Cerita ini adalah fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan peristiwa, tokoh, dan latar itu hanya kebetulan semata atau kadang agak terinspirasi dari kisah nyata. Please enjoy it! (Haha kayak ada yang mau baca aja)--Nta--
Cinta
itu apa ya?
Jujur
sampe saat ini, gue belon bisa ngedeskripsiinnya.
Tapi
yang gue tau, cinta itu kayak rujak
Ada
manisnya, ada pahitnya, ada asemnya, dan ada pedasnya.
K
|
enalin! Nama gue Amora. Yup cuma satu
kata aja yang terdiri dari lima huruf. A-M-O-R-A. Kata bonyok gue ‘Amora’ itu
artinya ‘cinta’. Gue tinggal di ibukota Indonesia tercinta, yup, apalagi kalo
bukan Jakarta. Bokap gue keturunan Minang dan nyokap gue asli orang Jawa Timur
tulen, tepatnya dari Surabaya. Nah loh! Gue orang mana ya?
(Mikir seribu keliling) Eit. Gak penting juga sih, mikirin asal muasal gue
karena gak ada hubungannya dengan cerita cinta gue yang laksana rujak di siang
bolong (eh… itu sih petir di siang blong ya. Jayus!).
Oh ya. Gue emang tinggal di ibukota,
tapi gue ngabisin tujuh taon kehidupan gue di sebuah pondok pesantren yang
cukup lumayan terkenal. Pondok pesantren ini terletak di sebuah kota kecil di Pulau
Jawa. Setelah lulus, gue disuruh mengabdikan diri di salah satu pondok
cabangnya yang terletak di pedalaman Sulawesi Tenggara (Lebay). Yup. Setaon
penuh gue habisin idup gue di sana bersama babi-babi hitam penghuni hutan.
Well. Kisah ini juga gak penting sih. Mungkin di segmen lain gue bakal nulis
ceritanya (sok penting).
Setelah tujuh
taon yang berkesan itu, gue hijrah lagi ke Kota Pelajar. Yup. Yogyakarta.
Ngapain gue ke sono? Ya so pasti untuk menuntut ilmu,
menggapai asa, dan meraih mimpi (hah lebay kuadrat). Sebenernya banyak yang
nentang waktu gue mutusin untuk ngelanjutin pendidikan di Yogyakarta. Tapi gue
cuek aja. Gue cuma mau nyari ketenangan untuk belajar kok. That’s it. And
Here I’am… in Yogyakarta! Cihuyy! (sambil jingkrak-jingkrak).
Gue masih
berdiri di depan auditorium kampus yang bakalan jadi tempat gue menimba ilmu.
Gak nyangka aja kalo akhirnya gue lulus di Universitas Negeri yang cukup
terkenal di Indonesia. Gue senyam-senyum sendiri membayangkan diri gue menjadi
salah satu mahasiswa universitas tersebut.
“Hei, Mor. Kamu kenapa sih? Kok
senyam-senyum sendiri koyo wong edan?” Suara cempreng Siti, temen baru yang
gue temukan di kosan, membuyarkan lamunan gue.
“Sorry, Sit. Hmm. Gue… eh aku nggak
nyangka aja bisa masuk universitas ini” kata gue mencoba ber-aku dan kamu ria.
“Ngakunya dari Jakarta, tapi baru masuk
kampus di Jogja aja udah kayak orang ndesit gitu,” celetuk Siti.
“Yey. Aku sih beda ya, Ti. Aku kan anak
pesantren. Jarang-jarang loh anak pesantren keterima di universitas ini,”
kataku… eh kata gue sok-sok-an.
“Ya deh. Terserah kamu,”
Udah dua bulan
gue menghabiskan idup gue di Jogja ini dengan segala problematikanya. Kadang
menyenangkan, tapi kadang menyedihkan. Hmmm. Namanya juga idup. Tul nggak?
(Sok bijak ceritanya).
“Kring… kring… kring,” suara HP gue
memecahkan keheningan dan membuyarkan hayalan gua. Dan ternyata tuh telepon
dari seorang kakak kelas gue di pesantren dulu yang ngajakin gue buka bareng
ama teman-temannya. Sebenarnya gue males banget ikutan acara begituan. Yah. Gue
kan nggak kenal ama orang-rangnya. Mana yang diundang anak-anak dari pesantren
putranya lagi. Gue mana kenal. Secara, gue dulu kuper dan nggak mau tau ama
anak-anak pesantren putranya. Gak penting menurut gue.
Tapi, setelah
gue pikir-pikir ampe otak gue mateng, akhirnya gue terima juga deh ajakan kakak
kelas gue itu. Yup. Itung-itung menyambung tali sillaturahimlah. (Nggaya
tenan!). And here I’am! Di sini gue, di sebuah restoran masakan Jawa
yang keliatannya super cozy dan sepertinya emang asyik untuk dipakai
buat ngumpul-ngumpul.
Setelah kakak
kelas gue itu ngenalin gue ke temen-temennya yang hadir, gue langsung duduk di
pojok meja dan mesen makanan. Gue pesen aja yang paling mahal. Mumpung gratis! Setelah menunggu beberapa lama, pesanan gue dateng juga. Gue senang dan riang menyambut kedatangannya. Sedetik kemudian, gue udah disibukkan menyantap pesenan gue itu ampe lupa ama kakak kelas gue yang duduk di sebelah gue.
Bersambung...