Saturday 12 January 2013

Secarik Masa Lalu

Delapan tahun tampaknya merubah seluruh tatanan kampus ini dengan signifikan, kecuali gerbang depan kampus yang menjadi favoritku. Dari tempat itu, gunung Merapi terlihat sejajar dengan gedung auditorium kampus. Jika beruntung, kita bisa melihat gunung itu berwarna biru diselumuti awan yang mengelilinginya. Sore itu, gunung Merapi terlihat megah berdiri kokoh di belakang auditorium kampus. Guratan awan putih berbaris mengelilingi merapi membuatnya seakan sedang mengucapkan selamat sore kepadaku.
            “Udah lama sampainya?”
Tanpa kusadari, Erland telah duduk manis di sebelahku. Ia menyodorkan satu cup jus pisang ke hadapanku. Aku mengambilnya ragu-ragu. Delapan tahun boleh saja telah berlalu, namun kenangan tentang segala sesuatu yang kusukai masih diingatnya. Bukannya senang karena dia masih mengingat semua hal yang kusukai, aku malah kesal setengah mati. Dulu di saat aku mengharapkan cintanya, ia malah pergi menghilang tanpa kabar. Dan kini, di saat luka yang ditorehkannya di hatiku sudah sembuh, tiba-tiba ia datang lagi mengisi kehidupanku. Dan saat ini, aku sudah punya seorang Arun yang mencintaiku dengan tulus dan pastinya tidak pernah memberikanku harapan palsu.
“Ada apa lagi, Land?”
“Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku bahagia bertemu denganmu lagi,”
“Terima kasih,”
“Dari dulu hingga sekarang, tak ada yang berubah. Aku masih mencintaimu, Vanti…,”
“….”
Kata-kata yang diucapkannya benar-benar membuatku marah. Jika memang ia mencintaiku, kenapa ia meninggalkanku tanpa kepastian? Dan kini di saat aku melupakannya dan menemukan cinta baru yang menjanjikan hal yang pasti, ia kembali datang tanpa rasa bersalah di hati.
“Kau bilang kau mencintaiku dari dulu hingga kini? Lantas mengapa kau tinggalkan aku pergi tanpa sebuah kepastian, Land?” Aku memuntahkan tumpukan morfem yang sudah teramat lama kupendam dalam pikiran.
“Karena… aku…,”

---Bersambung---

0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang