Wednesday 5 March 2014

Bagaimanakah Dakwah Kita?

Kala itu ahun 2009. Saya sedang duduk bersama teman-teman di selasar lantai I FIB saat beberapa perempuan memakai jilbab panjang dan lebar, berbaju gombrong serta rok panjang tiba-tiba saja mendekati kami mengajak kami berdiskusi. Salah satu di antara mereka memulai pembicaraan. Awalnya tentang kenaikan harga BBM dan kebijakan subsidinya. Mbak tersebut memaparkan panjang lebar. Kami hanya melongo mendengarkan. Beberapa orang di antara kami malah sudah tidak betah dan kasak-kusuk sendiri. Malah beberapa ada yang meninggalkan tempat tersebut berpura-pura mau masuk kelas. 

Saya sendiri masih mendengarkan dengan serius merasa tertarik dengan perbincangan ini. Pada akhirnya pemaparan si Mbak tadi beralih dari masalah bensin ke masalah penerapan hukum-hukum Islam di Indonesia. Hmm. Berat ini ternyata! Akhirnya si Mbak bertanya pada saya apakah saya setuju jika hukum Islam diterapkan di negeri ini. Karena mereka berpendapat bahwa syariat Islam adalah hukum yang paling benar dengan memaparkan sejarah kemakmuran pada masa Rasulullah dan para khalifah.

Menurut saya? Menurut saya memang jika dikaji aturan-aturan dalam Islam memang sempurna. Semuanya diatur dengan rapi tanpa cela. Saya setuju saja sebenarnya. Namun dari sudut pandang lain, penerapan hukum Islam ini sepertinya belum bisa diaplikasikan di Indonesia. Ini tentu saja karena penduduk Indonesia yang multikultural. Banyak suku, ras, etnis, dan agama. Jadi, saya menyimpulkan bahwa belum memungkinkan untuk menerapkan aturan tersebut di Indonesia. Si Mbak lalu bertanya lagi, "Lantas jika sebenarnya Anda setuju, lalu apa solusinya?". Saya berpikir kembali. Dengan pola pikir anak seumuran saya pada saat itu, saya mengatakan mungkin bisa saja hukum dan aturan negara ini 'mencontek' sebagian dari hukum Islam dan dipadukan dengan hukum negara kita sehingga toleransi antar agama tetap utuh dan terjaga. Intinya jangan sampai ada yang tersakiti.

Si Mbak memberi pernyataan bahwa hukum Islam tidak akan merugikan orang lain, jadi seharusnya hukum Islam dapat diterapkan di negeri ini. Okey! Kalau sudah berbicara kesempurnaan hukum Islam, saya akan angkat tangan menyerah. Yang jadi masalah bukan Islam dan hukumnya, namun kita, para penganut agama Islam. Kita seharusnya lebih banyak introspeksi diri terlebih dahulu. Apakah kita telah mengikuti teladan kita, Rasulullah SAW, contoh kecilnya dalam muammalah kita pada sesama umat Islam dan pada mereka yang non muslim?? Sudahkah? Kalau sudah, mengapa sering kali terjadi kerusuhan yang disebabkan oleh organisasi yang mengatasnamakan Islam? Tidak hanya satu dua kali. Sudah sering malah. Saya miris melihat, mendengar, atau membaca sepak terjang organisasi atau golongan tertentu yang sering kali bikin onar dengan mengatasnamakan untuk membela Islam. Membela Islam macam apa itu? Yang ada hanya menjelekkan citra agama yang kita cintai ini.



Islam sejatinya adalah rahmatan lil alamiin. Rahmat bagi seluruh alam termasuk seluruh umat manusia apapun keyakinan mereka. Islam itu indah dan damai. Islam bukanlah kekerasan dan peperangan. Pasti masih ingat kan di benak kita bagaimana Rasul memperlakukan seseorang yang telah melempar beliau dengan kotoran? Kita masih ingatkan tentang perlakuan adil dan toleransi para khalifah terhadap masyarakat non muslim? Namun, apa yang terjadi di negara kita? Kekerasan yang katanya adalah penegakkan syariat Islam. Kekerasan yang katanya adalah bentuk pembelaan pada agama. Bahkan omong kosong yang katanya untuk dakwah mengajak orang-rang ke dalam pelukan Islam.

Dakwah. Ya saya akui seluruh umat Islam memiliki kewajiban untuk berdakwah. Tapi dakwah yang bagaimana sih? Sepengamatan saya, dakwah kita ini aneh. Benar! Aneh! Ada yang dengan kekerasan. Ada yang dengan omongan, tapi sayang omong kosong dan menyakitkan. Kalau kekerasan mungkin contohnya sudah banyak ya di surat kabar dan tayangan televisi nasional. Kalau omong kosong yahh lihat saja di sekitar kita. Saya pernah ikut pengajian yang intinya adalah masalah anak muda 'banget' apalagi kalau bukan masalah cinta dan pergaulan dengan lawan jenis. Intinya si pembicara meminta kita menjaga hati dari yang namanya laki-laki yang bukan muhrim. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Orang yang mengajak malah melakukan larangan yang mereka katakan sendiri. Miris sekali rasanya melihat teman-teman yang mulanya bersemangat untuk lebih mengenal kindahan agama kita menjadi malas dan tidak tertarik lagi. Belum lagi yang berdakwah dengan melontarkan omongan pedas, menggurui, bahkan terkesan memuji diri sini mengaggap dirinya paling soleh. Lah bagaimana orang akan terbujuk jika seperti itu?

Saya setuju dengan opini Ustad Shamsi Ali. Dalam satu program televisi beliau mengatakan bahwa dakwah itu harus dilakukan dengan kasih sayang karena kegelapan tidak akan pernah terang dengan caci maki. Lantas, saya menyimpulkan bahwa kita harus berdakwah dengan pelan-pelan, lemah lembut, dan tidak hanya dengan omongan yang pada akhirnya bak janji-janji palsu para caleg. Jika berdakwah dengan perkataan, maka  berkatalah dengan halus, tidak menggurui, dan tidak menganggap bahwa diri kita paling benar serta pegang teguhlah apa yang dikatakan lantas contohkan dengan tindakan yang sinkron dengan apa yang kita katakan.

Setelah panjang lebar mengungkapkan opini saya pada si Mbak. Mbak itu lalu bertanya, Lalu bagaimana Dek? Mau ikut tidak untuk menegakkan syariat Islam di Indonesia? (dalam hati: Yah! Pertanyaan itu lagi!!). Saya menggeleng saja. "Tidak ikut Mbak. Tapi saya mendukung saja dengan catatan yang sudah saya paparkan tadi, Si Mbak menjawab, "Ya sudah. Kalau hanya mendukung dan tidak ikut berjuang, Adek bakal masuk syurganya terakhiran. Wassalamualaikum." Si Mbak berlalu begitu saja. Saya hanya tersenyum dan membatin, "Wallahu a'lam..."

3 komentar:

  1. wah, saya juga pernah didatengin sama mbak2 yg kaya gitu pas lagi duduk2 di fib..
    dan pas mbaknya ngomong ini-itu panjang lebar, saya cuma dengerin sambil manggut2 aja, hehe

    ReplyDelete
  2. mencoba mengungkapkan pandapat aja Di hehe

    ReplyDelete
  3. ""Si Mbak menjawab, "Ya sudah. Kalau hanya mendukung dan tidak ikut berjuang, Adek bakal masuk syurganya terakhiran. Wassalamualaikum." Si Mbak berlalu begitu saja""
    SADIS nian kata2nya si Mbak, kayak dah pasti dia lbh cepet dan menjudge org lain paling akhir!!! kaidah mana bilang begitu, karena dah judge orang bukan judge sebuah perbuatan!!
    Mengerikan sekali....

    ReplyDelete

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang