Biasanya, ruas jalan Malioboro dipadati berbagai macam kendaraan. Dari kendaraan tradisional, seperti andong dan becak, sampai dengan bus kota yang lumayan besar dan ngabisin jalan. Tapi, malam 23 Februari 2013, saya melihat wajah Malioboro yang lebih indah tanpa satu pun kendaraan yang berkeliaran. Sungguh menyenangkan berjalan bebas di tengah jalan Malioboro.
Monday, 25 February 2013
Saturday, 23 February 2013
Kapan Menulis (Lagi)?
Ah. Sudah lama tidak duduk mematung di depan layar laptop sambil menarikan jemari di atas keyboardnya. Rasanya waktu untuk duduk berhayal di depan layar sudah sangat mengecil frekuensinya. Kesibukan yang mulai memadat ini tampak menjadi pemicunya sehingga waktu luang digunakan untuk memanjakan mata alias tidur, menonton film, dan memelototi acara televisi.
Buat saya, menulis itu bukan suatu hal yang harus di-publish sebagai kebanggaan diri. Menulis itu juga bukan obsesi untuk menjadi penulis profesional. Buat saya, menulis itu bisa dibilang kebutuhan sekunder. Lewat tulisan, rasanya saya bisa bercerita banyak tentang segala hal yang saya pikirkan. Menulis juga merupakan sebuah wadah bagi saya untuk mencurahkan hayalan, harapan, dan bahkan ketakutan saya. Setelah menulis, rasanya lega sekali seperti ada beban yang dikeluarkan dari dalam diri ini. Jadi, menulis itu ya seperti terapi dan media refreshing untuk saya. Makannya, saya lebih suka menghabiskan waktu senggang untuk berdiam diri di kamar sambil menulis daripada pergi jalan-jalan menonton konser. Bisa dibilang, telinga saya tak cukup kuat mendengar hentakan alunan musik yang terlalu keras menggelegar. Hehe. Ya, Tuhan! Saya benar-benar sudah terlalu rindu setengah mati untuk menulis. Jadi, kapan direalisasikan, shin? Kapan menulis (lagi)?
Label:
curcol
Monday, 18 February 2013
La Lluvia
Y las aceras están mojadas
Todas las huellas están borradas
La lluvia guarda nuestro secreto
LLueve
Y en mi ventana te echo de menos
Los días pasan y son ajenos
El frío me abraza y me parte en dos
La lluvia cae sobre los tejados
Dónde fuimos más que amigos
Recuerdo que dormimos al abrigo
Del amanecer
Los bares han cerrado ya no hay copas
La lluvia hoy mojará mi ropa
Si no estás aquí
Si tú no estás me duelen mas los años
Las heridas me hacen daño
Si no vuelvo a oír tu voz
LLueve
Y las palabras se quedan mudas
Todas las noches las mismas dudas
¿Qué fue de todos aquellos besos?
LLueve
Y se enmudece la primavera
Cuento las veces que el sol espera
Para secar de lluvia la acera
Para secar de lluvia el tejado
Dónde fuimos más que amigos
Recuerdo que dormimos al abrigo
Del amanecer
Los bares han cerrado ya no hay copas
La lluvia hoy mojará mi ropa
Si no estás aquí
Si tú no estás me duelen mas los años
Las heridas me hacen daño
Si no vuelvo a oír tu voz
En los tejados dónde fuimos más que amigos
Recuerdo que dormimos al abrigo
Del amanecer
Los bares han cerrado ya no hay copas
La lluvia hoy mojará mi ropa
Si no estás aquí
Si tú no estás me duelen mas los años
Las heridas me hacen daño
Si no vuelvo a oír tu voz
*Sungguh saya benar-benar rindu belajar bahasa Spanyol lagi
Label:
nyanyi-nyanyi
Monday, 11 February 2013
Au Revoir
Kemunculanmu menambahkan lipatan kebencianku. Jangan pernah berharap aku menanyakan tentangmu dan masa depanmu. Kau kira aku sudi? Aku bahkan sudah tak peduli. Aku tidak seperti yang dulu. Yang selalu mengharap kedatanganmu lalu menyapaku dan mengajakku tertawa sambil menyisiri trotoar jalanan kota ini. Pergilah menjauh dan jangan pernah menyapaku walau hanya melalui mimpi. Anggap saja kita tak pernah kenal. Kumohon jangan lagi pernah muncul di hadapanku. Pergilah dan selamat tinggal untuk selamanya....
Label:
curcol
Sunday, 3 February 2013
Selayang Pandang
Jika mendengar kata-kata 'film India' atau yang lebih kita kenal dengan kata Bollywood, kebanyakan masyarakat kita pasti akan mengecap film India itu kampungan dan tidak menarik. Ada juga yang mengaggap bahwa film India itu norak dan isinya menangis, menyanyi sambil muterin pohon, atau hujan-hujanan sambil ngembangin selendang. Jujur, dulu saya tidak tertarik dengan film India karena alasan di atas. Namun, seiring perjalanannya waktu, konsep film India akhir-akhir ini berubah. Film India tidak lagi tentang kisah cinta yang romantis dan terkesan cengeng. Terlepas dari itu semua, mari kita mengintip selayang pandang tentang film India.
Dalam penggunaan bahasa, film India terbagi menjadi tiga, yaitu film berbahasa Hindi, Telugu, dan Tamil. Sebenarnya bukan semua film India itu bisa disebut Bollywood. Bollywood itu sebenarnya adalah sebutan untuk industri perfilman yang terletak di Mumbai khusus film yang menggunakan bahasa Hindi. Tapi, film India non-Bollywood tidak kalah dengan film-film Bollywood. Salah satu contohnya adalah film "Oh My Friend". Film ini adalah film India berbahasa Telugu. Tema yang diangkat segar dan tidak biasa. Film ini tentang persahabatan antara seorang lelaki dan perempuan. Yang tidak biasa adalah, si kedua tokoh tidak saling jatuh cinta seperti jalan cerita film-film yang ada saat ini. Masyarakat (termasuk kekasih-kekasih mereka) di sekitar mereka berpikir bahwa tidak akan ada persahabatan yang murni tanpa embel-embel cinta, namun dua tokoh ini jatuh bangun membuktikan bahwa persahabatan mereka murni persahabatan tanpa rasa cinta sebagai sepasang kekasih. Intinya best friend forever.
Jika dulu film India temanya hanya kisah percintaan dan terkesan cengeng, sekarang tema film India lebih beragam dan tidak mebosankan. Kisah cinta memang masih ada dalam setiap film, tapi dikemas dengan sedemikian rupa. Salah satunya film "Ghajini". Ini film favorit saya. Film ini sangat berkesan bagi saya. Mungkin, melalui film ini si sutradara ingin menyampaikan tentang definisi romantisme. Romantis itu tidak hanya ditunjukkan dengan rayuan atau sentuhan. Romantis itu ya seperti Sanjay Singhania dan Kalpana (dua tokoh dalam film Ghajini). Selain tema cinta, film India banyak mengusung tema-tema sosial. Misalkan film "My Name is Khan", "New York", dan "Kurbaan". Tiga film ini mengangkat tema tentang respon masyarakat Islam dan non-Islam atas peristiwa 11 September 2004. Selain itu, ada juga film yang mengangkat tentang pendidikan, anak-anak, dan difabel. Contohnya saja "3 Idiots", "Udhan", "Barfi!" dan "Taare Zamaan Par". Ada juga film yang mengangkat kritik sosial dan politik, contohnya film "Rangde Basanti", "English Vinglish", "Slumdog Milionaire", "Ek Tha Tiger", dan "Swades". Film tentang drama keluarganya juga bagus-bagus. Sebut saja "We are Family, "Yuvraaj", dan "Paa".
Saya pribadi tertarik menonton film India karena film-film India ini karena tema yang diangkat sangat menarik, tidak pasaran, dan tidak membosankan. Dan yang pasti, film India itu menarik untuk diteliti dengan berbagai teori kritik sastra *Coba ada lembaga yang menampung penelitian tentang sastra. Dan melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan bahwa jangan underestimate dulu saat mendengar kata 'film India'.
Label:
berbagi
Friday, 1 February 2013
Kau Pergi
Kau tahu, rindu ini ternyata menggebu-gebu untukmu
Betapa rindunya untuk sekedar bercengkrama bersenda gurau denganmu
Mungkin kini kau telah lupa bahwa kita pernah merajut hari-hari bersama dulu
Kau tahu, betapa aku ingin bercerita banyak hal padamu
Namun tampaknya kau telah bosan mendengarkanku bercerita tentang cinta lalu yang menyakitiku
Kini kau pergi meninggalkanku menemukan sobat baru
Inikah sebuah pertemanan
silih berganti
datang dan pergi
Aku tidak mengharapkan pamrihmu
Aku hanya ingin kau tak melupakanku
itu saja rasanya telah tercukupi
Entahlah... Aku hanya bisa menunggumu di sini
berharap kita masih dapat berbagi cerita dalam episode hidup yang terlalui
berharap kita masih dapat bercerita tentang mimpi-mimpi kita di masa yang akan kita lalui
Harapanku sirna
kau pergi entah kemana
berharap kita masih dapat bercerita tentang mimpi-mimpi kita di masa yang akan kita lalui
Harapanku sirna
kau pergi entah kemana
Label:
curcol
Subscribe to:
Posts (Atom)