Saturday 11 February 2012

Teruntuk Kekasihku

Kasih..
Apa kabarmu hari ini? apakah kau di sana merinduku? Sungguh kuberharap kau di sana selalu merinduku seperti aku yang merindukan titik-titik hujan di tengah malam.
Kasih...
Ingatkah kau dengan pertanyaanmu? Kuharap kau selalu ingat akan pertanyaanmu seperti aku mengingat suka duka memori kita.
Kasih...
Dulu kau bertanya tentang tempat yang paling kusukai. Tentang tempat yang kusinggahi ketika aku resah, gelisah, dan merasa kesepian.
Kasih...
Tahukah kau apa jawabannya? aku sangat menyukai jalanan.
Kasih...
Tahukah kau mengapa aku menyukai, bahkan mencintai jalanan, seperti aku mencintaimu?
Karena jalanan adalah kata pertama yang kutulis untuk memulai kisah cinta kita. Karena jalanan adalah saksi awalnya kisah kita ini
Kasih...
Jalanan memang tempat yang sangat kucintai seperti aku mencintaimu. Saat ku merasa sendiri, aku susuri jalanan dan kutemukan keramaian di sana. Di sana kutemukan senyuman ibu-ibu pedagang sayur, bocah-bocah kecil yang berlarian tanpa alas kaki, preman-preman bertampang sangar, bahkan bos-bos yang tergesa-gesa masuk ke dalam kantor bertingkatnya.
Kasih...
Jalanan benar-benar berarti bagiku seperti kau yang sangat berarti bagiku. Jalanan. Ya. Jalananlah yang selalu menambah rasa syukur kepada-Nya. Ya rasa syukur yang selalu saja kita pungkiri. Jalananlah yang mengingatkan diri ini pada kekuasaan dan nikmat-Nya yang berlimpah ruah.
Kasih...
Lihatlah bocah-bocah ingusan yang menengadahkan tangan mereka meminta belas kasihan orang yang berlalu lalang itu!
Lihatlah tukang-tukang becak yang duduk termenung menunggu penumpang yang tak kunjung datang itu!
Lihatlah tukang-tukang koran yang menerjang teriknya mentari untuk menjajakan koran mereka yang tak laku dijual di pagi hari!
Lihatlah para gelandangan yang tidur di bawah kembatan dan emperan toko. Lihatlah tubuh-tubuh mereka yang melingkar menahan dinginnya angin malam!
Kasih...
Dibandingkan mereka, betapa beruntungnya kita!
Kita tak perlu menantang teriknya mentari untuk mendapatkan beberapa keping uang receh.
Kita tak perlu bersabar menunggu rezki yang datang
Kita tak perlu tidur di emperan toko dan menahan dinginnya tiupan angin malam
Kasih...
Semoga kau seperti jalanan yang selalu mengingatkanku pada kebesaran-Nya.
Semoga kau seperti jalanan yang selalu mengingatkanku tentang rizki-Nya yang selalu berlimpah.
Semoga kau seperti jalanan yang selalu mengingatkanku untuk bersyukur kepada-Nya
Kasih...
Di jalanan lembab bekas titik-titik hujan inilah aku setia menunggumu dan merindumu bagai pepohonan yang merindukan godaan buliran angin musim semi.


0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang