi dan masuk kamar. Di sana, aku melihat seorang anak perempuan sebayaku. Namanya Hilda. Asalnya dari Magelang. Dan jadilah Hilda teman pertamaku di pesantren. Saat lulus, kami pun masih bersama untuk mengabdi di Gontor Putri 4 Sulawesi Tenggara.Selesai mengabdi pun, kami sama-sama kuliah di Jogja. Aku di UGM, sedangkan Hilda di MSD. Dan saat ini kabar membahagiakan datang darinya. Hilda hamil. Alhamdulillah... senangnya mendengar kabar itu. Semoga Hilda kelak menjadi ibu yang mampu mendidik anak-anaknya menjadi generasi saleh dan salehah. Amiin.


Tuesday 25 September 2012

Naluri

Aku hanya tersenyum mengingat diriku yang dulu. Ya. Diriku yang punya sejuta cita dan asa. Cita-cita ingin menghabiskan hidup nomaden alias berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain bahkan dari satu negara ke negara lain. Di sana, rasanya aku ingin melihat berbagai keanekaragaman manusia, aku ingin melihat kesenian dari setiap negara, atau ingin mengenal berbagai macam bahasa mereka. Namun, ketika waktu terus bergulir, angan-angan itu hilang begitu saja. Blass. Tak ada lagi yang tersisa. Diplomat, keliling dunia... semuanya lenyap. Ibarat nafsu makan, aku tak punya selera lagi. Aku tak berambisi lagi. Kelak aku ingin berwirausaha agar aku bisa me-manage waktuku sendiri. Ya. Rasanya kelak aku ingin memperhatikan rumah tanggaku. Aku ingin selalu ada dalam setiap fase perkembangan anak-anakku. Aku ingin merawat, menjaga, dan membesarkan mereka dengan tanganku ini.Tuh kan! Semua berubah. Dan mungkin ini adalah naluri setiap perempuan di muka bumi.

Monday 10 September 2012

Bebas

Bebas. Menurut saya bebas bukan berarti melakukan segala sesuatu sesuka kita tanpa batas, tanpa aturan. Bebas tetap ada batasnya dan tetap ada aturannya. Batas dan aturan ini terkadang menjadi kambing hitam bahwa kebebasan itu tak pernah ada. Katanya aturan dan batasan merengut semua kebebasan. Namun, renungkanlah bahwa aturan dan batasan dalam kebebasan merupakan sesuatu yang sangat berarti. Aturan dan batasan ini kelak akan melindungi kita dari marabahaya.Boleh bebas, asal masih dalam batas.


Saturday 1 September 2012

Langkah Pertama

A journey of a thousand miles must begin with a single step
(Lau Tzu)

Langkah pertama adalah langkah yang menjadi penentu langkah selanjutnya. Namun tak jarang langkah pertama itu terasa sangat berat dan sulit. Walau demikian,tetaplah berusaha dan percaya diri agar langkah pertama menjadi nyata. Jangan pernah menyerah!Jangan pernah berkeluh kesah! Langkah pertama adalah langkah penentu.


Petikan semangat kali ini
"Sampai Nanti, Sampai Mati" by Letto

Kalau kau ingin berhenti ingat tuk mulai lagi
Tetap semangat dan teguhkan hati di setiap hari
sampai nanti, sampai mati
Tetap melangkah dan keraskan hati di setiap hari
sampai nanti, sampai mati...

Gubah Lagu

Kata orang, lagu yang kita dengar bisa mempengaruhi kejiwaan kita. Jika lagunya bertema sedih, maka hati kita juga akan ikut sedih. Jika lagunya bikin semangat, maka semangat kita akan terpacu juga. Dan satu lagu yang aku suka adalah lagu Rumor yang berjudul "Butiran Debu". Aku suka musiknya dan suara penyanyinya, namun liriknya bercerita tentang keputusasaan. Agar aku nggak ikut-ikutan putus asa, jadi iseng-iseng aku gubah beberapa petik lirik lagu ini. Biar buat aku optimis.

Aku terjatuh dan tak  namun bisa bangkit lagi
Aku (memang) tenggelam dalam lautan luka dalam
Aku tersesat dan tak pasti akan tahu arah jalan pulang
Aku tanpamu putiran debu BAIK-BAIK SAJA

Dulu memang pernah terjatuh dan tenggelam dalam sakitnya rasa luka. Aku tidak boleh diam dan merasakan rasa sakit itu terlalu lama. Aku harus melakukan sesuatu. Aku harus mengobati lukaku. Aku harus bangkit. Dan sekarang, inilah aku. Aku tanpamu baik-baik saja.


Monday 13 August 2012

Lubang

Sebuah pepatah mengatakan bahwa janganlah jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Tampaknya pepatah itu harus aku junjung setinggi-tingginya, kalo perlu setinggi bintang di angkasa. Kisah ini sebenarnya sudah kadaluarsa dan nggak zaman lagi untuk dibahas. Namun, kisah inilah yang kembali terulang kini. Tidak.... Aku tidak akan terperosok jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Aku harus tegar dan tidak terpengaruh dengan semua tipu muslihatnya. Aku tidak akan pernah tergoda, tidak akan pernah lagi merasa tersanjung, apalagi jatuh hati. Cukuplah yang lalu berakhir pilu. Cukuplah yang lalu berlalu dan menjauh meninggalkanku. Aku bahagia sekarang. Tolong jangan hapuskan lagi kebahagiaan ini, wahai perasaan!


Tuesday 31 July 2012

Maha Adil

Adil itu bukan seperti rumus empat bagi dua sama dengan dua. Adil itu bukan memberikan satu hal yang sama kepada beberapa orang. Adil itu bukan seperti pembagian porsi makan yang sama banyak atau sama besar. Namun, adil itu tentang memberikan sesuatu sesuai porsinya dan keperluannya. Agak abstrak memang, tapi itulah adil. Dan Sang Maha Adil hanyalah Tuhan semesta alam ini. Bukan berarti Dia tidak adil ketika Dia memberi kita musibah dan tidak memberi musibah kepada orang lain. Bukan berarti Dia tidak adil ketika memberikan Si Kaya rizki yang berlimpah daripada Si Miskin. Dia hanya inginkan kita selalu berpikir positif, sabar, dan mengambil hikmah dari segala yang terjadi. Dia hanya inginkan kita menjadi makhluk ciptaannya yang sempurna.


Tuesday 17 July 2012

Tidak Hanya

Hidup tidak hanya tentang seorang bayi yang kemudian tumbuh menjadi anak-anak, masuk TK, SD, SMP, SMA, kuliah, lalu kerja. Hidup tidak hanya tentang menikah, punya keturunan, kemudian menjadi kakek atau nenek hingga ajal menjemput.

Hidup tentang raga dan jiwa yang dapat berguna dan memberi manfaat kepada sesama. Hidup tentang perjuangan yang sarat darah dan air mata, namun bahagia pada akhirnya. Hidup tentang bagaimana mengumpulkan kebaikan dan pahala sebagai bekal di akhirat kelak.

Menikah tidak hanya tentang pesta mewah dan bulan madu keliling dunia. Menikah tidak hanya soal menjadi raja dan ratu sehari yang dibalut dengan busana indah memesona. Menikah tidak hanya soal poto prewedding  atau after wedding yang diatur semesra dan seromantis mungkin.

Menikah adalah tentang dua sejoli yang dipersatukan Tuhan dan cinta. Menikah adalah tentang saling menguatkan antara satu dengan yang lain saat suka maupun duka. Menikah adalah tentang saling menerima kekurangan. Menikah adalah tentang tanggung jawab pada masing-masing pribadi, bahkan pada Tuhan, Sang Maha Pencipta cinta di muka bumi.

Wisuda tidak hanya tentang bahagia menyelesaikan skripsi dan masa studi. Wisuda tidak hanya tentang poto-poto berkebaya dan tersenyum bahagia sambil melempar toga kemudian diunggah ke akun jejaring sosial. Wisuda tidak hanya tentang hari bahagia bersama orang-orang yang dicintai.

Wisuda adalah akhir dari sebuah awal. Awal dimana kita merasakan suka duka kehidupan yang sesungguhnya. Awal untuk berusaha dan bertahan tanpa pasokan dana dari orangtua. Terseok, tertatih, jatuh. Namun, itulah hidup. Harus dijalani dengan hati yang kuat, kesungguhan yang luar biasa, dan doa kepada-Nya....



Monday 16 July 2012

Aku Dan Kamu



Aku dan kamu adalah pribadi yang hampir serupa. Keinginanmu dan keinginanku sama. Tujuan yang kita dambakan pun tak ada bedanya. Hanya jalannya saja yang berbeda. Tak apalah! Tak usah risaukan bagaimana atau dari mana aku dan kamu berjalan masing-masing tanpa saling berpegangan tangan. Percayalah hati ini yang akan saling menguatkan. Semoga aku dan kamu bertemu di tempat tujuan sembari tersenyum satu dengan yang lain. Dan di sanalah kau dan aku akan saling berpegangan tangan tuk menguatkan satu sama lain. Untuk mengisi hari-hari melanjutkan sisa perjalanan ini.

Saturday 14 July 2012

Melawan Takut

Done! Akhirnya 3 bundel skripsi dan semua persyaratan pengajuan ujian pendadaran telah kuberikan kepada staf jurusan. Tinggal menunggu waktu eksekusi alias sidang skripsi. Fiuh. Rasa takut sukses bikin jantung dag dig dug. Padahal jadwal ujiannya aja belum keluar. Rasa takut ini benar-benar sukses menyerangku. 

Sebenarnya pasal takut yang kualami adalah takut "dibantai" sama para penguji. Namanya juga manusia yang diciptakan berbeda. Dosen yang satu pasti punya pendapat tersendiri tentang cara menulis skripsi. Kalo aku baca skripsi beberapa teman, aku merasa takut dan ciut. Pasalnya, dosen mereka menuntut agar teori harus dipertajam dari asal mulanya. Sedangkan kata teman-teman, skripsiku adalah skripsi paling simple, baik dari penulisan teori sampai penulisan hasil penelitiannya. Sebenarnya, aku senang sekali dengan sesuatu yang simple dan langsung ke pokok pembicaraan seide dengan pembimbing skripsiku, namun tidak semua dosen mempunyai pikiran dan pendapat seperti dosen pembimbingku. Di situlah ketakutanku bermula. Bayangkan saja! Jika dosen yang mengujiku adalah dosen yang berpendapat bahwa teori harus ditulis dari sejarah awal mulanya atau hasil penelitian harus sangat detil. Pastilah aku bakal "dibantai" habis-habisan. Sangat menyeramkan mungkin.

Namun, aku tersadar. Jika aku selalu merasa takut dan tidak bisa, kapan aku akan maju? Jika aku terus ketakutan, aku tidak akan pernah mencoba sesuatu yang baru. Dan otomatis, aku tidak akan pernah berani, aku tidak akan pernah belajar, bahkan aku tidak akan pernah sukses. Takut? Wajar dan biasa! Tapi menghilangkan ketakutan adalah luar biasa. Aku nggak boleh takut. Aku harus tetap berusaha dan berani menghadapi semua yang terjadi. Aku yakin bahwa Tuhan selalu bersamaku, melindungiku dan mendengar semua doa-doaku. AKU HARUS BERANI!


Thursday 12 July 2012

Bukan Akhir

Ini bukan akhir dari semua yang telah terjadi. namun, ini adalah permulaan dari semua yang akan terjadi. Bahkan setelah akhir kehidupan kita di dunia ini, kita akan bertemu dengan permulaan kehidupan baru di akhirat. Akhir itu tak kan pernah ada. Tak kan pernah.... Tetaplah semangat, bekerja keras, dan berdoa.





Saturday 7 July 2012

Betapa Merindunya

Beberapa hari yang lalu, air mata saya sempat menetes saat mengetik nama alm. mbak Kakung di halam persembahan skripsi. Saya rindu setengah mati dengan kehadirannya beliau. Sempat berandai-andai sedikit bahwa pasti mbah akan tersenyum bahagia saat saya wisuda dan menjadi seorang yang bermanfaat bagi orang lain.

Mbah kakung adalah sosok yang sangat berjasa bagi saya. Walau rada galak dan disiplin, mbah sangat menyayangi saya. Dari saya bayi, saya dirawat oleh mbah kakung dan mbah putri. Namun, kedekatan saya lebih berintensitas tinggi dengan mbah kakung. Mungkin karena mbah kakung yang sering menemani saya tidur, jalan-jalan sore, beli mainan, dan mengabulkan semua permintaan saya.

Dulu, saat saya kecil, acap kali saya masuk ke dalam pangkuannya dan menjadikan sarung, yang sedang dipakainya, sebuah ayunan. Kemudian perlahan-lahan mbah akan bernyanyi sambil menggoyang-goyangkan kakinya sehingga tubuh saya terbuai lembut. Setiap hari, mbah kakung menemani saya tidur siang sambil bercerita tentang perjuangannya di zaman Jepang dan tentu saja cerita Si Kancil. Walau cerita itu sering diulang-ulang, tapi saya tidak pernah bosan dan selalu menganggapnya menarik. Saat sore tiba, biasanya kami akan jalan-jalan keliling kompleks tempat kami tinggal sambil jajan sate padang, coklat, permen dan semua makanan yang aku sukai. Kalo hari Ahad datang, biasanya kami akan main sepeda ke Siteba, By pass, atau Pantai Padang.

Setelah saya duduk di bangku SD, mbah membeli sebuah motor, dan setelah itu, kami makin sering jalan-jalan dan makin jauh arah tujuan kami. Saat supermarket pertama di Padang buka, kami langsung jalan-jalan ke sana melihat barang-barang yang dipajang di etalase. Saat itu, saya sangat menyukai film "Pokemon" dan tanpa sengaja pandangan saya tertuju pada sebuah jam tangan bergambar tokoh utama "Pokemon", yaitu Pikhacu. Tiba-tiba mbah langsung membeli jam itu dan memberikannya kepada saya. Saya hanya terbengong dan mengucapkan terima kasih kepada beliau. Setelah melihat jam, kami mengunjungi bagian furniture, saat itu saya melihat tempat tidur bertingkat yang sedang ngetrend saat itu. Tanpa sadar, saya berucap bahwa tempat tidur itu bagus karena saya bisa sekamar berdua dengan adik saya saat dia sudah TK kelak. kata mbah, tempat tidur yang kami lihat itu berkualitas buruk. Setelah itu, tanpa bicara panjang lebar lagi, kami meninngalkan plaza itu. Seminggu kemudian, saat saya pulang sekolah, saya dapati kamar saya telah berubah. Tempat tidur biasanya telah berganti dengan tempat tidur bertingkat. Namun, tempat tidur yang ini kokoh dan lebih bagus daripada tempat tidur yang kami lihat di plaza. Betapa senangnya saya saat itu.

Suatu hari, saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke sebuah pondok pesantran di Jawa Timur. Papa dan Mama sebenarnya agak keberatan karena masalah ekonomi. Namun mbah kakung langsung berinisiatif mebayar semua biaya itu. Dan akhirnya, aku melanjutkan sekolahku ke pondok pesantren. Suatu hari, mbah kakung datang ke pondok untuk menjengukku. Sebenarnya mbah kakung datang dari jam 7 pagi, namun aku baru bisa bertemu dengan beliau jam 7 malam [bayangkan!]. Saat itu mbah kakung bilang jika akan pergi berangkat haji. Dan sebelum berangakat, mbah ingin ketemu saya dulu. Saat mbah mau pulang, mbah memberi saya meja belajar lipat dan uang 500.000 [jumlah yang sangat fantastis untuk anak sekecil saya saat itu]. Beberapa bulan kemudian, saya dikirimi paket yang berisi sebuah jam tangan hitam sejenis G-shock. Kata orantua jam itu adalah pemberian mbah sebagai oleh-oleh naik haji untuk saya. Ketika saya menelpon ke rumah untuk mengucapkan terima kasih kepada mbah, orang-orang di rumah bilang bahwa mbah sedang tidur. Hal ini mereka lakukan berulang kali sehingga saya merasa ada yang disembunyikan dari saya tentang mbah. 

Suatu hari, orangtua saya datang ke pondok dan mengajak saya ke Yogya karena ada yang akan dibicarakan. Saat sampai di Yogya, saya diberitahu bahwa mbah telah tiada. Mbah meninggal sesampainya di Padang setelah menunaikan ibadah haji. Hanya hanya diam sedikit kesal karena tak ada seorang pun yang pun yang memberitahu saya berita ini. Namun, sebelum berita itu saya dengar, saya sudah punya rasa bahwa mbah telah meninggal.

Mbah... begitu cepat rasanya mbah pergi
Terima kasih untuk semuanya mbah
Terima kasih untuk cinta
sayang
mainan
dipan bertingkat
biaya sekolah dan semuanya yang tidak saya sebutkan satu persatu karena terlalu banyak kasih sayang yang mbah berikan
Maafkan saya juga mbah
karena saya tidak bisa menjaga jam tangan terakhir pemberian mbah
Model jam tangan itu dilarang di pondok dulu
saya sudah berusaha menyembunyikannya, tapi akhirnya ketahuan bagian keamanan pondok. 

Mbah...
sebentar lagi saya pendadaran dan wisuda
Andai mbah masih ada, pasti saya akan melihat senyum bangga mbah karena cucu mbah yang nakal ini menjadi seorang sarjana
Namun, walau mbah telah pergi dari sisi saya, saya bercaya mbah pasti sedang tersenyum bangga di surga sana

Mbah...
saya juga mengikuti jejak profesi mbah. Tapi tentu saja bukan jadi tentara. Saya memilih jadi pengusaha. Bedanya, saya bukan pengusaha burung puyuh seperti mbah. Rasanya ingin bercerita banyak pada mbah. Mungkin suatu saat nanti, kita akan bertemu kembali di tempat yang disebut surga... [amiin]


Wednesday 4 July 2012

Izinkan Aku Tersenyum



Aku terduduk di kursi yang terletak di sudut ruangan kantor INCULS (Indonesian Language and Culuture Learning Service). Tujuan mengunjungi kantor itu bukanlah untuk bertemu dengan teman mahasiswa asing, mengisi absen tutorial, apalagi mengambil jatah honor. Namun, maksud kedatanganku adalah untuk bimibingan skripsi. Pagi itu hawa ruang kantor semakin dingin saja kurasakan. Sofa empuk yang kududuki tak tahan lagi menghangatkanku. Brrr dingin, sedingin wajah pembimibing skripsiku yang diam seribu bahasa sambil menatap tajam ke lembaran-lembaran tulisanku. Tak ada kata. Tak ada suara. Yang ada hanya desiran suara mesin pendingin ruangan yang disebut AC.

Beberapa detik kemudian, pembimbingku bergeming dan menatapku tajam sambil berkata,
"Shinta, penulisan skripsimu salah besar. Masih perlu perombakan besar-besaran. Tulis ulang dari Bab I dan serahkan secepatnya"
"DEG!" Aku tak bisa berkata-kata lagi. Kaki saya lemas. Mata saya berkunang-kunang. Oh Tuhan.... Sudah banyak rencana yang akan kulakukan usai menulis skripsi. Namun semua akan tertunda akibat harus mengulang semuanya. Sedih. Sedih sekali. Teramat sedih. Aku tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba dunia serasa berputar dan gelap. 

Entah berapa lama aku tertidur. Akhirnya aku terbagun dan mendapati bahwa hari ini adalah hari Rabu tanggal 4 Juli 2012. Itu berarti hari bimbingan skripsi. Olalala... ternyata itu hanya MIMPI! Aku segera berdoa semoga mimpi ini tidak jadi kenyataan. Amin. Baru kali ini aku tak ingin mewujudkan impianku menjadi nyata. Hehe.

Teng! Jam sembilan. Akhirnya aku benar-benar bimbingan skripsi. Masih sedikit trauma karena mimpi tadi malam terbayang-bayang di benakku. Fiuh. Namun syukur berjuta syukur karena apa yang kutakutkan tidak terjadi sama sekali. Pagi tadi, alhamdulillah semua berjalan lancar walau masih ada coretan sana-sini. Yah setidaknya selesailah semua revisi skripsi itu. Tinggal ringaksan bahasa Arab yang bab 2, 3, dan 4. Halaman Motto, persembahan, kata pengatar hingga abstrak pun sudah kuselesaikan semuanya. Walau belum diperiksa. Namun setidaknya sudah kukumpulkan semua. Semoga besok lebih lancar. Amin. Sekarang! Izinkan aku tersenyum sebagai pengganti mimpi buruk tadi malam. Ayo kejar tayang lagi!

GR dikit:
Aku punya bakat nulis ama bahasa Inggris? Amin. Semoga itu benar adanya.
#sambil nyengir plus pipi bersemu merah plus kedua tangan di bawah dagu persis kayak cherybelle

Friday 22 June 2012

Gak Percaya

Sampai saat ini saya nggak percaya sama sekolah bagus, tempat bimbingan belajar bagus, guru-guru bagus, universitas bagus, dosen-dosen bagus, dan lain-lain yang serba 'bagus' dalam hal pendidikan. Menurut saya, sekolah, bimbingan belajar, universitas, atau para pengajarnya hanyalah fasilitator sebagai sarana kita menerima ilmu yang kita dapatkan. Toh kalau fasilitas pendidikan kita bagus, tapi kemauan kita nggak bagus ya sama saja. Semuanya kembali ke kita juga. Kalo kita sungguh-sungguh, otomatis kita akan berhasil dan juga sebaliknya. Namun kalau kemauan belajar kita bagus dan ditunjang dengan fasilitas bagus, itu sangat luar biasa dan banyak nilai plusnya.
#changing the mindset

Thursday 21 June 2012

Peul And Me



Adekku satu-satunya. Nyebelin sih, tapi tetepa aja ngangenin. Kalo lagi jauhan kayak gini, bawaannya kangen dan pengen ketemu, tapi kalo udah pulang ke rumah dan ketemu, pasti bawaannya berantem terus. Hmm. Hidup memang warna warni, dan manusia tak pernah puas akan warna-warni itu.
 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang