Sunday 19 June 2011

KOREOGRAFER


Ketika melihat poto-poto waktu jadi pengajar di Gontor Putri 4 Sul-Tra, aku jadi inget lagi memori-memori yang indah-indah maupun yang pahit-pahit hit... hit.... Tapi kali ini... yang aku inget adalah ternyata aku pernah jadi koreografer. Ahay. Gak nyangka dan aku pun sudah lupa. Kalo gak nemu poto ini, mungkin aku udah gak inget lagi.

Saat itu ada acara besar di pondok yaitu Apresiasi Seni bisa dibilang semacam Drama Arena ato Panggung Gembira di Gontor Putri 1 dan 3 atau Gontor Putra 1. Kalau Drama Arena adalah panggung khusus untuk pertunjukan bakat seni para santriwati kelas V dan Panggung Gembira untuk kelas VI. Berhubung di Gontor Putri 4 jumlah santrinya dikittt banget dibanding Gontor pusat, maka dibuatlah acara Apresiasi Seni yang melibatkan semu civitas akademik Gontor Putri 4. Nah, karena semua kegiatan di Gontor Putri 4 adalah tanggung jawab para ustad dan ustadzah, maka jadilah kita yang bertanggung jawab pula dalam perhelatan besar ini.

Yeah... ada yang kebagian menjadi bagian dekorasi, kostum, acara, penanggung jawab acara, sutradara panggung, humas, dan lain sebagainya (Hmm... hebatnya para ustadzah Gontor Putri 4 ini!!! two thumb up!!! haha narsis). Dan aku sendiri kebagian sebagai penanggung jawab tari dan kostum untuk Fashion Show. Ahayyy... kangen mendisain gaun ala putri raja lagi deh jadinya hehe... Ok balik lagi ke cerita semula... Well akhirnya kukerjakan juga tugasku sebagai... ehm... seorang koreografer tari Pasambahan asli Minangkabau punya hehe. Pertama yang aku lakukan adalah menyeleksi para santriwati. Caranya seleksinya gampang sih... nanti para santri itu akan menari mengikuti gerakan tarianku (hoheho... hueks) dan seorang temanku akan "menculik" beberapa orang di antar apara santri tersebut untuk mengikuti grup tari kecil-kecilan ini.

Setelah menemukan anak-anak yang akan menari, aku mengejarkan kepada mereka satu persatu gerakan tariannya. Waduh... ternyata tangan-tangan mereka sudah sangat gemulai. haha jadi malu sendiri ama tanganku yang gak ada gemulai-gemulainya ini. Tapi biarin aja... cuek is the bestlah yaw. Tiap malam, aku mengajarkan mereka tanpa henti. So jadilah sebulan itu, kegiatanku bertambah lagi, selain ngajar, ngajar sekolah siang, ngajar TPA, jaga guest reception, dan muwajjah. Hmm... seneng juga bisa ngajarin mereka salah satu tarian tradisional Minang hehe... secara, mereka semua penduduk asli Sulawesi. Tampaknya mereka seneng juga karena mengenal tarian baru.

Akhirnya waktu berlalu dan tibalah saatnya untuk meyiapkan kostum. Berhubung gak ada tempat penyewaan kostum untuk pakaian adat Minang, maka aku mengkonsepnya sendiri. Untuk baju, cukup baju kurung biasa aja. Aku pake warna merah dan biru serta kuning biar ngejreng dan mirip warna pakaian adat Minang. Trus, buat bawahahnnya, aku cuma nemu satu biji songket, jadi aku ganti aja dengan kain emas dan kain perak biar keliatan seragam. Karena kain perak dan kain emas itu bahannya tipis, jadi sebelum melilitkan kain, anak-anak tertebut memakai rok hitam terlebih dahulu. Terus untuk aksesoris seperti sabuk, gelang, dan tingkuluak, hiasan seperti tanduk di kepala, aku buat dari kertas karton dan dilapis kertas warna-warni sesuai warna kain bawahan masing-masing. Untuk penari utama, anak yang di tengah, aku pakein sunting tradisonal Sulawesi yang lumayan hampir mirip dengan sunting Minang trus... berhubung gak nemu nampan yang dibawa penari utama, aku ganti aja dengan keranjang yang udah dihias. Sedangkan sirih untuk dipersembahkan kepada tamu kehormatan, aku ganti aja dengan buket bunga kecil. Hehe ditakutkan orang Sulawesi gak doyan makan daun sirih hehe...

Dan hasilnya seperti poto di atas. Gak jauh beda kan sama yang ini:





Ato yang ini (hehe narsis):



----Okeh... Nostalgia kita cukupkan sampai di sini dulu----

0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang