Monday 30 April 2012

Untuk Mei 2012

Kata orang, menulis adalah sebuah media terapi yang lumayan ampuh. Saat kita merasa tidak mampu untuk mengungkapkan sesuatu kepada orang lain, tulislah apa yang ingin kita ungkapkan agar beban menjadi sedikit berkurang. Ngomong-ngomong, mungkin saat inilah saat yang paling tepat untuk sedikit menulis sebuah kesalahan yang selalu kepikiran selama ini. Kesalahan saya yang berakibat negatif pada mindset saya   sendiri. Semoga besok dengan datangnya bulan baru, bulan dimana usia saya akan bertambah, saya dapat melupakan kesalahan itu dan menjadi berani untuk mencintai.

Kesalahan ini bermula di sebuah restoran di bilangan Yogyakarta. Saat itu niat saya hanya menemani seorang kakak kelas saya menghadiri acara buka bareng. Saya yang memang masih semester satu dan belum terlalu paham dengan kota Yogyakarta, dengan senang hati menerima ajakan itu. Kiranya teman-teman kakak kelas saya bisa dibilang lumayan baik dan cepat akrab dengan orang baru seperti saya sehingga saya tidak merasa asing berada di antara mereka.

Dari banyak teman-temannya, ada seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelah saya mengajak saya mengobrol. Mula-mula, saya hanya menjawab dengan ogah-ogahan karena belum terlalu kenal. Namun, ternyata dia menyenangkan, jadi kami mengobrol dengan sangat asyik dan seru. Singkat cerita, setelah pertemuan itu, kami lumayan sering ketemu dan jalan atau hanya sekedar ngobrol. Dia juga suka mampir ke fakultas tempat saya kuliah. Mungkin karena kami masih satu universitas dan hanya beda fakultas. Singkat cerita lagi, pertemuan kami yang berintensitas lumayan tinggi itu, menumbuhkan sebuah rasa dalam dada. 

Entah kenapa, saya pun tak mengerti. Rasa tertarik, suka, atau apalah itu... tiba-tiba muncul dalam diri saya. Bisa dibilang rasa itu adalah rasa pertama yang saya rasakan terhadap lawan jenis. First love. Mungkin saya suka dengan perhatiannya, obrolan-obrolan kami, dan juga dari pendapat teman-teman yang melihat keakraban kami. Inilah kesalahannya! Saya mungkin terlalu gede rasa atas perhatiannya dan omongan teman-teman yang berpendapat bahwa dia punya rasa yang sama dengan saya. Saya hanya memendam rasa itu tanpa diketahuinya dan berharap dia juga punya rasa yang sama dengan yang saya rasakan. Saya pikir biarlah waktu yang akan mengungkap apa yang tersembunyi. Namun, kenyataan berkata lain, dia tiba-tiba menghilang dari hari-hari saya begitu saja. Sekitar enam bulan kemudian, saya menerima kabar kalau dia sudah menikah. Saya terpuruk, namun berusaha tegar karena saya pikir masa depan saya masih panjang dan tidak ada guna menangisi hal seperti itu.Toh, kami hanya berteman biasa. Notihing to loose....

Di tengah keterpurukan saya, datanglah seorang dari masa lalu saya. Masa dimana kami masih sekumpulan bocah ingusan berseragam putih merah. Pertemuan kami hanya singkat saja karena dia sedang berlibur di Yogyakarta dan mendaulat saya menjadi guide-nya. Dia juga seorang yang sangat perhatian, bisa dibilang over malah. Setelah kepulangannya, dia masih sering menghubungi saya menanyakan kabar saya dengan perhatian-perhatiannya itu. Saya hampir melakukan kesalahan kedua karena hampir saja luluh oleh perhatiannya. Namun, saya bisa bangkit. Ketika dia menghilang begitu saja, saya tidak terlalu merasakan kehilangan dan keterpurukan lagi.

Hmmm. Saat itu aku membuat sebuah perumpamaan bahwa semua laki-laki di muka bumi ini sama dengan angin. Angin yang memberi kesejukan sehingga kita terlena dan terkantuk-kantuk Namun, tiba-tiba pergi begitu saja ke arah yang disukainya. Mungkin kembali, namun mungkin pergi tanpa jejak. Mulai saa itu,  saya betekad tidak akan terlena lagi dengan kesejukan angin. Saya tidak akan jatuh dalam perhatian-perhatian murahan itu. Tidak akan! Dan aku tidak akan mencintai lagi. Titik.

Suatu hari, tanpa sengaja saya membaca tabloid khusus wanita dan menemukan artikel tentang tanda-tanda seorang laki-laki menyukai wanita. Tahu tidak? salah satu tandanya adalah si lelaki memeberi perhatian kepada si wanita. Ah! Perhatian? NON SENSE! Tidak bisa dipercaya.Perlu ada riset lagi sepertinya. Sudahlah. Saat itusaya tidak ingin berurusan dengan yang namanya cinta untuk lawan jenis. Saya harus fokus dengan masa depan dan cita-cita saya. Saya tidak mau masa depan saya berantakan cuma gara-gara masalah cinta untuk lawan jenis itu.Capek.

Dua minggu yang lalu, saya dan teman-teman kerja saya kumpul, tiba-tiba muncullah curhat-curhatan mereka yang mengarah pada masalah, pacar, kekasih jodoh, dan apalah itu. Semua orang di sana ribut membicarakan itu. Namun, saya hanya diam dan hanya mendengar isi hati mereka. Saya malas untuk memikirkan itu. Let's it flow aja. Belum saatnya. Tampaknya luka hati saya belum mengering. Namun, saya yakin saya bisa menghadapi semua ini.Suatu saat nanti saya bisa menerima kehadiran cinta lagi. Berhharap di bulan Mei 2012, semua akan kembali seperti semula. Tidak ada luka. Tidak ada dendam. Tidak ada penyesalan. Tidak ada kesalahan.



0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang