Monday 3 December 2012

Almost 25

Kembali membuka lembaran album foto dan menemukan banyak kenangan lampau masa lalu. Mulai sejak aku masih dalam gendongan papa dan mama, bahkan paman dan bibi yang turut serta merawat dan membesarkanku. Tak lupa pula mbah kakung dan mbah putri yang dengan penuh kasih juga turut serta merawat diri ini. Betapa aku sangat disayangi oleh mereka. 

Kubuka lagi lembaran selanjutnya. Kutemui potret-potret saat aku duduk di taman kanak-kanak. Akhirnya aku merasakan dengan jelas hidup bersama papa dan mama. Masa taman kanak-kanak adalah sebuah masa yang menyenangkan. Namanya juga masih anak-anak yang lagi menggemaskan dan lucu-lucunya. Saat itu, aku adalah pribadi yang ceria, aktif, dan kreatif. Memang sih, dalam soal akademik, aku agak lamban. Haha, honestly aku baru bisa baca waktu duduk di kelas satu SD. Tapi itulah aku yang (insyaallah) mampu  mengejar ketinggalan. (Hal ini pun terjadi saat masuk pesantren). Kembali ke cerita semula. Saat itu, aku senang sekali ikut berbagai macam lomba, seperti lomba mewarnai, menggambar, menyanyi, dan juga lomba fashion show (teman-temanku tak ada yang percaya kalo aku suka ikut lomba fashion show waktu kecil). Nggak semua lomba aku menangi sih, tapi nggak sedikit juga yang aku menangkan (Sayang piala-pialanya hancur akibat gempa 30 September 2009). Aku juga sudah mandiri. Lihat saja! Dulu aku pernah jadi anak daro ketek (semacam little bridemaid) pernikahan rekan mama yang menikah di luar kota Padang. Walhasil, aku ikut pergi tanpa didampingi orangtua. Belum lagi tentang liburan dadakanku ke Palembang bersama Om Eri dan Tante Ema saat idul fitri ketika aku berumur 3,5 tahun. Aku pergi ke Palembang tanpa orangtua juga. Mama dan Papa sempat khawatir. Namun, aku selalu enjoy. Malah saat mama telepon, aku katakan bahwa aku sekarang bisa cebok sendiri. Aku mengatakan itu dengan sangat bangga.

Kubuka lagi lembar berikutnya. Kulirik potret-potret yang berbaris rapi. Itu potret-potret saat aku mulai duduk di bangku SD. Yippi. Akhirnya aku bisa membaca. Saking senangnya karena bisa membaca, aku selalu membaca papan iklan, papan petunjuk jalan, bahkan papan nama yayasan yang bertebaran di pinggiran jalan. Keranjingan membaca sepertinya masih terpatri hingga sekarang (melirik rak buku yang sudah sumpek karena kebanyakan buku). Masa SD juga masa menyenangkan. Aku nggak suka pelajaran Matematika, tapi aku suka bahasa Inggris. Waktu SD, aku sesekali masih ikut lomba nyanyi, paduan suara, dan menggambar. Trus, aku tertarik dengan puisi dan beberapa kali membaca puisi di depan kelas adan saat perpisahan kakak-kakak kelas 6. Nah! Di masa ini juga aku memutuskan memakai jilbab pertamaku tanpa paksaan dari mama dan papa (aku lebih dulu pake jilbab daripada mama). Dan di kelas 6, aku memutuskan untuk masuk pesantren.

Masa-masa di pesantren itulah yang sangat menyenangkan dan membekas dalam benakku. Cerita tentang pesantren dan kehidupannya, tak kan muat deh kalau ditulis semuanya dalam postingan kali ini. Intinya, hidup di pesantren selama 6 tahun itu penuh dengan suka dan duka. Memang sih, lebih banyak dukanya. Namun, marilah kita lihat duka tersebut dari segi positif. Insyaallah... kita akan menemukan sesuatu bermanfaat yang akan berguna bagi kehidupan kita di luar pesantren kelak. Pengen sih berbagi tentang ini. Mungkin suatu hari kelak ya nama saya bisa sejajar dengan Bang Fuadi. Hehehe. Amin.

Selanjutnya yang nggak kalah menarik adalah masa kuliah. Setelah keluar pesantren, rasanya gamang banget menghadapi kehidupan di luar tembok pesantren. Pasalnya aku nggak terlalu paham dengan sistem pendidikan non pesantren yang terkesan angker. Di pesantren dulu, tidak ada yang namanya penjurusan IPA, IPS, atau bahasa. Semua dipelajari keculi pelajaran ekonomi. Hehe. Saat itu, aku sempat mengatur list mau melanjutkan di universitas mana dengan menempuh ujian apa. List pertamaku adalah ikut UM UGM. Dan list itulah yang mengantarkanku ke UGM. Soal jurusan, aku nggak muluk-muluk. Aku memilih apa yang aku inginkan. Seperti biasa, mama dan papa tidak pernah memaksakan pilihan mereka. Aku bebas memilih. Aku suka mempelajari bahasa, karena itu aku pilih jurusan sastra. Dan... Aku bangga menjadi bagian dari Sastra Asia Barat UGM.

Kini, masa kuliah strata 1 telah usai. Penyusunan listku juga selesai. Namun, banyak kebimbangan dan keraguan yang menghalangi. Rasanya, aku masih ingin kembali belajar dan berkutat dengan teori-teori sastra serta berencana meneliti puisi Qabbani lagi. Namun, kendala biaya dan umur bergentayangan menakut-nakutiku bagai hantu. (Well, aku sedang berusaha untuk mengejar beasiswa). Tapi kalo soal umur... itu masalah yang belum terpecahkan. Hahahaha. Ngakak menutupi kemirisan. Cita-citaku sih nggak muluk-muluk karena aku nggak terlalu tertarik untuk kerja di perusahaan atau di kedutaan. Aku hanya pengen mnegajar dan berwirausaha. That's it!. Fiuhh. Semoga Tuhan mendengar doa-doaku dan kini sedang Dia mempersiapkan kejutan manis untukku. Yang terpenting aku harus tetap berusaha dan berdoa.

Btw. Almost 25. Dan ada rasa malu juga karena belum bisa memberikan apapun untuk keluarga tercinta. Sedih, tapi harus tetap semangat berusaha dan berdoa. Harus percaya diri dan nggak boleh putus asa.

2 komentar:

  1. Makasih yah Mba Shinta...sudah bersedia jadi editor naskah saya...
    siip...smoga di antara kita terjalin kerja sama yg baik yah Mba... :) silahkan kontak saja jika memang ada yg harus saya perbaiki mba....

    makasih mbaa... :)

    ReplyDelete

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang