Tuesday 26 April 2011

TEKANAN YANG MENCIPTAKAN SEBUAH PEMBUKTIAN

Sebenarnya hari ini aku harus menyelesaikan tugas-tugasku yang bejibun banyaknya tapi aku bosan dan jadilah aku menulis essay untuk syarat mengajukan beasiswa KSE (semoga dapet... amin). Essaynya sederhana aja kok. Cuma cerita tentang alasan memilih jurusan, alasan mengajukan beasiswa, dan rencana setelah lulus kuliah. Ketika lagi nulis-nulis essay entah kenapa ingatanku melayang ke masa lalu, masa dimana aku merasa down, minder, kesal, dan merasa bahwa aku tak berguna di mata orang-orang di sekitarku.


Well, aku akan ceritakan pengalamanku di sini. Semoga pengalamanku ini dapat memberi motivasi agar kita selalu optimis dan selalu berpandangan bahwa hidup kita ini amazing. Amin...


Aku adalah seorang mantan santri di sebuah pesantren yang cukup terkenal di Indonesia. Ketika aku nyantri, aku bukanlah seorang santriwati yang pintar lagi cerdas. Sering kali aku berada di kelas bawah dan pernah nyaris gak naik kelas. Aku sering dihukum karena sering tak menggunakan bahasa wajib pesantren, bahasa Arab dan bahasa Inggris tentunya. Aku melanggar peraturan bagian bahasa bukan berarti aku tidak suka dengan bahasa, malah bahasa adalah suatu bidang yang sangat aku minati. Yah...mungkin bidang bahasa adalah satu-satunya bidang yang bisa aku banggakan.
Setelah tamat dan mengabdi, akhirnya aku diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk melajutkan pendidikan di jurusan sastra asia barat alias jurusan sastra arab UGM.

Dan di sinilah tekanan-tekanan itu dimulai...


Ketika aku bertemu kembali dengan teman-teman pondokku via jejaring sosial mereka selalu bertanya tentang kegiatanku dan dimana aku melajutkan kuliah. Setelah mereka tahu bahwa aku memilih jurusan sastra Arab, begitu banyak komentar pedas yang datang bertubi-tubi padaku. Mereka bilang kalo aku gak kreatiflah, jurusanku cemenlah, jurusan gak bangetlah, dan segala macam komentar yang MEYAKITKAN!!! Dan satu peristiwa yang sangat menyakitkan dan masih mengenang di benakku adalah pembicaraanku dengan seorang kakak kelas ketika aku berkunjung ke pesantren untuk melepas rindu dengan sahabatku yang masih ”mendekam” di sana:
Kakak kelas: Sekarang ente kuliah dimana, Shin?
Aku : di UGM, ustadzah
Kakak kelas: Jurusan apa?
Aku : Sastra Arab
Kakak kelas: what? Sastra Arab? Jurusan apa tuh? Kuliahnya boleh di UGM tapi masak jurusannya sastra Arab (sambil ketawa ngejek)

OMG... pada waktu itu aku sangat marah dan kesal buanget dengan perkataannya tapi aku diam saja. Biarinlah, gak usah dilawan, ngabisin tenaga aja.
Ketika PPSMB, setara dengan OSPEK, seorang dosen memotivasi kami agar kami tidak minder dengan jurusan yang kami pilih ini. Menurutku, perkataan dosen itu sangat baik dan dapat membuat kami semangat untuk melanjutkan studi di jurusan yang sering dipandang sebelah mata ini.


Berhubung aku kuliah di PTN jadi kebanyakan teman-teman seangkatanku adalah anak-anak SMA yang belum pernah bergelut dengan bahasa Arab. Kemudian dosen itu memotivasi mereka. Aku tahu kok dosen itu baik dan ingin memotivasi mereka agar mereka semangat untuk memepelajari bahasa Arab tapi, menurutku, kata-kata beliau kurang tepat karena terlalu men-down-kan dan memojokkan anak-anak yang pernah bergelut dengan bahasa Arab.


Aku merasa kesal banget karena rasa-rasanya aku mendapat tekanan dari berbagai arah, dari teman-teman seperjuanganku di pesantren dulu dan dari jurusan yang aku ambil ini. Aku kesal dengan komentar teman-temanku tentang jurusan yang aku pilih ini. Aku kecewa dengan perkataan dosen tersebut padahal aku sangat ingin dimotivasi agar aku terpacu untuk lebih menggali tata bahasa Arab dan juga kesusastraannya.
Tapi... ya sudahlah, kata Bondan Prakoso, tampaknya pribahasa anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu perlu diterapkan saat ini.


Aku sempet down, down sekali. Tapi ketika aku berpikir lagi, ternyata tak ada gunanya aku down. Kalo aku down, emangnya ada yang peduli? Hahaha aku sendirilah yang harus peduli pada diriku. Aku harus bangkit dan membuktikan bahwa aku bisa dan aku tidak bisa dipandang sebelah mata. Dan tekanan-tekanan inilah yang menciptakan sebuah pembuktian dalam diriku. Pembuktiannya apa saja? Hahaha hanya aku dan Tuhan yang tahu.


Terima kasih aku ucapkan kepada ”tekanan”

0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang