Sunday 9 March 2014

Review Skripsi Semiotika

Walau sudah tidak menjadi mahasiswi Sastra Arab lagi, beberapa orang adik angkatan masih bertanya seputar semiotika khususnya untuk meneliti puisi. Hmm. Sebenarnya ilmu saya masih sangat cetek. Bahkan saya pun belum diberi kesempatan untuk melanjutkan studi lagi ke jenjang strata dua. Namun, semoga saja kekurangan ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat tentu saja. Saya hanya bisa berbagi pengalaman saya saat mengerjakan skripsi. Saya mungkin akan menjelaskan dengan bahasa sederhana saja dan tidak memakai istilah yang aneh-aneh lagi menakutkan.

Salah satu masalah yang sering saya dapati adalah cara memaknai puisi. Contoh kasusnya biasanya terdapat pada puisi yang berisi tentang perjuangan dan kritik terhadap pemerintah. Di dalam beberapa judul puisi, terkadang dapat ditemui tanggal yang biasanya merujuk pada suatu peristiwa non fiktif  alias nyata. Dan tanggal ini biasanya memiliki kolerasi dengan isi puisi. Biasanya si peneliti langsung saja memaknai isi puisi  tersebut dengan memaparkan peristiwa  nyata yang terjadi tanpa menekuri kata demi kata dalam bait puisi. Lantas jika memaknai seperti demikian apa bedanya Semiotika dengan Sosiologi Sastra bukan?

Yap! Sebenarnya dua teori ini berbeda. Dulu saya juga sempat seperti itu. Saya sering kali googling mencari 'sejarah' dan 'kisah' yang terjadi di dalam puisi yang saya teliti. Namun Dosen Pembimbing saya mengatakan bahwa saya tidak perlu repot mencari peristiwa nyata yang terjadi, namun maknailah kata demi kata setiap bait puisi tersebut karena teori yang digunakan adalah Semiotika.

Agar saya selalu ingat dan tidak tertukar lagi antara Semiotika dan Sosiologi Sastra, saya mengingat-ingat empat orientasi Sastranya Abrams dalam buku The Mirror and The Lamp, yaitu Mimetik, Pragmatik, Ekspresif, dan Subjektif. Simpelnya, teori Mimetik adalah teori yang beranggapan bahwa karya sastra adalah imitasi atau tiruan dari alam semesta. Teori Pragmatik adalah teori yang beranggapan bahwa pencipta karya sastra dianggap telah mati, sedangkan karyanya akan dinilai oleh para pembaca. Teori Ekspresif adalah teori yang menyatakan bahwa karya sastra adalah bentuk ungkapan perasaan sastrawan itu sendiri, sedangkan teori Subjektif adalah teori yang memaparkan bahwa karya sastra adalah sesuatu yang otonom alias berdiri sendiri (ingatkan saya jika penjelasan ini salah).



Nah, apa hubungannya dengan Semiotika dan Sosiologi Sastra? Tentu saja berhubungan. Mudahnya, Sosiologi Sastra adalah turunan dari teori Mimetik, sedangkan Semiotika adalah turunan dari teori Subjektif. Jadi, saat memaknai puisi, fokuslah pada kata-kata yang terdapat dalam puisi karena saat itu puisi menjadi sesuatu yang otonom alias berdiri sendiri. Adapun peristiwa nyata yang memang terjadi hanyalah sebagai penguat pemaknaan kita.

Kata teman-teman, yang sudah terlebih dahulu melanjutkan studi di strata dua, pelajaran yang seperti ini tidak ada artinya sama sekali sih. Tapi setidaknya cukuplah untuk menambah pengetahuan kita. Yah. Semoga saja saya bisa menyusul mereka untuk melanjutkan studi saya. Amiin. Semangat!!!

0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang