Monday 10 March 2014

Galeri Delapan Tahun Silam




Sepotong pagi nan cerah di tahun 2006 namun tak secerah suasana hati. Jantung ini berdetak dua kali lebih cepat, sedangkan kaki berjalan lambat seperti enggan berjalan. Serasa macam pesakitan yang akan menerima hukuman gantung. Hari itu benar-benar hari penentuan. Lulus dari Kampung Damai atau masih mendekam setahun lagi? Ah! Lebih baik pasrahkan saja bukan? Yang terpenting, sudah berusaha sekuat mungkin.

Hari itu adalah hari yudisium kelulusan saya dari Gontor Putri. Deg degan gak karuan. Takut nggak lulus padahal sudah 6 tahun di sana. Sedihkan kalau gak lulus? Hari itu lapangan depan gedung Kuwait sudah dipenuhi para wali murid yang akan menyaksikan kelulusan dan menjemput kami sebagai alumni Gontor Putri 2006. Di satu sudut lapangan, tampak sebuah mobil Ambulance bertengger manis siap siaga jika ada sesuatu yang tidak diinginkan (baca: ada santri yang belum lulus ujian akhir) terjadi. Untungnya, orang tua saya tidak datang. Jadi, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan itu, setidaknya saya tidak melihat langsung raut sedih kedua orang tua saya. Saya memilih duduk di satu kursi dekat pinggiran tenda. Menunggu dengan resah dan gelisah.

Akhirnya, panggilan gelombang pertama pun mulai. Gelombang pertama adalah panggilan untuk para santriwati yang lulus dan mengabdi di pondok pusat dan cabang. Nama pertama yang dipanggil pastilah santriwati yang mendapatkan nilai mumtaz alias cumlaude. Lalu dilanjutkan dengan naman-nama yang akan ditempatkan di setiap pondok cabang. Well! Saya yakin nama saya tidak akan ada di panggilan gelombang satu ini. Namun, tiba-tiba nama saya disebutkan. Sontak saya ternganga dan teman-teman di sebelah saya juga terbelalak tak percaya.

Dengan langkah gemetaran, saya berjalan menuju tangga. Di ujung tangga, Saya melihat ustad Budi, wali kelas saat saya kelas V, tersenyum sambil mengucapkan selamat. Saya mengangguk kemudian berlalu masuk ke dalam sebuah ruangan yang sudah penuh. Akhirnya saya tahu bahwa saya akan mengabdikan diri selama setahun di Gontor Putri 4 Lamomea, Konda, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Glek! Saya akan merantau lagi rupanya. Kali ini ini ke Celebes. Okey baiklah! Yang sangat saya syukuri saat itu adalah kami semua, angkatan 2006, lulus semua. Alhamdulillah...

Sujud Syukur

Setelah Sujud Syukur
Teman-teman seperjuangan di Gontor Putri 4

Dan inilah petualangan di Gontor Putri 4 Kendari.....

Gedung al-Azhar Gontor Putri 4

Pengasuh Gontor Putri 4 dan staf pengajar

Jadi, Kampung Damai (PMD Gontor) mempunyai tradisi di setiap awal tahun ajaran, yaitu acara Khutbatul Arsy atau pekan perkenalan. Acaranya bermacam-macam, dari apel tahunan hingga pentas seni kelas 6. Nah di Gontor Putri 4 sendiri juga ada, namun tentu saja lebih sederhana daripada acara di pondok pusat. Kalau di pondok pusat, para staf pengajar akan dibantu siswa/i kelas 6 untuk kepanitiannya. Kalau di GP 4 semuanya menjadi tanggung jawab para pengajar. Pagi ngajar, siang ngajar, sore ngajar TPA di sekitar pondok, malam begadang menyiapkan acara. Yap! Kerjakan dengan riang dan tentu saja dengan penuh rasa ikhlas seperti yang telah diajarkan para ustad pengasuh pondok dan Trimurti pendiri pondok. Inia dia galeri fotonya:

1. Apel Tahunan



2. Pentas Seni
Berhubung di GP 4 belum ada kelas V dan kelas VI, maka seluruh santriwatilah yang menampilkan bakat dan kebolehan mereka. Dan kegiatan ini sangat berkesan bagi saya pribadi karena saya bisa terjun mengajarkan tari Gelombang khas Sumatera Barat. Cekidot!

Paduan Suara sebagai pembuka acara. "Darussalam"
Coached by me (hehe)

Jika liburan datang, dan para santriwati pulang biasanya kami akan pergi refreshing ke pantai. Dan pantai di Sulawesi Tenggara masih bersih banget. Yang saya ingat adalah Nambo dan Batu Gong.



Para Ustad (yang dulunya pada masih lajang :D) dan pekerja pondok

Kangen sangat rasanya. Suatu saat pengen sekali saya kembali kesana untuk sejenak bernostalgia. Ah Semoga.

Rambo. Mobil serba guna


Bazar April Cafe

Lebaran!!!

Yang gak pake seragam ketahuan banget orang di balik layar (baca: masak-masak)


Sebenernya masih banyak sekali kisah-kisah suka dan duka di sana. Namun, posting kali ini cukup meredam rasa rindu saya. Semoga kita dapat bermanfaat bagi masyarakat di lingkungan sekitar kita ya teman-teman.

0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang