Monday 1 October 2012

METAMORFOSIS



Udah lama ya ternyata aku gak nulis cerita-cerita ringan lagi. Hehe. Mungkin akibat kejar tayang skripsi nih. Finally hari ini, aku mencoba menulis cerita-cerita ringan lagi. Dibuat sendiri dan untuk konsumsi pribadi (gak pede publish sih tepatnya hehe). Susah juga ya kalo udah lama nggak nulis cerita ringan dan sekarang tiba-tiba nulis yang beginian lagi. Biasanya berkutat dengan skripsi yang memakai bahasa resmi dan EYD yang forrmal dan bukan hasil ngayal. Cekidot dikit ah di blog hehe.

***********

Kulihat langit masih mendung dan titiktitik hujan membasahi jendela kaca itu.Tampaknya hari ini aku tak ingin membaca novel misteri yang barusan kuambil dari rak baca. Aku malah menatap titik-titik hujan yang menempel di jendela. Pikiranku melayang jauh ke rumahku di kampung. Tiba-tiba aku teringat dengan wajah Bapak dan Ibu yang sangat menginginkanku untuk segera menikah.

“Nduk, kapan kamu mau ngenalin calon suami kamu ke Ibu dan Bapak?” Kata ibu sambil mengelus rambutku sayang.
“Saya belum kepikiran ke sana, Bu. Saya masih fokus menuntut ilmu” Kataku lirih.

Ibu hanya menghela nafas prihatin mendengar jawabanku. Sebenarnya aku juga ingin mengabulkan keinginan bapak dan ibu untuk segera menikah. Namun, masa lalu membuatku beranggapan bahwa semua laki-laki di bumi ini sama saja. Mereka hanya menginginkan kecantikan.
 “Hei! Ngelamun aja, Rei”
Suara itu menyadarkanku dari lamunan panjangku. Lul berdiri di hadapanku sambil tersenyum lebar. Dia segera meletakkan dua cangkir coklat hangat di atas meja dan duduk di hadapanku sambil mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas ransel.
“Rei. Ada apa?”
“Tidak ada apa-apa, Lul. Sungguh”
“Tidak mungkin Rei. Kau tak kan pernah bisa membohongiku,”
“Lul. Adakah cinta yang benar-benar tulus di muka bumi ini?Aku tak pernah melihatnya”
“Pasti ada. Kau saja yang belum menemukannya”
“Namun, mengapa para lelaki hanya mencari kecantikan saja? Percayalah... ketika kecantikan itu hilang, mereka pasti akan menghilang juga,”
“Siapa bilang?”
“Aku yang bilang. Dulu saat aku masih seperti seekor anak itik buruk rupa, mereka menghina dan menjauhiku. Namun kini ketika aku bermetamorfosis menjadi seperti angsa yang cantik, mereka semua datang menghampiriku dan menginginkanku,”

Lul hanya tersenyum mendegar opiniku yang sarkas tentang kaumnya. Beberapa saat kemudian, dia melirik jam tangannya lalu menepuk jidatnya. Tampaknya dia melupakan sesuatu atau melupakan janji bertemu dengan seseorang. Buru-buru Lul mengambil buku-bukunya dan memasukkannya kedalam ransel.
“Maaf Rei. Aku harus pergi. Namun yakinlah! Cinta tulus itu benar-benar ada. Aku telah bertemu dengannya. Sampai jumpa besok,”

Bayangan Lul telah hilang ditelan rak-rak buku perpustakaan yang menjulang tinggi. Aku terpekur memikirkan kembali ucapan Lul. Mungkin sudah saatnya aku melepaskan bayang-bayang masa lalu. Mungkin saatnya untuk berpikir positif. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sebuah buku agenda kusam. Kuambil buku itu dan kubuka satu per satu halaman demi halamannya. Di salah satu halaman buku tersebut, aku menemukan selembar fotoku bersama Lul. Aku tersenyum melihat foto itu. Itu fotoku sebelum aku bermetamorfosis. Perlahan-lahan kubaca rangkaian kata-kata di bawah foto tersebut;

Namanya Rei. Reina.
Mungkin dia tak secantik teman-teman perempuan yang lain. Namun entah mengapa aku terkagum-kagum olehnya. Mungkin karena dia cerdas, ceria, dan selalu optimis. Dan senyumannya sangat manis. Tampaknya, kini aku menyayangi dia bukan sebatas sahabat saja. Aku ingin mengungkapkan apa yang kurasakan ini, namun aku tak ingin merusak jalinan persahabat kami. Biarlah waktu yang akan memberitahunya tentang perasaan ini.

Ailul

0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang