Sunday 28 October 2012

Hymne: Peraturan

Hari ini masih saja irama hymne "Oh Ponndokku" mengalus dari MP3 handphone. Beribcara tentang pondok, otomatis tak kan bisa lepas dari yang namanya peraturan. Aku jadi teringat dengan keponakan ibu kos yang membatalkan niatnya masuk pondok karena ada peraturan bahwa di pondok para santriwati tidak diperkenankan memakai handphone. 

Itu hanya sebagian peraturan, kawan. Peraturan memang sekilas tampaknya memberatkan, menyulitkan, dan mempersempit kebebasan kita. Namun, apa yang terjadi jika tak ada peraturan di muka bumi? Semua pasti akan menjadi kacau balau dan manusia tak kan ada yang menghormati, menghargai, dan tenggang rasa satu dengan yang lainnya. Peraturan itu untukkebaikan kita sendiri kok.

Aku pribadi menghargai peraturan pondok yang berlaku. Kadang menyebalkan sih, namun aku berusaha memandang peraturan dari sudut pandang berbeda. Aku mencoba berpikir positif pada setiap peraturan. Contohnya adalah peraturan penggunaan bahasa Arab dan Inggris. Bayangkan saja jika peraturan itu tidak ada! Pasti para santri tak akan pernah mempraktekkan bahasa yang dipeajari sehingga mereka tidak akan pernah berani berinteraksi dengan bahasa tersebut.

Peraturan lain misalnya adalah diarang menggunakan handphone. Zaman sekarang yang namanya handphone sudah merajalela di masyarakat kita. Tua muda, kaya miskin semuanya punya handphone. Bahkan anak TK nol kecil saja sudah dibelikan handphone canggih. Handphone itu bagai obat candu. Sekali melirik layarnya, maka kita akan lupa dengan dunia nyata di sekitar kita. Kita pasti akan berkutat dengan benda itu. Dan akhirnya kita malas melakukan hal-hal nyata karena hanya berkutat dengan handphone  di tangan. Bayangkan saja jika seluruh santri di paondok membawa handphone! Pasti mereka tidak akan pernah berinteraksi satu dengan yang lain. Mereka hanya sibuk dengan diri mereka dan handphone mereka. Mereka mungkin lebih memilih bermain dengan benda itu ketimbang mengikuti kegiatan-kegiatan mengasyikkan yang disediakan seperti pramuka, pidato, olah raga, musik, dan organisasi lainnya. Kegiatan itu memang tampaknya sepele, namun sebenarnya sangat berarti di kemudian hari.

Aku sangat menghargai peraturan pondok walau terkadang tak jarang aku langgar. Namun, ada satu peraturan yang masih sulit aku terima, yaitu para santri tidak boleh membaca dan menulis karya sastra. Itu peraturan saat aku masih mondok dulu. Aku suka membaca novel ataupun kumpulan cerpen. saat kelas1 sampai kelas 3, kami masihdiperbolehkan membaca novel ataupun kumpulan cerpen asalkan bertema islami, seperti karya Asma Nadia, Ari Nur, Izzatul Jannah, dan Pipit Senja. Tak masalah, peraturan ini masih bisa ditolerir. Setelah naik ke kelas 4 (sederajat dengan 1 SMA), ada peraturan baru, yaitu tidak boleh membaca karya sastra walau bertema islami. Sedih sekali rasanya. Untungnya masih ada cerita bersambung yang berjudul "Ayat-Ayat Cinta" di koran Republika saat itu. Jadilah cerbung itu sesuatu yang selalu kami nantikan kehadirannya sebagai pelipur lara akibat tak bisa membaca karya sastra. 

Lain halnya dengan peraturan dilarang menulis. Saat itu, aku baru seorang calon santriwati. Seorang teman sekamarku gemar sekali menulis cerpen. Cerpen itu ditulis di sebuah buku tulis isi 40. Tiap hari, ketika waktu senggang, dia terus menulis. Tulisannya berkisar pada cerita cinta dan persahabatan anak ABG. sesuailah dengan umur kamisaat itu. Suatu sore, aku duduk di sebelahnya menemaninya menulis. Tiba-tiba, seorang ustadzah lewat dan merebut buku tulis itu. Temanku diam saja, termasuk juga aku. Aku hanya diam.Takut dan heran. 

Ah andaikan aku punya kekuatan... ingin rasanya aku menghilangkan dua peraturan itu. Tak masalah jika para santri gemar membaca karya sastra atau menulis. Mungkin saja, kelak mereka jadi penulis handal yang melahirkan tulisan-tulisan bagus dari pondok. Semoga saja, peraturan itu kini tak lagi ada. Semoga saja, novel karya A. Fuadi menginspirasi para santri dan para pengurusnya untuk menghapus peraturan itu. Amiin.
Aku merindukan pondokku....

0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang