Friday 16 November 2012

Sisa Memori Tentangmu

Aku terduduk dalam kamarku yang hening bebas dari bising. Dari jendela kamar kulihat titik-titik hujan masih berjatuhan menerpa jalanan. Hujan dan hening. Kedua hal itu sukses mengingatkanku kembali pada dirimu yang pernah mengisi hari-hari dengan kecerian, yang tiba-tiba menghilang begitu saja dari pandangan, yang menorehkan luka hati yang dalam, yang membuat hati ini tertutup rapat untuk cinta lain yang ditawarkan.

Aku masih ingat bagaimana awal kita jumpa kemudian melalui hari-hari bersama. Aku masih merasakan kecerian itu. Tawa kita. Canda kita. Dan juga amarah kita. Awalnya biasa saja. Aku tak pernah merasakan apa-apa. Kau hanya teman atau setidaknya kuanggap kau kakak laki-laki semata. Namun, rasa itu menelusup begitu saja dalam kalbu. Tiba-tiba... aku menginginkanmu lebih dari sekedar teman. Namun apalah daya? Aku hanya seorang wanita yang terlahir dalam budaya timur yang para wanitanya diharuskan malu-malu mengungkapkan rasa cinta duluan. Aku hanya memendam rasa itu jauh di lubuk hatiku. Tak ada yang tahu kecuali aku dan Dia. Kau tahu? Tiap malam aku selalu menitikkan air mataku mengadu pada-Nya bahwa aku tak sanggup menanggung beban ini. Aku menunggu dan terus menunggu. Namun, pada akhirnya kau sirna tanpa kabar berita.

Aku salah dan terlalu banyak berharap. Kau tak punya rasa yang sama dengan yang kurasakan. Namun... salahkah aku memaknai kebersamaan? Salahkah aku menafsirkan semua perhatian? Memang mungkin aku terlalu percaya diri dan yakin bahwa kau juga punya rasa itu padaku. Ah bodohnya aku yang pernah mencintaimu! Aku hanya bisa tertawa miris mengingatmu dan kenangan-kenangan yang kau bawa dalam hidupku.

Kau tahu? Aku telah mempersiapkan diri jika kau tinggalkan aku pergi. Aku sadar semua yang kulakukan pasti punya konsekuensi. Kau tahu? Aku sangat tegar saat kau hilang. Aku sangat tegar saat mendengar kau bersanding dengan seseorang. Aku turut bahagia dan mendoakanmu menjadi keluarga bahagia bersama dia. Kau memang bukan untukku. Bukan karena kau tidak baik. Namun, karena Tuhan Maha Tahu siapa yang terbaik untukku dan untukmu. Tuhan akhirnya telah menjawab semua doa-doa yang kupanjatkan  di sepertiga malamku. Namun Dia belum memberitahuku siapa yang terbaik untukku. Mungkin Dia ingin memberi kejutan indah padaku suatu saat nanti.

Aku relakan dirimu. Namun apakah kau tahu? Kisah ini menorehkan satu hal dalam diriku. Aku belum mampu untuk jatuh hati lagi. Untuk apa jatuh hati lagi jika akhirnya akan tersakiti? Aku tertawa lagi. Miris kuadrat. Apakah mungkin cinta itu seperti undian dalam fish bowl? Tinggal kita aduk isi fish bowl itu dan ambil satu gulungan kertas di dalamnya. Lalu membuka nama yang tertera dan jegjengjengg.... orangnya langsung tersedia di samping kita tanpa perlu mencintainya terlebih dahulu. Lupakan! Itu hanya imajinasi liarku saja. Sekedar untuk menghibur diriku yang terdiam dalam keheningan malam. Sudahlah... ceracauku sudah semakin kacau tak menentu. Selama tinggal...



sepertinya aku harus mengembalikan selera membacaku ke genre novel misteri dan petualangan deh biar nggak galau kayak begini.

0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang