Friday 7 March 2014

Loving Arabic Literature

Really miss his voice so much when he's reading his poetry!!



I'am back! Yeah kembali lagi menekuri Introduction of Modern Arabic Poetry, Semiotic of Poetry-nya Riffaterre, Modern Arabic Literature 1800-1970, A Critical Introduction to Modern Arabic Poetry, dan masih banyak lagi. Aih! Betapa rindu rasanya menekuri kembali kumpulan puisi Arab karya Nizar Qabbani. Sekilas, puisi-puisi ciptaan Qabbani memang terlihat erotis. Beberapa teman Arab saya sendiri tidak menyukai karya-karya Qabbani. Saat mengerjakan skrispi dulu, mereka banyak menyarankan saya agar meneliti karya Mahmud Darwisy yang puisinya memang berisi tentang semangat perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan kemerdekaan mereka atau Jubran Khalil Jubran (aka Kahlil Gibran) yang romantis ataupun Mikhail Nuaimah dan lain sebagainya.

Sebenarnya, saya menyukai semua puisi dan pepatah Arab. Semuanya indah dengan wazn dan ritme yang sangat harmonis. Kalau dijabarkan di sini mungkin akan panjang dan bisa jadi sebuah karya ilmiah. Keindahan bahasa Arab memang tidak tertandingi. Bahkan mungkin keromatisan kata-katanya juga akan mengalahkan bahasa Prancis yang dijuluki bahasa teromantis. Selain romantis, puisi dan pepatah Arab memiliki ruh yang rasa-rasanya dapat mengendalikan emosi dan semangat saya. Contohnya saja, puisi Ibrahim Tauqan yang berjudul at-Tafaaul yang berarti optimis. Saking ngefansnya, saya mengutip beberapa baris puisinya untuk halaman motto di skripsi saya. Saya suka semuanya, namun yang paling saya suka adalah Nizar Qabbani walau kata orang puisinya banyak yang erotik dan menggunakan kata-kata yang vulgar. Nah inilah yang menarik untuk diteliti. Menurut saya, keerotisan puisi Qabbani pasti memiliki makna penting yang ingin disampaikan olehnya. Tugas kita adalah meneliti makna yang tersembunyi tersebut. Dan di sinilah Semiotika menjalankan tugasnya. Saya benar-benar jatuh cinta pada puisi Arab dan semiotika. Tahun ini sepertinya tahun terakhir untuk mendapat kesempatan 'sekolah' kembali. Jadi, saya harus bekerja keras dan tetap optimis. Semoga Tuhan mendengar doa-doa saya. Amiin.

Dulu saya pernah bertanya-tanya dalam hati. Kenapa saya memilih sastra? Dengan kasat mata, sastra bukanlah bidang ilmu yang sepertinya punya peran dalam kehidupan kita sehari-hari. Beda dengan orang yang mengambil Teknik, Kedokteran, Psikologi, Ekonomi, Komunikasi, dan lain sebagainya. Anak teknik dapat membantu masyarakat dengan menciptakan sebuah alat, anak kedokteran dapat membantu dengan mengobati orang dan lain sebagianya. Terus sastra? Apakah hanya berkutat di dalam ruang sumpek penuh buku untuk sekedar membaca dan menulis? Namun, saya akhirnya menemukan jawaban. Ilmu sastra juga berguna untuk masyarakat sekitar kita bahkan untuk negara. Memang sih anak sastra tidak bisa menciptakan mesin canggih atau mengobati orang sakit, namun mereka membantu lewat tulisan mereka. Yap! Tanpa disadari, tulisan adalah sebuah media yang dapat mempengaruhi orang. Lihat saja berapa banyak sastrawan yang dijebloskan ke dalam penjara karena tulisan mereka yang berisi kritikan. Salah satunya sebut saja Pramoedya Ananta Toer. Bahkan, di dunia Arab, puisi adalah salah satu media untuk berjuang membebaskan diri dari belenggu penjajahan dan kritikan pada pemerintah.

Mungkin ilmu Humaniora belum populer saat ini dan dipandang sebelah mata. Namun, seiring berjalannya waktu, saat dunia menjadi cyber, 20 atau 50 tahun lagi manusia akan melirik ilmu-ilmu ini. Tentu saja karena ilmu-ilmu Humaniora membantu melestarikan peninggalan dan catatan perjalanan umat manusia. Manusia tidak akan bisa menuju masa depan tanpa melalui masa lalu bukan?

#Trust me! Arabic is truly awesome!

1 komentar:

  1. Yap! Arabic is truly awesome! :D
    Saya juga suka dengan puisi-puisi Nizar Qabbani kok mbak. Romantis! :3

    ReplyDelete

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang