Saturday 15 October 2011

Suntiang



Dulu aku mengagumi warna perak. Apalagi jika warna perak menari dan berkolaborasi dengan warna biru tua. Kata orang kolaborasi perak dan biru itu jelek. Norak. Suram. Gak bagus. Tapi entahlah. Aku suka. Karena suka sekali dengan kolaborasi warna tersebut, aku berhayal jika suat saat, jika sampai pada masanya, aku akan memakai baju pengatin tradisional Minangkabau berwarna perak dan biru tua lengkap dengan suntiangya. 

Ya. Suntiang besar setengah lingkaran berwarna perak mentereng. Suntiang besar  seperti kipas lipat yang dibentangkan. Suntiang perak yang mengkilap dan dihiasi oleh kelopak bunga tujuh tingkat, gambar dua burung kecil yang saling berhadapan, serta untaian perak di sebelah kanan dan kirinya. Ingin suatu saat nanti aku memakai suntiang perak itu dengan baju pengantin Minangkabau yang berwarna biru tua ditaburi payet dan bordiran kain perak. Hmm. seperti langit subuh yang bertabur cahaya bintang. Cantik. Segar. menyejukkan hati.

Kemarin saat pergi ke sebuah acara baralek, aku melihat anak daro-nya memakai suntiang perak. Tapi warna perak itu tidak berkolaborasi indah dengan warna biru tua seperti hayalku. Suntiang perak tinggi itu berkolaborasi dengan warna ungu. Indah. Menawan. Elegan. Hmm. Indah sekali kupandang dua kolaborasi itu.

Tapi apapun warnanya, suatu saat aku sangat ingin memakai suntiang perak tujuh tingkat bertabur bunga Serunai itu. Walaupun aku bukan gadis asli Minangkabau, suatu saat aku ingin suntiang perak itu bertengger manis di atas kepalaku. So I'll close my eyes. And when I open my eyes, I'll find someone who stand beside me holding my hand. Yah. (Menghayal dikit)  

0 komentar:

Post a Comment

 

Sate Padang Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang