Saturday 4 January 2014

Teruntuk Jodohku, Entah siapapun Itu

Untukmu Calon Jodohku Yang Tertulis Di Lauhul Mahfuzd

Bismillah ... Mungkin diriku bukanlah matahari yang setiap siang menerangi bumi tapi aku akan mencoba menjadi cahaya
ketika hatimu telah kelam

Mungkin diriku bukanlah bumi yang luas yang memudahkanmu untuk bergerak tapi aku akan berusaha menjadi ruang kosong
tempat untuk mencurahkan segala rasamu

Mungkin aku bukanlah angin yang mampu menyejukkanmu ketika dirimu merasa panas tapi aku akan berusaha menjadi kipas
penyejuk yang dapat engkau gunakan setiap saat engkau butuhkan

Mungin aku bukanlah paranormal yang dapat membaca pikiranmu tapi aku akan berusaha menjadi buku yang siap menampung curahan segala suka dan dukamu

Mungkin aku bukanlah hujan yang dapat menyirami semesta Alam tapi aku berusaha menjadi embun yang menyegarkan jiwamu

Duhai engakau yang masih rahasia aku akan tetap berusaha membahagiakanmu dengan segala kemampuanku bahagiamu adalah senyumku dukamu adalah perihku

Untukmu Calon Jodohku Yang Tertulis Di Lauhul Mahfuzd (By Asyika Rahmah)

Akhirnya saya ngepost juga tentang hal yang satu ini. Hal yang sebenarnya agak "tabu" bagi saya (hehehe) untuk ditulis di blog. Apalagi kalau bukan soal jodoh. Puisi yang di atas ini adalah puisi teman saya ketika masih mondok dulu. Kata-katanya sederhana, tapi penuh makna. Usut punya usut, si penulis ini ternyata merindukan sosok imamnya yang masih menjadi rahasia Illahi. Katanya kalau lagi merindu tentang kehadiran sang imam, langsung deh ide untuk menulis, seperti tulisan di atas, muncul.

Setelah saling balas comment, tiba-tiba saya sadar, dalam lubuk hati yang paling dalam, saya ternyata memiliki kerinduan pada Imam saya juga. Ya walau selama ini, saya selalu mengingkarinya. Selalu cuek. Selalu tidak ambil pusing bahkan menutup diri for thingking of him. Memikirkan jodoh saya. Memikirkan apa gerangan yang akan saya katakan saat saya bertemu dengannya. Memikirkan apa yang dapat saya lakukan untuknya kelak. Memikirkan masa depan berdua dengannya. Yeah... mungkin saya belum move on secara kaffah. Masih trauma dengan yang lalu. Saya kira cinta, tapi ternyata hanya perhatian saja. Haha. Saya masih buta dengan yang namanya cinta atau hanya perhatian semata. Saya masih perlu belajar membedakan antara keduanya *PS: Jadi, untuk jodoh saya, entah siapapun itu, agak bersabarlah menghadapi diri saya yang tidak sensitif karena saya bodoh untuk membedakan antara cinta dan perhatian sesaat saja.

Mungkin kalau saya bertemu dengan imam saya yang masih jadi rahasia Illahi itu, saya akan berpikir kurang lebih sama dengan bait-bait puisi yang ditulis teman saya di atas. Setidaknya saya akan menambahkan beberapa poin.

Teruntuk jodohku, entah siapapun itu... 
Jika aku memiliki pendidikan lebih tinggi atau gaji lebih besar, cobalah untuk tidak merasa kecil. Karena, bagaimanapun juga, dalam rumah tangga, kaulah yang menjadi pemimpinnya. Dan aku harus mengikutimu.

Teruntuk jodohku, entah siapapun itu...
Jika kita telah dititipkan amanah dari-Nya, maka marilah kita berikan kasih sayang bersama-sama. Mengajaknya bermain bersama, mengajarkannya mengaji, shalat, berhitung atau membaca bersama-sama pula karena mereka dititipkan untuk kita berdua. Ya. Sesibuk apapun kita kelak...

Teruntuk jodohku, entah siapapun itu...
aku akan selalu mengikuti perkataanmu. Tapi, berikanlah aku kesempatan untuk mengungkapkan pemikiranku juga.

Mungkin ini bukan puisi ya. Hanya kata-kata saja. Belum semuanya sih. Tapi cukuplah. Well. Teruntuk jodohku, siapapun itu, aku setia menanti kehadiranmu....

0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang