Wednesday 10 October 2012

Pasti Ada Hikmah

"Abis lulus mau kemana, Shin?" Tanya Bu Mahmudah, dosenku, saat menemani beliau beli snack.
"Saya pengen lanjut S2, Bu" Kataku bersemangat. Aku memang pengen lanjut S2. Aku memang masih punya keinginan besar untuk mendalami sastra Arab. Aku masih ingin lagi meneliti karya sastra Arab dengan teori-teori  kritik sastra yang lebih tajam ketimbang yang aku dapatkan di S1. Rasanya  nama Nizar Qabbaniy masih mengelilingi otakku. Tanganku juga gatal untuk mencari-cari dan memborong karya-karyanya yang lain dan membacanya. Nanti aku ingin mengulas tentang Nizar Qabbaniy lagi dalam tesisku, mungkin dengan semiotik lagi atau teori kritik sastra yang lain, seperti kritik sastra feminis. Namun, aku sadar bahwa biaya S2 itu nggak murah. Sebentar lagi adekku juga masuk kuliah. Mama juga sedang S2. Papa? Aku sudah bertekad tidak akan memberatkan beliau.

"Bagus kalau kamu mau melanjutkan kuliah. Coba cari beasiswa. Tanya-tanya sama temanmu. Kemaren kan ada anak Sastra Arab yang dapat beasiswa unggulan," Suara Bu Mahmudah memecah lamunan.
"Iya, Bu" Kataku sambil mengangguk setengah hati teringat bahwa temenku yang dapat beasiswa itu agak terkenal pelit ilmu dan informasi, apalagi info beasiswa.

Beasiswa ya? Siapa yang gak pengen dapet beasiswa? Aku juga pengen dapet beasiswa seperti mereka. Aku juga nggak pengen kale ngeberatin beban orangtuaku yang harus ngeluarin banyak biaya. Tapi aku kepalang antipati sama yang namanya beasiswa. Beasiswa itu nggak jelas. Dulu ada penawaran beasiswa BOP intinya beasiswa itu ditujukan untuk mahasiswa yang IP-nya bisa dibilang gedelah. Dengan semangat 2012, aku ikut apply beasiswa itu dan sangat berharap banget karena saat itu, IP-ku lagi hot-hotnya, Lumayanlah ngalahin teman seangkatanku yang langganan IP tinggi. Namun, ternyata oh ternyata, aku nggak dapat beasiswa itu. Malah teman-temanku yang IP-nya di bawahku yang pada dapet. Haduhh. Makjleb rasanya hati ini!

Terus waktu biaya kuliah membengkak karena harus bayar uang KKN, aku juga ikut apply beasiswa lagi. Kalo dapet ya lumayanlah, beban orang tua bisa terkurangi. Ternyata sama saja. Hasilnya mengecewakan. Ini lebih parah! yang dapat malah kakak-kakak angkatan yang notabene cuma tinggal nyusun skripsi doank. Harusnya lebih baik beasiswa itu dialirkan kepada mahasiswa yang masih banyak menanggung beban SKS, dan saat itu plus beban biaya KKN.

Belon lagi beasiswa yang ditujukan untuk mahasiswa kurang mampu. Kayaknya beaasiswa itu perlu diperhatikan dan ditinjau ulang lagi deh. Harus jelas kategori "MISKIN" itu yang bagaimana. Apakah orang yang tiap hari pulang pergi pakai motor, bawa laptop, dan bisa liburan ke Malaisya dan Singapura itu bisa dikategorikan miskin?? Hal yang seperti ini banyak sekali terjadi. Harusnya calon penerima beasiswa ini   menjalani penghitungan kekayaan orangtua kayak calon presiden gitu biar jelas dan nggak ada yang terdzolimi. Kasihan kan sama yang benar-benar membutuhkan beasiswa itu, malah nggak dapat.

Sempat ada kekhawatiran kalo seandainya nanti aku apply beasiswa lagi lalu ternyata hasilnya mengecewakan lagi. Mungkin aja kategori calon penerima beasiswa S2 itu nggak jelas lagi kayak beasiswa yang sudah-sudah itu."Astagfirullah. Ampuni Aku Tuhan. Tersadar, aku berburuk sangka lagi kepada-Mu." 

Semoga ada hikmah di balik semua susah. Aku yakin Tuhan menyiapkan sesuatu yang lebih besar dan lebih menyenangkan daripada beasiswa yang dulu-dulu itu, asal aku selalu usaha dan selalu mengiringi usaha tersebut dengan doa. Where there is a will, there is a way. Aku harus tetap semangatdan yakin bahwa aku bisa lanjut kuliah. Semangat! Semangat! (sambil ngepalin tinju kanan ke udara)

0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang